Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Anak Muda Bali Bekerja di Luar Negeri dan Memilih Pulang

ilustrasi orang bermigrasi untuk kerja di luar negeri (Freepik.com/macrovector)
ilustrasi orang bermigrasi untuk kerja di luar negeri (Freepik.com/macrovector)
Intinya sih...
  • Anak muda Bali, Lana, memilih bekerja di luar negeri untuk mencari pengalaman dan penghasilan yang lebih besar.
  • Lana menghadapi tantangan adaptasi dengan budaya kerja yang berbeda, bahasa asing, dan rasa rindu dengan keluarga di rumah.
  • Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, Ida Bagus Setiawan, menyatakan bahwa ada 3.358 pekerja migran dari Bali yang tersebar di beberapa negara pada tahun 2025.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Denpasar, IDN Times - Tagar kabur aja dulu telah menggema sekitar Februari 2025, sebagai ekspresi kekecewaan warga atas sederet masalah di Indonesia. Lana (bukan nama sebenarnya) memaknai, #kabursajadulu dengan keluar zona nyaman dan mencoba hal baru.

Sejak April 2025, perempuan ini memilih bekerja di luar negeri. “Saya ingin mencari pengalaman baru, sekaligus meningkatkan kemampuan profesional di bidang hospitality (perhotelan),” tutur Lana kepada IDN Times pada Senin (10/11/2025) melalui pesan WhatsApp.

Selain mencari pengalaman, Lana juga mengaku ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

Sebelum meniti karier di luar negeri, Lana bekerja di bagian layanan F&B

Ilustrasi F&B (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)
Ilustrasi F&B (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Lana menuturkan, sebelum melanjutkan karier di luar negeri. Ia telah bekerja di bidang yang sama, yaitu perhotelan tepatnya pada bagian makanan dan minuman atau food and beverage (F&B) di satu hotel. “Di luar negeri saya bekerja di bidang yang sama,” ungkapnya.

Lana terbilang baru dalam meniti karier sebagai pekerja migran, ada sejumlah tantangan yang dihadapinya. “Mulai dari adaptasi dengan budaya kerja yang berbeda, bahasa, dan rasa rindu dengan keluarga di rumah,” papar Lana.

Keluarga sempat khawatir bekerja di luar negeri, tapi Lana pilih kembali ke Indonesia

ilustrasi pulang ke rumah (pexels.com/Alex P)
ilustrasi pulang ke rumah (pexels.com/Alex P)

Awalnya, Lana tak mudah meyakinkan keluarga agar dapat restu bekerja di luar negeri. Ia mendapat berbagai respons, ada yang mendukung, tapi ada juga yang khawatir karena jauh dari keluarga. “Namun setelah melihat keseriusan saya, akhirnya mereka mendukung keputusan saya,” kata Lana.

Hampir 9 bulan bekerja di negeri orang, Lana yang berlayar di kapal pesiar merasakan berbagai perbedaan signifikan antara bekerja di Indonesia dengan di luar negeri. Penghasilan bekerja di luar negeri lebih besar, apalagi ditambah mata uang dolar yang meroket dibandingkan rupiah.

Satu sisi, selama bekerja di Indonesia, Lana bersyukur karena kebutuhan tetap tercukupi. Baginya, penghasilan yang didapat bergantung pada ketelitian dalam mengatur keuangan dan menyisihkan untuk tabungan.

Belum selesai masa kontraknya, Lana harus kembali ke Indonesia karena sakit. Selama masa pemulihan, Lana memikirkan dan memutuskan untuk kembali mengais rezeki di Indonesia.

“Saya tetap berpikir untuk bekerja di Indonesia, mungkin dengan membuka usaha sendiri di bidang makanan dan minuman,” tuturnya.

Lana berharap pengawasan dan edukasi calon pekerja migran semakin matang

Ilustrasi pelatihan pekerja (pexels.com/ThisIsEngineering)
Ilustrasi pelatihan pekerja (pexels.com/ThisIsEngineering)

Lana mengamati, masih ada pekerja migran Indonesia yang mengalami penipuan dan kekerasan di tempat kerja. Ia berharap agar pemerintah memperkuat pengawasan dan perlindungan para pekerja. “Masih perlu ditingkatkan dalam hal pengawasan dan edukasi bagi calon pekerja agar lebih siap,” kata dia. 

Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (Disnaker ESDM) Provinsi Bali, Ida Bagus Setiawan mengatakan, tahun 2025 ada 3.358 pekerja migran dari Bali yang tersebar di beberapa negara. “Sebaran terbanyak ke negara Italia, Turki, Jepang dan Bulgaria,” kata Setiawan kepada IDN Times. Sebagian besar bekerja di bidang perhotelan, laki-laki di Bali lebih banyak bekerja sebagai pekerja migran, yaitu 1.984 orang. Sementara, perempuan di Bali sebagai pekerja migran sebanyak 1.374 orang.

Para pekerja migran dari Bali yang mengadu nasib ke negeri orang, berusia 18 hingga 50 tahun. Saat ditanya perlindungan pekerja migran, khususnya perempuan, Setiawan berharap pemberi kerja menyediakan hak pekerja untuk perempuan. Mulai dari cuti haid, hamil, hingga melahirkan.

“Begitu juga dengan perempuan yang bekerja pada malam hari, seharusnya perusahaan memberikan jaminan akan perlindungan mereka dari tindakan-tindakan kejahatan yang bisa saja mengintai mereka saat pulang malam,” kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us

Latest News Bali

See More

Cerita Anak Muda Bali Bekerja di Luar Negeri dan Memilih Pulang

15 Nov 2025, 15:33 WIBNews