Dua Desa di Bali Bakal Terapkan PPKM selama KTT G20

Pengamanan melibatkan para pecalang

Denpasar, IDN Times – Pengamanan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 melibatkan pecalang dari beberapa desa. Siapa saja pecalang tersebut? Mereka merupakan warga yang mendapatkan tugas menjaga, membantu mengatur hingga menertibkan wilayah sekitar kegiatan untuk upacara adat maupun keagamaan.

Para pecalang ini akan berjaga di sejumlah titik pangamanan yang dekat dengan jalan-jalan yang ditutup. Mereka membantu memberikan informasi jalur-jalur alternatif ketika adanya penutupan jalan karena kepentingan KTT G20.

Baca Juga: Kapal Perang Asing yang Masuk saat KTT G20 Akan Diatur

1. Pecalang juga mendapatkan tugas menjaga jika ada demo selama pelaksanaan KTT G20

Dua Desa di Bali Bakal Terapkan PPKM selama KTT G20Jalur utama pelaksanaan KTT G20. (IDN Times/Ni Ketut Sudiani)

Manggala Utama atau Ketua Pasikian Bantuan Keamanan Desa Adat (Bankamda) Bali, I Made Mudra (67), pada Rabu (9/11/2022), mengatakan dilibatkannya pecalang dalam kegiatan KTT G20 ini merupakan kebanggaan sekaligus amanah. Para pecalang ini mendapatkan pelatihan dari polisi/TNI untuk mendukung pengamanan jalannya KTT G20 ini.

“Kami membantu menjaga, terutama warga di Desa Bualu dan Peminge, yang mendapatkan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama konferensi berlangsung," jelasnya.

Nantinya jika ada warga yang perlu akses jalan dengan kepentingan tertentu, para pecalang inilah yang membantu mengomunikasikan dengan aparat terkait.

Keterlibatan pecalang ini juga direspons oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, I Made Rentin. Menurutnya pecalang memang dilibatkan karena sangat membantu pengamanan. Mereka tetap berkoordinasi dengan polisi/TNI, dan membantu memitigasi kebencanaan. Pecalang juga mendapatkan tugas menjaga jika terdapat demo-demo selama pelaksanaan KTT G20. 

2. Obyek wisata pantai akan dijaga selama G20

Dua Desa di Bali Bakal Terapkan PPKM selama KTT G20Pantai Uluwatu, Bali (IDN Times/Lia Hutasoit)

Mudra mengatakan penjagaan untuk konferensi internasional kali ini begitu ketat aturan pengamanannya. Selain menjaga di sekitaran jalur menuju kegiatan utama konferensi, pecalang juga menjaga beberapa jalur ke obyek wisata, seperti akses ke pantai, terutama yang lokasinya dekat dengan delegasi menginap.

Desa yang terlibat dalam pengamanan ini, di antaranya Desa Pecatu, Kampial, Kutuh, dan Ungasan. Masing-masing desa mendapatkan tugas mengerahkan 50 orang pecalangnya.

“Pecalang di desa-desa lainnya se-Bali, tetap diminta berjaga-jaga. Mereka bersiaga di lingkungannya masing-masing dan saling berkoordinasi. Mereka bisa disebut polisi tradisonal adat Bali dan setiap banjar hingga desa memiliki sejumlah pecalang. Kata pecalang berasal dari kata celang dalam bahasa Bali yang artinya tajam indranya,” jelasnya.

3. Pecalang sudah ada sejak tahun 1970

Dua Desa di Bali Bakal Terapkan PPKM selama KTT G20pecalang-620x330

Polisi adat telah ada sejak tahun 1970-an. Saat itu, mereka hanya bertugas ketika ada kegiatan upacara adat atau keagamaan saja. Seiring waktu dan adanya perkembangan desa pakraman atau desa adat, pecalang pun dikelola dengan tugasnya situasional pengamanan lingkungan masing-masing serta membantu polisi/TNI. 

“Keberadaan pecalang ini membantu polisi lalu lintas jika kegiatan keagamaan dan adat harus menggunakan sebagian ruas jalan. Karena merekalah yang siap mengomunikasikan dengan dengan warga sekitar serta pengguna jalan saat melewati jalan yang ditutup,” jelasnya.

Nantinya ketiga bertugas para pecalang mengenakan baju seragam adat dengan identitas warna Tridatu yakni warna merah-putih-hitam atau poleng kombinasi warna putih-hitam.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya