Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sanur dan Serangan Berpotensi Rawan Tsunami, Gimana Mitigasinya?

pantai karang 3.jpg
Suasana di kawasan Pantai Karang yang termasuk dalam area Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar pada Selasa (14/10/2025). (IDN Times/Yuko Utami)
Intinya sih...
  • Pedagang di Pantai Karang belum mendapatkan simulasi evakuasi bencana tsunami
  • Kawasan Serangan rutin simulasi dan sosialisasi setiap tanggal 26
  • Potensi gempa di wilayah Denpasar akibat pengaruh dua sumber gempa utama
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Denpasar, IDN Times - Sinar mentari terik bertemu dengan air laut di Pantai Karang yang tampak surut. Warga lokal berpakaian adat Bali terlihat bersiap-siap melaksanakan upacara ngaben (membakar mayat). Sementara itu, hanya segelintir wisatawan mancanegara (wisman) yang berpelesir dengan berbagai kegiatan. Ada yang bersepeda, santap pagi, hingga berjemur di tepi pantai. Pantai Karang berada dalam area Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

Meskipun air laut di Pantai Karang, Pantai Sanur, dan pantai lainnya di kawasan Sanur, tampak tenang, bukan berarti tanpa potensi bencana. Berdasarkan informasi resmi dari Badan Penanggulangan Bencana  Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Sanur termasuk wilayah berpotensi rawan tsunami. Seorang pedagang aksesori dan kain pantai, Ketut Susi membenarkan informasi tersebut.

“Sudah dapat info soal itu (rawan tsunami) dari desa sama pemkotnya (Pemerintah Kota Denpasar),” kata Susi kepada IDN Times, Selasa (14/10/2025).

Bagaimana cerita Susi dan warga Serangan memitigasi diri dari potensi tsunami? Berikut kisah selengkapnya.

1. Pedagang di wilayah Pantai Karang belum mendapatkan simulasi evakuasi bencana tsunami

pantai karang 2.jpg
Wisatawan mancanegara berjemur di tepian Pantai Karang. (IDN Times/Yuko Utami)

Ada 10 lapak pedagang di Pantai Karang, dua di antaranya menjual makanan. Sisanya fokus berjualan pernak-pernik dan kain pantai. Susi telah 45 tahun berjualan di Pantai Karang. Selama itu, belum ada simulasi holistik terkait evakuasi potensi tsunami.

“Kalau simulasi belum pernah, cuma informasi saja,” ujar ibu empat anak ini.

Saat ditanya kapan terakhir kali sosialisasi potensi tsunami, Susi tak dapat mengingatnya. Saat pemberitahuan potensi rawan tsunami itu, Susi hanya mengingat pesan agar tetap berhati-hati dan waspada.

“Dibilang hati-hati. Kalau ada apa-apa lari ke situ,” tutur Susi sambil menunjuk jalur evakuasi ke arah jalan utama.

Kondisi di Pantai Karang tak seramai Agustus 2025 lalu. Kata Susi, Oktober ini termasuk sepi pengunjung sejak dulu. Susi pun berlalu melayani wisman yang menanyakan harga kain pantai kepadanya.

2. Kawasan Serangan rutin simulasi dan sosialisasi setiap tanggal 26

Pulau Serangan Bali (unsplash.com/ Yudi Haryasa)
Pulau Serangan Bali (unsplash.com/ Yudi Haryasa)

Tak hanya Sanur, Serangan juga masuk daftar daerah rawan tsunami. Sanur dan Serangan adalah dua dari sembilan titik yang terpasang titik sirine peringatan tsunami. Sirine itu bernama Bali Tsunami Early Warning System (B-TEWS) sebagai sistem peringatan dini tsunami berbasis radio digital backup GSM.

Wilayah lain yang terpasang sirine peringatan tsunami yaitu Seminyak, Tanjung Benoa, Kuta, Kedonganan, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Nusa Dua, Tanah Lot, dan Seririt. Pihak yang memegang kendali sirine dan bersiaga selama 24 jam adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengendalian Bencana Daerah BPBD Provinsi Bali (Pusdalops).

Warga Kelurahan Serangan, I Wayan Karma, tahu betul bahwa wilayah Serangan sebagai kawasan rawan tsunami. Tapi Karma tetap berharap tsunami tidak terjadi di wilayah yang dikenal dengan hasil lautnya itu.

“Memang betul wilayah serangan sebagai kawasan rawan tsunami. Tetapi harapan kami semoga tidak terjadi tsunami, dan dari pemerintah sudah mempersiapkan gedung TEWS dan sirine untuk mengantisipasinya,” jelas pria yang juga menjabat Kepala Bidang (Kabid) Pemadaman dan Penyelamatan Damkar Denpasar saat dihubungi IDN Times, Selasa (14/10/2025).

Karma melanjutkan, wilayah Serangan rutin mengadakan sosialisasi dan simulasi evakuasi tsunami. Proses sosialisasi dan simulasi itu rutin dilaksanakan setiap tanggal 26 pukul 10.00 Wita.

3. Potensi gempa di wilayah Denpasar akibat pengaruh dua sumber gempa utama

Ilustrasi gempa. (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi gempa. (IDN Times/Arief Rahmat)

Kepala Stasiun Geofisika Denpasar, Rully Oktavia Hermawan, menjelaskan kepada IDN Times penyebab Kota Denpasar termasuk dalam wilayah rawan tsunami. Kata Rully, secara tektonik, Denpasar dan sekitarnya berada di zona aktif seismik karena dua sumber gempa utama, yaitu zona subduksi selatan Bali dan sumber gempa sesar aktif darat. 

Pertama, zona subduksi selatan Bali merupakan pertemuan Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di selatan Pulau Bali.

“Sumber ini dapat memicu gempa kuat dengan magnitudo besar, lebih dari 7 di laut selatan Bali, yang juga berpotensi tsunami jika disertai deformasi dasar laut,” jelas Rully.

Ukuran gempa dengan magnitudo dari 7 hingga lebih, menyebabkan kerusakan serius pada bangunan.

Kedua, Rully menyampaikan adanya sumber gempa sesar aktif darat di wilayah Bali bagian tengah dan utara, yakni Sesar Flores Back Arc Thrust (FBAT) dan Sesar Busur Belakang Bali (Bali Back Arc Thrust). Selain kedua gempa sesar aktif tersebut, ada beberapa sesar lokal yang dapat menimbulkan gempa dangkal dengan intensitas cukup kuat di pemukiman, termasuk Kota Denpasar.

Hingga saat ini, berdasarkan catatan rutin seismisitas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bali dan Denpasar, wilayah Denpasar rutin mengalami gempa kecil hingga sedang.

“Sebagian besar tidak merusak, namun perlu diwaspadai karena wilayah ini berada di kawasan rawan sedang hingga tinggi,” tegas Rully.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

Tari Baris Bedug dan Karya Alilitan Resmi Menjadi WBTB

14 Okt 2025, 13:53 WIBNews