Sarang Burung Walet Indonesia Dimaksimalkan pada Produk Minuman

- Sarang burung walet merupakan komoditas unggulan dan dapat dikonsumsi dalam bentuk minuman.
- Produk ECHO Nusantara berasal dari hutan alami Kalimantan Timur, mengandung sarang berkualitas premium, dan mendukung konservasi lingkungan.
- Industri sarang burung walet di Indonesia memberikan mata pencaharian bagi banyak komunitas lokal, terutama di pasar global seperti China.
Badung, IDN Times – Saat ini, sarang burung walet menjadi salah satu komoditas unggulan. Sarang burung walet bahkan bisa dikonsumsi dalam bentuk minuman.
Salah satunya, ECHO Nusantara. Produk ini asli Indonesia yang berasal dari hutan alami seluas 174.000 hektar di Kalimantan Timur, diklaim mengandung sarang burung walet berkualitas premium dan bebas bahan kimia.
CEO ECHO Nusantara, Sachi Sophia K Djojohadikusumo mengatakan, bahwa produk minuman sehat ini menonjolkan kualitas unggul serta komitmen mendalam terhadap konservasi lingkungan. Di sisi lain, produksi minuman ini juga memprioritaskan praktik panen yang etis dan berkelanjutan.
“Produk ini kami hadirkan untuk menunjukkan keindahan dan warisan Indonesia. Kami berharap kami bisa menyebarkan kebaikan produk ini. Produknya berkualitas AAA yang diakui baik di pasar Indonesia maupun internasional,” ungkapnya.
1.Indonesia memiliki potensi sarang burung walet yang tinggi

Menurut CEO ECHO Nusantara, Sachi Sophia, sarang burung walet sangat dihargai karena nilai kuliner dan medisnya yang unik. Sarang-sarang ini, yang terbentuk dari air liur walet yang mengeras, merupakan bahan utama dalam sup sarang burung yang menjadi sajian istimewa di banyak budaya Asia.
Indonesia yang memiliki ekosistem luas dan beragam, menyediakan lingkungan ideal bagi walet untuk berkembang. Dengan kondisi tersebut, menjadikan Indoneia sebagai salah satu produsen sarang burung walet terbesar di dunia.
“Industri sarang burung walet telah menjadi sektor penting di Indonesia, memberikan mata pencaharian bagi banyak komunitas lokal. Sarang burung walet berasal dari Indonesia, lebih dari 90 persen. Tapi pengkonsumsi terbanyak orang China,” jelas Sachi Sophia.
2.Kualitas hidup burung walet dijaga, berpengaruh pada produk

Lebih lanjut sarang-sarang ini dipanen secara hati-hati dari daerah pesisir dan gua batu kapur-- yang merupakan tempat alami walet membangun sarangnya. Proses pemanenan dilakukan secara teliti setelah burung-burung meninggalkan sarangnya.
Hal ini dilakukan guna memastikan keberlanjutan, dan minimnya gangguan terhadap siklus hidup alami burung walet. Sehingga ekosistem burung walet akan tetap terjaga. Sarang-sarang yang di panen ini memiliki ukuran besar, warna cerah, dan kepadatan optimal.
“Dalam beberapa tahun terakhir, industri ini berkembang dengan pendirian rumah walet yang dirancang untuk meniru lingkungan alami burung, memungkinkan panen yang terkendali dan berkelanjutan,” kata Sachi Sophia.
3.Bali menjadi sasaran pasar produk sarang walet Indonesia

Sementara itu, dua varian yang dilepas di pasaran yakni rasa pandan dan kurma dengan harga per botolnya Rp260 ribu. Produk itu diklaim mampu bertahan hingga 11 bulan sejak tanggal produksi tanpa bahan kimia.
Produk minuman ini diungkap bagus untuk meningkatkan imunitas dan metabolisme. Selain itu juga produk sarang walet kering dengan harga mulai Rp1,1 juta.
“Pengkonsumsi terbanyak itu orang China. Dan di Bali banyak China membuka peluang pasar bagi kami,” ungkap Sachi Sophia.
Dalam satu porsi produk sarang burung walet ECHO Nusantara mengandung 3,5 gram, yang merupakan takaran harian yang direkomendasikan untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan.
Industri sarang burung walet Indonesia dipandang penting di pasar global, khususnya di China. Produk ini diyakini memiliki manfaat kesehatan seperti meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memperbaiki kesehatan kulit.