Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pulau Pudut yang Hilang di Bali, Kini Ditumbuhi Mangrove

Pulau Pudut
Aktivitas penanaman Mangrove di Pulau Pudut. (IDN Times/Ayu Afria)

Badung, IDN Times - Selama lebih dari tujuh tahun tinggal di Bali, baru kali ini mendengar tentang pulau di Bali yang hilang begitu saja karena proyek, abrasi, hingga perubahan iklim. Mungkin generasi muda saat ini juga tak mengenal kisah pulau ini. Pulau Pudut terletak di wilayah Tanjung Benoa, Kabupaten Badung. wilayah ini kini berubah menjadi lokasi penanaman Mangrove. Ada tiga jenis Mangrove yang dikembangkan di antaranya Rhizophora apiculata (Bakau minyak), Rhizophora mucronata (Bakau hitam), dan Rhizophora stylosa.

Ketua Balara Mangrove Heroes, I Nyoman Ridet Artikanaya alias NK Rama (55), mengatakan butuh waktu sekitar 5 tahun untuk menghijaukan Pulau Pudut melalui Mangrove. Oleh karenanya dengan mempertimbangkan kendala yang ada, ia menggandeng instansi terkait.

"Semoga saya panjang umur. Kenapa? Karena alam ini sudah hijau karena aktivitas kita, visi kita bahwa membuat Hutan Mangrove di areal ini sekurang-kurangnya 50 hektare dan target 80 hektare. Tapi bertahap, di tahap pertama ini yang sudah jadi 50 hektare," ungkapnya.

1. Pulau Pudut tak berpenghuni dan hilang karena abrasi

Pulau Pudut
Aktivitas penanaman Mangrove di Pulau Pudut (IDN Times/Ayu Afria)

Menurut laki-laki kelahiran 1970 ini, Pulau Pudut adalah pulau kecil di pesisir barat Pantai Tanjung Benoa. Semasa ia kecil sekitar tahun 1980, Pulau Pudut tersisa 5 hektare. Hilangnya Pulau Pudut ini karena abrasi parah. Abrasi itu terjadi karena dampak aktivitas penimbunan di Pulau Serangan oleh Bali Turtle Island Development (BTID), pendalaman alur kapal, perubahan iklim, dan sebagainya. Ombak besar dari arah Barat di bulan-bulan tertentu, juga menambah abrasi semakin parah hingga Pulau Pudut hilang.

Dulunya, Pulau Pudut berisi tanaman Mangrove, Waru, Ketapang, Cemara, dan rumput khas bernama Rumput Kawat dalam Bahasa Bali-nya. Selain itu juga dipenuhi oleh tumbuhan semak-semak tanpa penghuni. Ia mengingat jelas kenangan pada 1978. Kala itu Nyoman Ridet bermain sepak bola dan membawa ternak sapi di pulau ini.

"Sebelum itu Pulau Pudut, berdasarkan cerita dari kumpi saya itu luasnya 14 hektare. Namun sekarang sudah tidak ada. Zero hektare," katanya.

Aktivitas penanaman Mangrove di lokasi menjebak pasir yang dibawa pasang air laut, membentuk daratan yang kini dikenal sebagai daratan Pulau Pudut berpasir putih. Luasannya kini sudah melebihi 4 hektare.

2. Liberta Hotel International dukung kelestarian alam dan pariwisata Bali

Pulau Pudut
Aktivitas penanaman Mangrove di Pulau Pudut (IDN Times/Ayu Afria)

Pulau Pudut menjadi area CSR banyak lembaga untuk pelestarian Mangrove. Direktur Penjualan dan Pemasaran Liberta Hotel International, Yayat, mengatakan sekitar 1000 Pohon Mangrove disumbangkan ke Pulau Pudut awal bulan ini. Harapannya restorasi Mangrove mampu meredam energi gelombang hingga 66 persen dalam 100 meter pertama hutan. Kemudian menyimpan 4 kali lebih banyak karbon per hektare dibandingkan hutan hutan tropis. Mangrove yang sehat meningkatkan hasil perikanan, menopang jutaan mata pencahariaan pesisir di Indonesia.

Selain penanaman Mangrove, hotel juga mengambil peran kegiatan pelepasan tukik, penanaman Cemara Pantai di beberapa wilayah Indonesia. Kegiatan ini selain mendukung kelestarian alam juga diakui untuk menghubungkan pengalaman tamu dengan kegiatan konservasi sehingga berdampak kepada kestabilan pariwisata.

"Peran kami juga mencakup komunitas dan lingkungan yang menopang keberadaan kami," terangnya.

3. Perlu trik khusus melestarikan Mangrove di Pulau Pudut

Pulau Pudut
Aktivitas penanaman Mangrove di Pulau Pudut (IDN Times/Ayu Afria)

Nyoman Ridet mengatakan, area penanaman Mangrove memiliki kultur yang tidak sama, sehingga berpengaruh kepada pertumbuhan dan daya hidup Mangrove. Teknik penanaman khusus diperlukan. Yakni dengan menanam secara bergerombol sekitar 10-15 bibit Mangrove, yang disebut dengan Sistem tanam Kotak Api-api.

Sistem ini muncul karena sulitnya penanaman Rhizophora apiculata dengan pola lama. Namun Rhizophora apiculata mampu hidup dengan sistem penanaman kotak. Ukuran kotak bambu tersebut 45 persegi dan tinggi 55 cm.

"Jika areal di sini ditanami dengan cara biasa yang disebut satu pohon satu ajir, tidak hidup. Banyak tertimbun oleh alga dan sebagainya, patah karena ombak. Gampang diserang oleh hama teritip, kepiting, dan lain sebagainya," terangnya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

Gundah Gulana Ibu di Bali di Tengah Efisiensi dan Kekerasan Negara

03 Sep 2025, 17:08 WIBNews