6 Akibat Selalu Menunda Niat Baik, Keburu Jadi Penyesalan

Apa niat baik yang akhir-akhir ini kerap dipikirkan olehmu? Kenapa sampai sekarang kamu belum juga melakukannya? Mungkin memang ada hambatan nyata yang membuat niat itu belum terlaksana. Tapi bisa juga rintangan terbesarnya semata-mata karena kamu lebih suka "Nanti..."
Dengan dirimu berniat baik saja memang sudah bagus bila dibandingkan seandainya gak ada niat positif sama sekali. Apalagi jika malah niatmu jelek baik untuk kehidupan pribadi maupun dalam urusan yang berkaitan dengan orang lain. Namun, niat baik ini jangan terus dibiarkan begitu saja sebatas sebagai wacana.
Kamu perlu mendorong diri lebih kuat buat segera melaksanakannya. Pahami bahwa penundaan atas setiap hal baik dapat mendatangkan keburukan yang akhirnya disesali. Dirimu tidak perlu terlalu buru-buru, tetapi beri batasan kapan sesuatu benar-benar kudu dilakukan. Apabila niat positif terus ditunda, ini yang bakal terjadi.
1. Makin banyak alasan buat terus menunda bahkan mengurungkan

Penundaan tanpa penyebab yang jelas hanya akan membawamu pada rasa ragu yang makin kuat. Ini karena rasa takut mulai menguasai. Jika rasa takut dibiarkan, niat baik apa pun pasti batal terlaksana. Kamu kudu bisa mengalahkan pikiran yang terus memunculkan alasan buat menunda sesuatu.
Sebagai gantinya, pikirkan alasan sebaliknya yaitu kenapa dirimu lebih baik menyegerakannya? Cara ini membuat pikiranmu lebih realistis daripada terus mengembangkan pembenaran buat membatalkan suatu niat baik. Contoh simpel, saat dirimu berniat bersih-bersih rumah.
Alasan penundaan pertama misalnya, hari masih terlalu lagi. Bersih-bersihnya agak siang saja. Setelah siang, muncul alasan lain seperti kamu hendak pergi dulu. Pulang pergi ganti alasan capek dan mau tidur siang saja. Sore harinya dirimu berpikir rumah gak usah dibersihkan pun tak apa karena malam tidak akan ada tamu. Besok ini kembali terjadi yang bikin rumah tambah kotor.
2. Rencana jangka panjang makin sulit terealisasi

Punya rencana jangka panjang tidak lantas pelaksanaannya bisa diundur-undur. Sesuatu menjadi rencana jangka panjang apabila sukar diwujudkan dalam waktu singkat. Biasanya ini terkait dengan rencana besar yang butuh persiapan termasuk banyak dana.
Meski rencana jangka panjang punya kelonggaran waktu, bukan kemudian kamu bisa santai-santai. Waktu yang ada mesti digunakan sebaik-baiknya untuk memulainya sekarang juga. Misalnya, niatmu untuk memperbaiki kesehatan dengan menjaga pola makan.
Efek dari mengatur pola makan barangkali baru terasa beberapa bulan sampai tahun sejak diet dijalankan. Akan tetapi apabila kamu terus menunda memperbanyak konsumsi serat misalnya, kapan tubuh yang lebih sehat bisa dicapai? Bukannya target kesehatan berhasil diraih malah kondisimu makin buruk.
Ini artinya, nantinya perbaikan gaya hidup untuk kesehatan bakal jauh lebih sulit. Penyakit-penyakit berat telanjur menyerang. Indra perasa pun seperti gak puas apabila lebih banyak menikmati sayur dan buah daripada daging. Juga mengurangi tambahan garam serta gula dalam makanan dan minuman.
3. Melewatkan kesempatan terbaik

Niat baik juga perlu dilakukan ketika kesempatan terbaiknya masih ada. Kalau kesempatan itu sudah terlewat, pelaksanaan niat baik menjadi kurang bermanfaat. Misalnya, niatmu membantu korban bencana. Segera setelah dirimu mendengar terjadinya bencana dan tahu apa saja yang paling dibutuhkan korban, cepat beri bantuan semampumu.
Apabila waktu terus berjalan dan bantuan tak juga diberikan, banyak orang begitu kesulitan bertahan dalam situasi krisis. Kalaupun sudah datang bantuan dari berbagai pihak, bantuanmu yang baru tiba belakangan boleh jadi hanya menumpuk di gudang. Contoh lain terkait pentingnya menyegerakan niat baik ialah memperbaiki hubungan dengan orangtua.
Kalian pernah terlibat ketegangan dan masing-masing merasa terluka. Jika kamu dan orangtua tak secepatnya bermaaf-maafan, boleh jadi mereka telah berada di ujung usia. Andai orangtuamu telanjur berpulang, dirimu memang bisa terus meminta maaf di dalam hati atau di depan nisannya. Namun, tentu permintaan maaf seperti itu tidak sama dengan bila kamu meminta maaf secara langsung saat mereka masih hidup dan mampu merespons.
4. Selama tak ada aksi, niat hanya dalam angan

Jangan berpuas diri hanya karena kamu sudah punya berbagai niat baik dalam hati. Niat sama dengan rencana yang memerlukan tindakan supaya menjadi kenyataan. Contoh simpelnya, kamu ingin hidup lebih bermanfaat sekaligus minimalis dengan mendonasikan buku-buku yang sudah selesai dibaca.
Niatmu mulia sekali mengingat masih banyak orang yang sulit mengakses bacaan. Harganya cukup mahal, tidak ada toko buku di sekitar tempat tinggalnya, dan biaya pengiriman jika membeli secara online mahal. Di pihakmu sendiri, tumpukan buku lama sudah begitu mengganggu.
Rumah terasa penuh. Kamu gak bisa menyimpan buku yang baru dibeli secara layak sebab rak-rak sudah sesak. Niat baikmu mesti diikuti dengan tindakan yang sesuai. Selama niat mengosongkan rak buku cuma dalam angan, setiap hari dirimu masih menjumpai pemandangan yang bikin suasana hati kurang baik. Buku-buku berjejalan dan lembap.
5. Kaitannya dengan orang lain, kamu mengecewakannya

Contoh niat baik yang berkaitan dengan orang lain ialah meresmikan hubungan dengan pacar. Kalian sudah lama bersama. Pacar telah berulang kali meminta agar kalian menikah saja. Ia tidak melihat kendala apa pun dalam hubungan kalian asalkan dirimu bersungguh-sungguh mencintainya.
Dalam dirimu, niat untuk menikah dengannya sebenarnya juga sudah ada. Akan tetapi, entah mengapa kamu masih maju mundur. Meski dirimu juga tak menemukan alasan yang jelas atas keraguan itu. Sikapmu yang tak menyambut dengan baik ajakan pacar untuk menikah, bakal mengecewakannya.
Dia merasa bertahun-tahun berpacaran denganmu menjadi tidak berarti. Kalau memang ada hal-hal yang kudu dipersiapkan dulu, bicarakan dengannya. Biar persiapannya bisa lebih cepat selesai. Kuatkan komitmen agar niat baik yang berkaitan dengan orang lain tetap terlaksana dan gak bikin kecewa.
6. Sibuk membicarakannya dengan orang lain justru muncul gangguan

Ketika kamu sudah berniat tentang sesuatu, sering muncul keinginan buat membicarakannya dengan orang lain. Apalagi niatmu baik, pasti ada rasa bangga ketika dirimu menceritakannya pada siapa pun. Akan tetapi, membicarakan niat baik apa pun ke sembarang orang terlalu berisiko.
Jangan mengira mereka semua bakal mendukungmu. Ada pula orang yang malah terus membuatmu ragu dengan berbagai pandangannya. Akibatnya, kamu yang semula mantap untuk berbuat kebaikan malah berubah haluan. Andai pun dirimu tetap melaksanakan niat, ada saja gangguan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarmu.
Sebisa mungkin simpan niat baik itu di dalam hati lalu segera dilaksanakan. Kamu boleh membicarakannya dengan orang lain hanya bila yakin mereka bakal bersikap positif bahkan membantumu. Orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan niat baik tersebut atau berpotensi dengki lebih baik gak usah diberi tahu.
Menyegerakan pelaksanaan niat baik tidak berarti buru-buru. Niat baik yang gak simpel tetap perlu persiapan matang agar ketika dilakukan berjalan lancar. Namun, jangan pula kamu sibuk mencari-cari alasan hanya untuk terus menunda niat baik tersebut.