Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

3 Tipe Rumah Tradisional Bali ala Arsitektur Desa Trunyan

Buku Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali. (IDN Times/Yuko Utami)

James Danandjaya, seorang antropolog Indonesia, pernah meneliti Desa Trunyan selama satu tahun. Tepatnya dari tanggal 21 Maret 1974 sampai dengan 21 Maret 1975. Riset tersebut bertambah 10 hari lagi, tepatnya 12 sampai 21 Oktober 1976.

Penelitian untuk memperoleh gelar doktor dalam bidang antropologi tersebut telah dibukukan dengan judul Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali. Buku yang terbit pada tahun 1980 ini terdiri dari 706 halaman, membahas kehidupan masyarakat Desa Trunyan dari berbagai aspek. Satu di antaranya arsitektur hunian masyarakat Desa Trunyan pada rentang tahun tersebut.

1. Tipe rumah saka roras

Denah rumah ideal tradisional Bali. (IDN Times/Yuko Utami)

Rumah tradisional di Trunyan terdiri dari tiga tipe. Pertama saka roras, yaitu rumah yang menggunakan 12 tiang utama atau disebut dengan saka guru. Tiang itu menggunakan jenis kayu pinus dan cemara. Sebelum rumah dibangun, masyarakat Trunyan yang menggunakan tipe rumah ini akan membuat pondasi berbentuk teras dengan tinggi 123 sentimeter.

Teras itu tersusun dari dinding berbahan batu gunung, bentuknya persegi empat berukuran 623 x 421 sentimeter. Bagian tengahnya diisi dengan tanah, sehingga seisi lantai rumah terdiri dari tanah. Bagian atas teras yang berbentuk panggung tanah berdinding batu tersebut didirikanlah rumah dari kayu.

Rumah saka roras harus selalu menghadap ke arah selatan dan barat, pantang dibangun pada arah utara atau timur karena dipercaya penghuninya akan sakit-sakitan. Tipe rumah tradisional saka roras tampak lebih besar dari jenis lainnya.

2. Tipe rumah saka kutus

Gambaran denah 3 tipe rumah tradisional di Trunyan. (IDN Times/Yuko Utami)

Kedua, ada tipe rumah saka kutus, yaitu rumah dengan 8 tiang utama. Berkurangnya jumlah tiang, tentu tipe saka kutus ukurannya lebih kecil lagi dari saka roras. Saka kutus ini dibagi ke dua bagian. Bagian sedaan (ruang) terdiri dari dua amben. Sedangkan pelemahan terdiri dari dapur (pawon) dan tempat duduk (tegakan babuan).

Rumah tradisional Trunyan menggunakan tubuh manusia sebagai satuan ukuran yaitu depa, hasta, lengkat, cengkang, musti, dan lainnya. Saka sendiri bermakna tiang utama, sedangkan kata setelah saka bermakna angka dalam bahasa Bali. Jadi saka roras dimaknai sebagai 12 tiang utama, saka kutus artinya 8 tiang utama, dan begitu seterusnya.

3. Tipe rumah saka nem

Pelinggih tempo dulu di Desa Tenganan, Karangasem. (IDN Times/Yuko Utami)

Adapun rumah saka nem, merupakan tipe rumah yang terdiri dari bagian sedaan (ruang) dan pelemahan (batas). Ukurannya yang sempit maka bagian bernama sedaan hanya terdiri dari satu amben (teras) saja. Batasnya tidak dibagi dengan saklek, sehingga sedikit ruang tersisa yang dijadikan dapur. 

Secara tradisional untuk memperkuat dinding rumah tinggal, dinding kayu bagian luar dilapisi lagi dengan dinding tambahan yang terbuat dari susunan batu paras berbentuk empat segi panjang atau bundar panjang, dan sebagai bahan perekat tidak menggunakan semen, melainkan tanah liat saja.

Bentuk rumah asli masyarakat Trunyan kecil sekali, dan tidak berjendela. Sehingga rumah tradisional di masa lampau tersebut dari aspek kesehatan sirkulasi udara kurang memenuhi syarat.

Share
Topics
Editorial Team
Ni Komang Yuko Utami
Irma Yudistirani
Ni Komang Yuko Utami
EditorNi Komang Yuko Utami
Follow Us