Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jalan Panjang Gerakan Kolektif Penanganan Kasus KBGO di Bali

riset umn.jpg
Pemaparan riset Tim Peneliti UMN-UI berjudul Memahami Strategi Mitigasi dan Resiliensi Digital Generasi Muda di Aula Fisip Unud pada Rabu, 24 September 2025. (IDN Times/Yuko Utami)
Intinya sih...
  • Jumlah kasus kekerasan berbasis gender terhadap perempuan pada 2024 mencapai 339.782, dengan kenaikan sekitar 14,17 persen dari tahun sebelumnya.
  • Remaja aktif di media sosial rentan terpapar konten KBGO dan deepfake porn, sementara ancaman KBGO semakin kompleks di era AI.
  • Dukungan sosial dari keluarga dan teman menjadi pelindung pertama korban, pihak kampus harus proaktif dalam sosialisasi, dan penegakan hukum harus tegas dalam memblokir konten deepfake porn.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Denpasar, IDN Times - Jumlah kekerasan berbasis gender terhadap perempuan pada 2024 sebanyak 339.782 kasus. Data tersebut berdasarkan Catatan Tahunan Komisi Nasional (Komnas) Perempuan dan menunjukkan kenaikan sekitar 14,17 persen dari tahun sebelumnya. Sementara, Kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) di tahun yang sama sebanyak 336.804 kasus. Artinya, hampir 99 persen kasus yang terjadi adalah KBGO.

Melalui data dan kekhawatiran potensi peningkatan kasus KBGO, Tim peneliti Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan Universitas Indonesia (UI) mengadakan sosialisasi dan diseminasi hasil riset Remaja dan KBGO di Auditorium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Udayana (Unud), pada Rabu (24/9/2025). Pemaparan riset tim peneliti mengungkap sederet fakta bahwa perjalanan gerakan kolektif pencegahan dan penanganan kasus KBGO masih panjang. Bagaimana hasil temuan para peneliti, dan apa langkah yang dapat dilakukan bersama? Berikut informasi selengkapnya.

1. Responden penelitian dari tiga wilayah di Indonesia, ada sejumlah temuan awal

ilustrasi responden (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi responden (IDN Times/Aditya Pratama)

Ketua Tim Riset UMN-UI, Yearry Panji Setianto, menyampaikan ada beberapa temuan awal dari riset di Bandung, Pontianak, dan Bali. Temuan itu seperti remaja yang aktif di media sosial lebih rentan terpapar konten terkait KBGO dan deepfake porn. Satu sisi, dari dialog dengan 97 orang responden, ada pemahaman yang belum merata terhadap isu KBGO (knowledge gaps).

“Fenomena KBGO dan deepfake porn sering dianggap jauh dari realitas, sehingga belum dilihat sebagai ancaman nyata di Indonesia,” tutur Yearry di Aula Fisip Unud, pada Rabu (24/9/2025).

Riset bertajuk Memahami Strategi Mitigasi dan Resiliensi Digital Generasi Muda terhadap KBGO dan Deepfake Porn ini didanai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristek Dikti RI). Pemaparan riset ini turut menggandeng organisasi masyarakat sipil seperti ICT Watch dan KAPAL Perempuan. ICT Watch telah dikenal sebagai inisiator berbagai gerakan literasi digital di Indonesia. Sementara KAPAL Perempuan berfokus pada pendidikan kritis feminis, pemberdayaan perempuan marginal, serta advokasi kebijakan berbasis gender dan pluralisme.

2. Ancaman KBGO semakin kompleks di tengah era AI

Ilustrasi AI (freepik.com/rawpixel.com)
Ilustrasi AI (freepik.com/rawpixel.com)

Laporan terbaru ChatGPT, perusahaan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan besar, bahwa warga Indonesia sebagai pengguna terbesar se-Asia Tenggara pada tahun lalu. Direktur Program ICT Watch, Ida Ayu Prasastiasih, menegaskan bahwa ancaman KBGO semakin kompleks di era AI dan remaja menjadi kelompok paling rentan. Selain data di atas, ada berbagai data dan riset internasional yang menempatkan Indonesia pada posisi darurat eksploitasi anak online atau luring.

“Karena itu, literasi digital, kolaborasi multipihak, serta dukungan hukum dan psikososial sangat mendesak,” kata dia.

Sementara Wakil Direktur Program KAPAL Perempuan, Ulfa Kasim, menyampaikan materi berjudul Memutus Kekerasan Seksual, Membebaskan Perempuan, menyampaikan sejumlah hal krusial. Sepanjang menyampaikan materi tersebut, Ulfa menekankan tentang tubuh perempuan yang kerap dipandang hanya sebagai objek seks, dan kekerasan seksual melalui berbagai sistem, mulai dari sosial, budaya, hukum, pendidikan, hingga ekonomi. Ia juga menyoroti cara lembaga pendidikan menangani kasus kekerasan. Bagi Ulfa, lembaga pendidikan khususnya kampus harus berbenah.

“Kita harus kencangkan ikat pinggang termasuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (Satgas PPKPT), latih sebanyak mungkin orang yang jadi pendamping,” tegasnya.

3. Ada sejumlah rekomendasi yang ditawarkan peneliti, kolaborasi multipihak

ilustrasi kolaborasi (pexels.com/Diva Plavalaguna)
ilustrasi kolaborasi (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Tim Peneliti UMN-UI kemudian menyampaikan sederet rekomendasi dalam pencegahan dan penanganan kasus KBGO. Yearry mengatakan, dukungan sosial dari keluarga dan teman menjadi pelindung pertama korban sangat penting. Pihak kampus harus proaktif, mulai dari dosen hingga Satgas PPKPT agar lebih serius dalam melaksanakan sosialisasi, mendampingi korban, dan mempermudah mekanisme aduan.

“Edukasi literasi digital, mahasiswa sebagai responden menilai penting adanya modul khusus tentang deepfake porn dan KBGO juga sex education,” lanjut Yearry.

Terakhir, penegakan hukum bahwa pemerintah diharapkan tegas memblokir akun atau konten deepfake porn.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

9 Pendaki Gunung Batukaru Tergigit Anjing Rabies Menerima VAR Lengkap

24 Sep 2025, 21:42 WIBNews