Angkut Sampah Sungai Dekat Rumah di Tabanan, Mudhita Dicap Buduh

Tabanan, IDN Times- Sungai adalah sumber penghidupan ekonomi, interaksi, hingga sosial bagi makhluk hidup. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan sungai beralih fungsi. Banyak terjadi pelanggaran sempadan akibat pertumbuhan pembangunan, pencemaran industri, hingga sampah rumah tangga. Sehingga sungai jadi kehilangan fungsinya.
Seorang warga Tabanan, I Nyoman Muditha, selama lima tahun lebih berjuang untuk mengembalikan fungsi sungai di Tabanan. Dengan kesadaran penuh, pria usia 68 tahun ini termasuk penjaga sungai di Tabanan. Ia rutin turun ke sungai mengambil sampah-sampah yang mengotori sungai.
Muditha sampai mendapat cap orang buduh atau gila atas tindakannya. Namun apa yang dilakukan Muditha menyebabkan sungai yang ada di dekat rumahnya menjadi bersih, bahkan dijadikan arena bermain dan mandi bagi anak-anak. Berikut cerita Nyoman Muditha atas membersihkan sungai di dekat rumahnya.
1. Mulai membersihkan sungai didekat rumah

Muditha awalnya mulai membersihkan sungai ketika sebelum COVID-19 atau pada akhir 2019. Saat itu ia pulang ke rumahnya di Banjar Batu Gaing, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Ia melihat sungai di belakang rumahnya sangat kotor. Dipenuhi sampah plastik, hingga ranting dan kayu. Kondisi sungai sampai tidak bisa dilewati karena banyaknya sampah.
Muditha dari remaja sudah sangat peduli dengan lingkungan. Melihat sungai di belakang rumahnya sangat kotor, ia pun turun membersihkannya setiap hari sambil mengunggah kegiatannya di media sosial (medsos) seperti Instagram.com/impakman, Facebook.com/i.nyoman.muditha, dan TikTok.com/inyomanmuditha, hingga grup chat.
"Saya posting ke medsos dan grup chat untuk ingin tahu, ada gak yang peduli. Ternyata ada, dari turun sendiri. lama-lama saya dibantu anak muda di banjar saya. Total ada 11 orang yang ikut turun membersihkan sampah," ujar saat diwawancara 15 September 2025.
Usaha Muditha dan anak muda di banjarnya membuahkan hasil. Dua bulan rutin membersihkan sampah, sungai yang bernama Tukad Yeh Puyung ini menjadi bersih. Bahkan menjadi tempat mandi dan arena bermain anak-anak di banjar.
"Usaha kami juga menarik founder Sungai Watch yang kemudian me-launching pemasangan jaring sampah yang diawali di Tukah Yeh Puyung. Itu tanggal 10 Oktober 2020," kata Muditha.
2. Terus menerus mengedukasi warga untuk mengolah sampah dari sumber

Selain membersihkan sampah, Muditha juga terus menerus melakukan edukasi di medsos maupun secara langsung ke warga di lingkungan rumahnya. Ia mengedukasi warga mengolah sampah dari sumbernya, atau yang dihasilkan dari sendiri. Sama seperti program yang digalakkan pemerintah daerah (pemda) sekarang, ia lebih dulu mengimbau pemilahan di rumah. Sampah organik harus masuk ke biopori, dan plastik dibawa ke bank sampah.
"Sisanya residu sampah, tidak lebih dari 5 persen dari sampah yang kita hasilkan, baru dibuang ke tempat pembuangan akhir," ujarnya.
Tidak hanya mengedukasi setiap hari, Muditha juga mencetus pembuatan bank sampah di banjarnya. Meski sempat mandeg ketika pandemik, namun saat ini bank sampah di banjarnya sudah berjalan lancar.
"Saya juga memberikan contoh pengolahan sampah organik dengan membuat biopori di rumah. Saat hujan lebat kemarin, rumah saya tidak banjir. Ini karena ada penyerapan ke tanah lewat biopori," katanya.
Selama lima tahun mengedukasi dan membersihkan sampah di sungai, usahanya tidak sia-sia. Saat ini warga di banjarnya sudah tidak lagi membuang sampah sembarangan ke sungai, dan mengolah sampahnya dari sumber.
3. Edukasi harus dilakukan secara rutin

Muditha mengatakan, tantangan menjaga kebersihan sungai sampai sekarang adalah minimnya kesadaran warga itu sendiri untuk mengolah sampah dari sumber. Meski warganya sudah sadar, namun sampah dari hulu tetap ada. Ini yang menurutnya harus menjadi perhatian: edukasi secara menyeluruh. Pemerintah dinilai melakukan edukasi tetapi tidak kontinyu. Edukasi satu kali, setelah itu tidak berlanjur. Padahal, katanya, mengubah mindset itu tidak gampang. Ia jadinya menghimbau warga untuk belajar memilah sampah dan bijak menangani sampah.
"Karena sampahku adalah tanggung jawabku, dan sampahmu adalah tanggung jawabmu. Jangan membuang sampah sembarangan apalagi langsung ke sungai. Jaga Bali, jangan dikotori," ajaknya.