BPOM RI Berharap Indonesia Mampu Merebut Pasar Global Vaksin TBC

Denpasar, IDN Times - Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, Taruna Ikrar, mengungkapkan Indonesia harus mampu merebut peluang pasar produksi vaksin Tuberkulosis atau TBC secara global untuk memenuhi 45 juta dosis vaksisn TBC. Angka tersebut berdasarkan keterangan WHO, bahwa kebutuhan global vaksin TBC saat ini mencapai 50 juta dosis, sedangkan Indonesia hanya mampu memenuhi 5 ribu dosis.
Hal tersebut disampaikan dalam agenda 26th Developing Countries Vaccine Manufacture Network AGM 2025 dengan tema Advancing Innovation & Building Resilient Vaccine Ecosystem For a Safer World di Sanur, Kota Denpasar, Kamis (30/10/2025).
"Kemampuan kita perkiraannya cuma 5 juta dosis untuk awal. Berarti masih ada space 45 juta itu kan ketersediaan hubungannya dengan bisnis untuk menyuplai kebutuhan dunia. Nah, artinya aspek bisnis, aspek ekonomi itu akan terkait dengan ketersediaan vaksin itu sendiri," terangnya.
1. Kebutuhan vaksin dalam negeri dan global akan terus meningkat

Menurut Tarunan Ikrar, pandemik COVID-19 memberikan pengalaman tersendiri bagi industri vaksin, terutama Indonesia. Setelah wabah tersebut, ketersediaan vaksin sangat penting karena ke depannya disebut akan ada penyakit-penyakit baru, tapi penyakit-penyakit lama juga akan tetap ada. Misalnya saja TBC, hepatitis, dengue, dan berbagai penyakit lainnya.
"Saya melihat pemain utamanya memang Bio Farma tapi kan kita memiliki ada Etana, Biotis dan JBio. Jadi kita sudah ada empat. Jadi harapannya kita bisa menjadi pemain utama di dunia global. Intinya itu," katanya.
2. Pemerintah harus menyiapkan ekosistem dari hulu dan hilir

Menyikapi situasi tersebut, ia berpendapat Pemerintah Indonesia harus membangun empat hal untuk memfasilitasi ekosistem ketersediaan vaksin TBC dalam negeri maupun global, mulai dari hulu hingga hilir. Di antaranya kesiapan Indonesia dalam membangun jaringan yang kuat untuk ketersediaan vaksin tersebut. Sebagai pemerintah, khususnya BPOM, bertanggung jawab untuk seluruh cycle mulai dari kehidupan vaksin, riset, development, marketing otoritation, izin edar, distribuasi, pemakaian, hingga law enforcement.
"BPOM tentu ingin memberikan ruang ekosistem yang bagus supaya pertumbuhan vaksin ini dan ketersediaannya bisa terpenuhi," terangnya.
Kemudian pemerintah sebagai penjamin keamanan, efikasi dan penjamin kualitas vaksin. Paling terakhir dalam konsep ketersediaan vaksin, aspek pendanaan juga sangat penting.
3. Kebutuhan vaksin Indonesia masih sangat besar dibandingkan ketersediaan

Kebutuhan vaksin dalam negeri sendiri berkorelasi dengan angka kelahiran, dan morbiditas. Indonesia membutuhkan vaksin lumayan besar karena dua hal tersebut. Produksi vaksin dalam negeri untuk memenuhi pasar dalam negeri pun belum mampu dipenuhi. Misalnya vaksin Polio untuk 4,8 juta bayi yang lahir di Indonesia.
"Tentu kan ada vaksin-vaksin dasar misalnya vaksin dasar yang berhubungan misalnya BCG, DPT dan berbagai lainnya. Termasuk Polio," jelasnya.
















