Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

KPAD Bali Mendampingi Anak Terpapar Radikalisme dan Intoleransi

Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAD) Provinsi Bali, Ni Luh Gede Yastini. (IDN Times/Yuko Utami)
Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAD) Provinsi Bali, Ni Luh Gede Yastini. (IDN Times/Yuko Utami)

Denpasar, IDN Times - Ada informasi dan pemberitaan yang beredar di media sosial (medsos) yang menyatakan bahwa anak di Bali terpapar terorisme dan radikalisme. Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Provinsi Bali, Ni Luh Gede Yastini, menegaskan tidak ada paparan terorisme, melainkan radikalisme dan intoleransi. Yastini membenarkan sedang mendampingi pendampingan anak yang terpapar radikalisme.

“Radikalisme, bukan terorisme ya, karena ini berbeda. Belum ke arah terorisme,” kata Yastini kepada IDN Times, Minggu (14/12/2025).

Bagaimana kondisi anak dan pendampingannya saat ini? Berikut selengkapnya.

Informasi soal anak terpapar radikalisme dan intoleransi sejak Mei 2025

ilustrasi radikalisme (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi radikalisme (IDN Times/Aditya Pratama)

Informasi tentang anak terpapar radikalisme dan intoleransi, didapatkan Yastini sejak Mei 2025 lalu. Pihaknya bersama Densus 88 Antiteror telah melakukan penanganan awal dan pendampingan lanjutan kepada anak.

“Kami dapat informasi sejak Mei 2025 dan bersama-sama Densus dengan KPAD melakukan pendampingan, pembinaan, dan penanganan terhadap anak,” ungkapnya.

Anak terpapar radikalisme lewat media sosial, mereka terus mendapatkan pendampingan dan telah beraktivitas seperti biasa

ilustrasi media sosial (Unsplash/Julian Christ)
ilustrasi media sosial (Unsplash/Julian Christ)

Yastini menambahkan, saat ini anak  tersebut masih dalam pembinaan dan pengawasannya. Kondisi anak telah membaik dan beraktivitas seperti sedia kala.

“Anak kondisi saat ini masih dalam pembinaan dan pengawasan masih jalan, mereka baik menjalankan aktivitas sewajarnya anak seusianya,” kata dia.

Ia tidak dapat memastikan besaran paparan radikalisme dan intoleransi yang diterima anak tersebut. Yastini hanya memberikan informasi bahwa anak tersebut terpapar radikalisme dan intoleransi melalui konten di media sosial.

“Terpapar radikalisme dan intoleransi ini melalui konten-konten di media sosial, mereka tergabung dalam grup yang membahas tentang paham radikalisme dan intoleransi,” imbuh Yastini.

Kasus anak terpapar radikalisme dan intoleransi terungkap dari Densus 88 Antiteror

ilustrasi Densus 88 (IDN Times/Irfan Fathurohman)
ilustrasi Densus 88 (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Kasus anak terpapar radikalisme dan intoleransi di Bali berawal dari pengecekan Densus 88 Antiteror. Menurut Yastini, Densus 88 Antiteror memiliki mekanisme dalam mengungkap kasus radikalisme hingga terorisme. Setelah terungkapnya kasus ini, Yastini menegaskan pihaknya masih berfokus pada pembinaan dan penanganan secara intensif bersama instansi lainnya.

“Untuk pembinaan dan penanganan anak masih kami lakukan bersama Densus 88 Antiteror dan juga dari psikolog,” kata Yastini.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

Korem 163/Wira Satya Dapat Bantuan 2 Perahu Karet untuk Tangani Banjir

14 Des 2025, 18:34 WIBNews