10 Bahasa Bali Kuno, Terdengar Indah Namun Maknanya Negatif

Bahasa Bali terdapat tiga jenis kategori bahasa. Yaitu Bahasa Bali Kuno, Bahasa Bali Aga, dan Bahasa Bali Kepara atau ketah atau juga disebut lumrah. Bahasa Bali Kuno sudah ada sejak zaman lampau, terutama di prasasti-prasasti kuno.
Sedangkan Bahasa Bali Aga adalah bahasa asli suatu daerah atau desa atau kelompok masyarakat contohnya di Desa Tenganan, Desa Sambiran, Desa Bugbug, dan sebagainya. Sementara Bahasa Bali Kepara adalah Bahasa Bali yang umum dipakai oleh masyarakat.
Bahasa Bali Kuno sendiri kini sudah hampir tidak digunakan lagi dalam komunikasi sehari-hari. Walaupun hampir tidak pernah digunakan, namun perlu juga untuk mengetahuinya. Berikut ini 10 Bahasa Bali Kuno yang terdengar asing, melansir dari Kamus Bali Kuno-Indonesia, terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta tahun 1985.
1. Dharmanuraga memiliki arti rasa cinta kasih yang sejati

2. Drohaka memiliki arti penghianatan atau penipu

3. Duradarcana memiliki arti mampu melihat alam gaib. Kalau sekarang sering disebut sebagai indigo

4. Durbala adalah sebutan untuk seseorang yang lemah

5. Bhandihaladi adalah orang yang senang mencaci maki orang lain

6. Chala adalah orang yang memiliki tipu daya, akal, dan muslihat

7. Ganagana merupakan perbuatan yang tergolong sebagai tindak kejahatan

8. Jika kamu ringan tangan atau sering berbuat jahat atau kasar menggunakan tangan, maka disebut dengan hastacapala

9. Hitamanah diperuntukkan kepada orang yang memiliki hati tulus atau memiliki kerelaan hati

10. Ilik memiliki arti jelek, hina, atau nista. Sedangkan Inilikan memiliki arti dinistakan, tidak disukai, atau dikucilkan

Terdengar asing ya setelah membaca 10 Bahasa Bali Kuno di atas? Kosa kata tersebut memang tidak pernah digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Selain prasasti, Bahasa Bali Kuno biasanya juga digunakan dalam syair-syair atau puisi atau lirik lagu.