Upaya Pemuda di Nusa Penida Hidupkan Lagi Drama Gong

- Kelompok pemuda STT Yowana Bhakti menghidupkan kembali seni pertunjukan drama gong di Nusa Penida, Bali.
- Pementasan melibatkan generasi muda setempat dan mendapat apresiasi dari masyarakat.
- Upaya pelestarian seni ini diwujudkan dalam pementasan Ngadegang Ida Bhatara di Banjar Sampalan, Desa Adat Dalem Setra Batununggul.
Klungkung, IDN Times - Kelompok pemuda yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni (STT) Yowana Bhakti, Desa Dalem Setra Batununggul, Nusa Penida, berinisiatif menghidupkan kembali drama gong. Itu merupakan sebuah seni pertunjukan yang pernah berjaya pada era 1980-1990-an.
Seluruh pemeran hingga penabuh gamelan dalam pementasan ini melibatkan generasi muda setempat. Drama gong merupakan seni pertunjukan yang mengangkat kisah-kisah rakyat dan sempat menjadi hiburan utama masyarakat Bali pada masanya.
Seiring perkembangan zaman, seni ini mulai ditinggalkan. Melihat kondisi tersebut, STT Yowana Bhakti merasa perlu untuk melestarikan kembali kesenian ini agar tidak punah.
"Kami gelisah melihat kesenian drama gong yang nyaris terlupakan, terutama di kalangan generasi muda," kata Desak Made Berliana Dinda Pastika, selaku penata tari dan penulis naskah drama gong tersebut, Kamis (30/1/2025).
Itulah alasan dia dan sejumlah pemuda mencoba membangkitkan kembali marwah drama itu dengan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. "Ternyata, upaya ini mendapat apresiasi dari masyarakat," kata dia.
1. STT Yowana Bhakti menghibur masyarakat sembari melestarikan seni

Upaya pelestarian ini diwujudkan dengan menggelar pementasan drama gong, dalam rangkaian upacara Ngadegang Ida Bhatara di Banjar Sampalan, Desa Adat Dalem Setra Batununggul, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Rabu malam (29/1/2025).
Selain sebagai bentuk revitalisasi seni, pertunjukan ini juga menjadi hiburan bagi masyarakat setempat.
Pementasan drama gong mulai dari pemeran, hingga penata tabuh (musik), semua dilakukan oleh para pemuda dari anggota STT Yowana Bhakti.
Meskipun mereka tidak memiliki pengalaman seni peran yang panjang, namun penampilan mereka sangat menghibur warga setempat. Pertunjukan ini rencananya akan dilakukan secara berkesinambungan, agar drama gong dapat terus lestasi.
"Drama gong memiliki tantangan tersendiri, namun kami berusaha menyajikan yang terbaik. Saat penonton merasa terhibur, di situlah kepuasan sejati dalam berkesenian," tambah Desak Made Berliana.
2. Kaum muda bisa belajar teknik drama gong

Meski bukan seni pertunjukan yang mudah, para seniman muda STT Yowana Bhakti berusaha memberikan yang terbaik. Pembina tari dalam pementasan ini, I Dewa Gede Ardha Kencana, menilai inisiatif anak muda dalam menghidupkan kembali drama gong merupakan langkah awal yang positif.
"Mereka tidak hanya membawakan naskah yang sudah ada, tetapi juga mengembangkan skenario agar lebih dinamis dan menarik dalam pementasan. Kini, generasi muda juga bisa belajar teknik drama gong dari berbagai sumber, baik melalui kanal digital maupun dengan menyaksikan pertunjukan langsung," jelasnya.
3. Tantangan pelestarian seni di era digital

Upaya STT Yowana Bhakti mendapatkan dukungan penuh dari Bendesa Adat Dalem Setra Batununggul, I Dewa Ketut Anom Astika. Ia menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam melestarikan seni budaya di tengah perkembangan teknologi dan digitalisasi.
"Kami berharap anak muda memiliki kecintaan dan kebanggaan terhadap seni, termasuk drama gong. Di tengah arus globalisasi, jangan sampai seni di Bali meredup. Ini adalah tantangan bagi kita semua sebagai masyarakat Bali," kata dia.