Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Akademisi Asumsikan 102 Ribuan Jiwa di Gerokgak Terdampak Kekeringan

ilustrasi kekeringan (Markus Spiske/pexels.com)
ilustrasi kekeringan (Markus Spiske/pexels.com)

Buleleng, IDN Times - Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, I Wayan Krisna Eka Putra, menyampaikan kekeringan akan berdampak di sejumlah kecamatan Kabupaten Buleleng. Satu kawasan ang diprediksi terdampak cukup parah adalah Kecamatan Gerokgak. Krisna menyebutkan, asumsi dampak yang diproyeksikan meliputi penduduk dengan 102.479 jiwa terdampak, termasuk 150 penyandang disabilitas.

Kecamatan Gerokgak termasuk dalam wilayah penyusunan dokumen rencana kontinjensi (renkon) kekeringan di Kabupaten Buleleng Tahun 2026-2028. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, menyampaikan penyusunan dokumen renkon kekeringan sebagai pedoman kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di Buleleng, khususnya kekeringan akibat musim kemarau panjang.

Sebelumnya, laporan pendahuluan telah dibahas pada Juli 2025 bersama tim pembahas. Sementara tahapan laporan ini, peserta forum group discussion (FGD) daring diajak meninjau kembali saran yang telah ditanggapi. Sehingga diharapkan penyusunan dokumen menjadi lebih komprehensif dan efektif.

1. BPBD Buleleng ungkap renkon kekeringan mendesak

bnpb 1.jpg
Ilustrasi bantuan dari BNPB. (IDN Times/Yuko Utami)

Sebelumnya, Kabupaten Buleleng sudah memiliki Renkon Banjir, Gempa Bumi, dan Tsunami. Kini, BPBD Buleleng dan sederet stakeholder menyusun Renkon Kekeringan. Pada 2026 mendatang, akan dilanjutkan dengan penyusunan rancangan Renkon Tanah Longsor dan Konflik Sosial.

“Untuk kekeringan, penyusunan dokumen ini sangat mendesak karena dampaknya dapat berakibat luas, mulai dari krisis air bersih, terganggunya pertanian, hingga kerentanan pangan dan meningkatnya risiko kebakaran hutan maupun lahan,” kata Ariadi dalam rilisnya, Selasa (16/9/2025).

Sementara, penetapan skenario kekeringan di Kecamatan Gerokgak sebagai wilayah prioritas terdampak, dengan periode risiko Juli hingga Oktober. Seluruh desa di kecamatan ini, diproyeksikan mengalami dampak dengan bahaya primer berupa kekurangan air bersih. Sementara, bahaya sekunder berupa gangguan kesehatan seperti diare, demam, dehidrasi akut, kekurangan gizi, penyakit kulit, hingga komplikasi bagi kelompok rentan dan penderita penyakit bawaan.

2. Kekeringan juga akan berdampak pada lingkungan dan siklus ekonomi

ilustrasi kekeringan (unsplash.com/Bogomil Mihaylov)
ilustrasi kekeringan (unsplash.com/Bogomil Mihaylov)

Kekeringan akan berdampak pada lingkungan dan siklus ekonomi. Pada sisi ekonomi, adanya risiko gagal panen implikasinya dengan penurunan pendapatan petani. Kekeringan ini juga berdampak pada siklus lingkungan, misalnya penurunan debit sungai, danau, serta mata air yang merusak habitat alami. Dampak lainnya pada sektor layanan publik, keterbatasan distribusi air bersih dari PDAM mengharuskan suplai air ditopang melalui tangki bantuan.

Sebagai akademisi, Krisna memperhitungkan kebutuhan, skema pemenuhan air bersih minimal untuk satu orang adalah 15 liter per hari, kebutuhan sedang 20 liter per hari, dan skenario optimal 50 liter per hari. Sumber air yang masih tersedia antara lain SPAM PDAM, air permukaan, bendungan, dan sumur bor.

“Dukungan peralatan sangat penting, di mana setiap armada truk tangki hanya mampu melakukan maksimal 6 kali suplai per hari. Saat ini Buleleng baru memiliki 10 armada, jumlah yang masih jauh dari kebutuhan,” kata Krisna.

Ia menyampaikan, akibatnya dibutuhkan penambahan melalui kerja sama lintas kabupaten/kota maupun dunia usaha. Selain itu, perlu disediakan sedikitnya 42 tandon air (tiga tandon per desa untuk 14 desa).

3. Akademisi menilai stakeholder gercep menangani kasus kekeringan di Buleleng

ilustrasi posko pengungsian (unsplash.com/Julia Ricard)
ilustrasi posko pengungsian (unsplash.com/Julia Ricard)

Krisna mengatakan, tujuan dan sasaran Organisasi Penanganan Darurat Bencana (OPDB) Kabupaten Buleleng adalah melaksanakan operasi penanganan kedaruratan kekeringan mulai hari “H” dan jam “J” setelah penetapan status darurat. Durasi penanganan tersebut yakni 14 hari, dapat diperpanjang atau diperpendek.

“Operasi ini bersifat tugas kemanusiaan dengan melibatkan unsur multipihak sesuai prinsip penanggulangan bencana,” ujarnya.

Sementara, pusat kendali Pos Komando akan berlokasi di Kantor Bupati Buleleng, Pos Lapangan di Kantor Camat Gerokgak, dan Pos Pendamping di Kantor BPBD Buleleng. Apabila dibutuhkan, lokasi pengungsian akan menggunakan fasilitas umum di pusat-pusat desa. Ada berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan Renkon Kekeringan di Buleleng, baik di skala kecamatan, kabupaten, hingga Provinsi Bali.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

Akademisi Asumsikan 102 Ribuan Jiwa di Gerokgak Terdampak Kekeringan

17 Sep 2025, 13:25 WIBNews