Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sejarah Masuknya Dupa ke Bali, Budayawan: Pengaruh Tiongkok

Ilustrasi sembahyang. (IDN Times/Rehuel ​Willy Aditama)

Denpasar, IDN Times – Kebudayaan Tiongkok berkembang pesat dan turut memengaruhi budaya di negara lain, tak terkecuali di Indonesia. Salah satu budaya khas Tiongkok yang juga banyak ditemukan di Bali adalah penggunaan dupa dalam persembahyangan. Umat Hindu di Bali hampir setiap hari menggunakan dupa sebagai sarana persembahyangan.

Sudah tahukah kamu bahwa dupa merupakan budaya khas Tiongkok? Berikut ini penjelasannya.

1. Dupa awalnya memang diproduksi di Tiongkok

Ilustrasi sesajen. (IDN Times/Rehuel Willy Aditama)

Budayawan Bali, I Made Bandem, menceritakan kebudayaan Tiongkok berkembang sangat baik dan banyak memengaruhi negara lainnya di Asia. Dupa menjadi salah satu bukti adanya bauran budaya ini.

“Itu memang diproduksi di Tiongkok pada awalnya,” terangnya ketika dihubungi IDN Times, Jumat (5/2/2021), 

2.Dibawa pendeta Buddha dalam perjalanan ke India

Instagram.com/kalvin_nj

Made Bandem menyampaikan, bahwa dupa awal mulanya memang diproduksi di Tiongkok. Kemudian berkembang ke negara lain seperti Indonesia, di Bali khususnya.

Nah, pada abad ke-7 sampai ke-8 di Tiongkok, di bawah kekuasaan Dinasti Tang, banyak sekali pendeta Buddha yang berziarah ke India melalui Indonesia.

3. Awalnya menggunakan sarana pasepan

IDN Times/Aji

Saat itu, kepercayaan Buddha hampir sama dengan yang tumbuh di Bali, yakni menyalakan api menggunakan pasepan. Pasepan dimaknai sebagai pembakaran kemenyan, kayu cendana, dan kayu majegau untuk wewangian.

“Pada saat itu karena mereka traveling, kan tidak terlalu praktis. Jadi diciptakanlah yang namanya dupa semacam itu," ungkap Made Bandem.

Sejak saat itu dupa mulai digunakan, termasuk di Pulau Bali sampai sekarang.

“Saya rasa Bali dapat pengaruh ya dari Tiongkok itu.”

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
Irma Yudistirani
3+
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us