Wijaya Dasami, Hari Raya Galungan Umat Hindu di India
Gianyar, IDN Times - Apakah kamu mengenal Hari Raya Wijaya Dasami? Ternyata Wijaya Dasami adalah Hwri Raya Galungan ala umat Hindu di India. Istilah Wijaya Dasami berasal dari Bahasa Sanskerta artinya kemenangan kebaikan.
Wijaya Dasami di India juga disebut dengan Hari Raya Dasara. Pelaksanaannya berlangsung selama 10 hari. Ini mirip dengan jarak waktu dari Galungan ke Kuningan yaitu selama 10 hari.
Sebelum puncak perayaan, selama sembilan malam umat Hindu di India melaksanakan upacara Nawa Ratri, artinya sembilan malam. Seperti apa penjelasan lainnya soal Wijaya Dasami? Ini selengkapnya.
1. Wijaya Dasami perayaan penuh kebersamaan
Sepuluh hari pascapelaksanaan Nawa Ratri, dilanjutkan dengan perayaan Wijaya Dasami atau Dasara. Wijaya Dasami adalah perayaan yang penuh kemeriahan. Kebersamaan dalam hari raya ini begitu terlihat.
Wijaya Dasami dilaksanakan setiap dua kali setahun dengan perhitungan Tahun Surya. Perayaan dilakukan pada bulan Kartika (Oktober) dan bulan Waisaka (April).
2. Perayaan kebaikan melawan keburukan
Selayaknya Galungan, Wijaya Dasami adalah simbol perayaan kebaikan melawan keburukan. Ketika kebaikan atau dharma menang melawan keburukan atau adharma dirayakan pada bulan April disebut dengan Durgha Nawa Ratri.
Durgha Nawa Ratri adalah perayaan untuk kemenangan dharma melawan adharma. Penggambaran perayaan ini berupa ilustrasi cerita kemenangan Dewi Parwati (Dewi Durga) mengalahkan raksasa Durga yang bersembunyi di dalam tubuh Mahasura yaitu lembu raksasa yang amat sakti.
3. Perayaan pada Oktober berkaitan dengan kisah Rama melawan Rahwana
Ketika Wijaya Dasami berlangsung pada bulan Kartika (Oktober) disebut sebagai Rama Nawa Ratri. Pemujaan saat Rama Nawa Ratri ditujukan pada Sri Rama sebagai Awatara Wisnu.
Selama sembilan malam, umat Hindu di India melaksanakan serangkaian kegiatan kemenangan dengan melawan hawa nafsu, mereka akan berpuasa. Seusai sembahyang, suasana kota di India akan ramai. Warga di sana akan membuat ogoh-ogoh berbentuk Rahwana, Kumbakarna atau Surphanaka sebagai simbol adharma atau keburukan.
