Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Nasihat Keuangan dari Morgan Housel, Yuk Segera Menabung

ilustrasi pengalokasian keuangan yang baik (pexels.com/Olia Danilevich)

Berbagai media sosial kerap mengabarkan bahwa banyak pedagang yang akhir-akhir ini sepi pembeli. Beberapa pekerja juga mengeluhkan banyaknya lay-off yang terjadi di kantor mereka. Dua kasus tersebut menunjukkan bahwa ketidakpastian merupakan kepastian dalam masa-masa seperti sekarang. Lalu, apa yang harus kita lakukan agar dapat bertahan secara finansial di tengah ketidakpastian ini? Morgan Housel memberikan beberapa nasihat berguna melalui buku best seller-nya yang berjudul The Psychology of Money agar kita semua dapat mengelola keuangan dengan bijak.

The Psychology of Money pasti bukan satu-satunya buku yang membahas tentang investasi dan keuangan. Bukan pula satu-satunya buku yang layak dibaca untuk memperluas ilmu finansial seseorang. Ada banyak buku finansial di luar sana, lalu apa yang membuat The Psychology of Money berbeda? Morgan Housel mengklaim, bahwa kemampuan dalam mengelola keuangan tidak ada hubungannya dengan kemampuan akuntansi atau metode perhitungan lain yang hanya didapat di bangku kuliah. Melainkan berhubungan dengan psikologis yang akan menuntun tata cara dan perilaku dalam membelanjakan uang.

Jadi, alih-alih mempelajari cara menghitung uang, sekian banding sekian, sekian bagian untuk menabung, sekian bagian untuk membeli tumbler, atau yang lain, The Psychology of Money mengajarkan beberapa pola pikir dan perilaku yang seharusnya dilakukan jika kita ingin mengelola uang dengan baik. Jadi, untuk kamu yang sudah pandai menyisihkan sekian persen gaji, tetapi bulan depan masih nekat meminjam uang dari tabungan sendiri, The Psychology of Money akan cocok menjadi bahan bacaan.

Buku ini terdiri dari 20 bab yang terdiri dari 18 nasihat dan studi kasus, 1 bab untuk ringkasan, dan 1 bab sisanya berupa seluk beluk keuangan si penulis sendiri. Ada beberapa nasihat yang tidak saling berhubungan dengan bab sebelumnya, ada pula nasihat yang merupakan efek domino nasihat-nasihat sebelumnya, sehingga terkesan membingungkan jika tidak diringkas secara runtut. Oleh karena itu, nasihat-nasihat keuangan dalam The Psychology of Money akan diringkas menjadi 4 garis besar dalam artikel ini.

1. Bersikaplah rendah hati dan jangan pamer!

ilustrasi mementingkan membeli mobil daripada menabung (pexels.com/Oleksandr P)

Kalimat tersebut membuat kita kembali bertanya kepada diri sendiri, “Apakah mereka yang mengendarai mobil mewah benar-benar mendambakan mobil mewah atau mendambakan rasa hormat dan kekaguman orang lain? Sama halnya dengan tas, tumbler, jam tangan, atau rumah mewah. Kalau berani jujur, jika kita pemilik mobil mewah itu, kita pasti mendambakan rasa hormat dan kekaguman orang lain, kan? Seolah kita lupa barang-barang mewah itu bisa saja kita beli dengan tabungan terakhir kita, yang membuat kita harus berhemat hingga tanggal gajian tiba.

Dari sini kita belajar bahwa, penting bagi kita untuk mengelola keuangan agar kita bisa tidur nyenyak di malam hari tanpa dibebani hutang atau keputusan buruk dalam membelanjakan uang. Jika memang mengharapkan rasa hormat dan kekaguman orang lain, sikap rendah hati akan lebih efektif daripada barang-barang mewah. Karena sebenarnya tidak ada yang peduli dengan harta atau mobil mewah yang mulus kecuali mereka yang ingin pinjam seratus. Jika memang ingin berinvestasi, saham atau barang yang nilainya naik seiring waktu akan lebih menghasilkan daripada mobil yang nilainya cenderung turun dari waktu ke waktu.

2. Kurangi ego, tambah kekayaan, dan terus menabung!

ilustrasi menabung (pexels.com/Karolina Grabowska)

Masih berhubungan dengan kasus pada poin sebelumnya, bisa jadi sebenarnya kita mengendarai mobil mewah karena hobi, meniru tokoh idola kita, atau ingin saja karena memang begitulah cara kerja ego. Di sinilah poinnya. Ada yang lebih penting daripada menunjukkan kepada orang-orang bahwa kita kaya dengan memiliki mobil. Selain itu, kita juga perlu berhati-hati kepada siapa kita meletakkan kiblat panutan keuangan.

Jelas bahwa cara idola kita dalam mengelola keuangan tidak bisa ditiru 100 persen. Kita tidak tahu sebesar apa keberuntungan atau risiko yang mereka dapatkan, hingga di titik yang mencengangkan seperti sekarang. Kita juga tidak tahu apakah $500.000 yang mereka gunakan untuk membeli mobil mewah adalah tabungan mereka satu-satunya, atau mereka membelinya dengan berutang, atau rekening mereka tidak mengalami pengurangan berarti setelah digunakan untuk membeli mobil mewah.

Kita tidak pernah tahu keadaan mereka, tetapi kita selalu tahu keadaan kita sendiri. Jadi, jika dirasa sulit untuk pulih secara finansial setelah membeli mobil mewah, ada baiknya $500.000 itu dibelanjakan dengan bijak atau ditabung saja untuk menambah kekayaan yang orang lain tidak perlu tahu. Ingat, orang-orang sebenarnya tidak peduli dengan harta yang kita pamerkan.

3. Jika terjadi banyak kesalahan, tetap santai dan bertahanlah!

Ilustrasi tetap bertahan meski sedang tidak ada uang (pexels.com/Nicola Barts)

Risiko akibat ketidakpastian tidak akan bisa dipisahkan dari dunia finansial. Dunia yang terus berubah membuat keputusan finansial dan cara berinvestasi tidak bisa berpatokan dari data historis. Oleh karena itu, kekeliruan atau kegagalan di dunia keuangan menjadi hal yang sangat biasa terjadi dan perlu dinormalisasi.

Dalam dunia investasi, investor tidak akan meletakkan ‘telur’ di ‘keranjang’ yang sama. Ada banyak keranjang yang mereka siapkan untuk berjaga-jaga jika keranjang yang satu tidak bisa menghasilkan cukup telur, masih ada keranjang-keranjang lain untuk dipanen. Inilah maksud dari frasa ‘anda tetap bisa untung walaupun merugi dan menanggung banyak risiko’ yang kerap disebut si penulis.

Ada frasa lain yang dikenalkan oleh penulis dalam buku ini, yaitu ‘penumpukan’. Investasi merupakan metode ‘penyimpanan’ uang jangka sangat panjang, di mana bunga berbunga yang tidak pernah diutak-atik akan terus menumpuk dan menghasilkan kenaikan secara eksponensial pada suatu waktu. Penumpukan inilah yang membuat Warren Buffett sangat kaya. Tetapi, bagaimana jika harga saham menurun pada suatu periode? Tidakkah kita perlu menjualnya? Morgan Housel menyarankan untuk tidak menjual apapun. Mengapa? Karena harga yang turun dalam suatu periode, akan tetap terhitung naik dalam periode yang lebih panjang. Jadi, tetap santai dan bertahan adalah cara yang tepat untuk menyikapi naik turunnya nilai investasi.

4. Bersiaplah membayar 'biaya' keberhasilan!

ilustrasi membayar (pexels.com/Ivan Samkov)

Kerugian kerap dianggap sebagai ‘denda’ akibat salah mengambil keputusan. Padahal kerugian yang terjadi karena risiko dari suatu ketidakpastian bukan salah siapa pun. Inilah yang membuat para investor sibuk menghindari risiko dalam investasi karena menganggap risiko sebagai denda. Sebaliknya, jika mengacu pada poin ketiga, risiko haruslah dinormalisasi. Kehadirannya bukan suatu denda, melainkan ‘biaya’ yang layak dibayar karena kelak akan menghasilkan keuntungan.

Memiliki mindset biaya alih-alih denda terhadap sebuah risiko, akan memberi kebesaran hati dalam menerima ketidakpastian dan kegagalan. Lebih dari itu, mindset yang benar membuat kita semua berhati-hati dalam mengambil keputusan finansial, tidak terburu-buru, tidak pula terpengaruh oleh siapa pun.

Itu dia 4 nasihat dari Morgan Housel agar kita lebih bijak dalam mengelola keuangan. Kalimat dari penulis ”mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan anda, dan lebih banyak berhubungan dengan perilaku anda” mungkin memang benar adanya. Selama ini kita selalu belajar cara mengalokasikan uang tanpa tahu ”bagaimana jika mengalokasikan uang saja tidak cukup?”, ”bagaimana jika gagal menabung?”, serta bagaimana-bagaimana yang lain. The Psychology of Money memiliki jawabannya.

Share
Topics
Editorial Team
Annisa N. Aini
EditorAnnisa N. Aini
Follow Us