Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Banyak Hotelier Melewatkan Peluang Pasar Akibat Kurang Responsif

ilustrasi kamar hotel dengan kasur (pexels.com/Max Vakhtbovycn)
ilustrasi kamar hotel dengan kasur (pexels.com/Max Vakhtbovycn)

Badung, IDN Times - Sebanyak 47 persen hotelier di Indonesia mengakui sering melewatkan peluang pendapatan sedikitnya sekali setiap minggu, karena mereka tidak dapat merespons cukup cepat. Terutama saat kompetitor mengubah harga atau kemunculan event baru.

Hal ini terungkap dalam riset terbaru yang dilakukan oleh SiteMinder. Survei yang dilakukan pada Agustus 2025 melibatkan 700 hotelier dari berbagai fokus dan ukuran properti di destinasi utama, termasuk 59 responden dari Indonesia.

Market Vice President untuk Asia Pasifik di SiteMinder, Bradley Haines mengatakan penelitian ini meninjau praktik manajemen pendapatan hotel, adopsi teknologi, dan hambatan operasional yang dihadapi industri saat ini. Hasilnya menunjukkan adanya kesenjangan operasional signifikan. Di mana 92 persen hotelier di Indonesia menyatakan kecepatan merespons pasar (speed-to-market) menjadi semakin penting dalam satu tahun terakhir.

“Banyak hotel di Indonesia belum memiliki tim khusus untuk manajemen pendapatan, sementara dinamika pasar semakin kompleks, mulai dari event olahraga besar hingga pola perjalanan yang cepat berubah,” ujarnya.

1. Banyak hotelier masih bergantung pada sistem manual

Hotel Griya Santrian sudah beroperasi 53 tahun (IDN Times/Ayu Afria)
Hotel Griya Santrian sudah beroperasi 53 tahun (IDN Times/Ayu Afria)

Vice President untuk Asia Pasifik di SiteMinder, Bradley Haines, mengatakan meskipun urgensi tersebut meningkat, banyak properti di Indonesia yang masih bergantung pada proses manual yang membatasi kemampuan mereka untuk bereaksi cepat terhadap perubahan pasar.

Dari hasil survei, 46 persen hotelier mengaku hanya memperbarui tarif kamar sebulan sekali atau bahkan lebih jarang. Sementara 42 persen lainnya melakukannya seminggu sekali meski kondisi pasar bisa berubah berkali-kali dalam sehari.

2. Hotel-hotel di Lombok dan Bali Selatan mengalami kenaikan tarif

ilustrasI Hotel (unsplash.com/Sasha Kaunas)
ilustrasI Hotel (unsplash.com/Sasha Kaunas)

Hilangnya kesempatan pendapatan menjadi semakin signifikan, mengingat industri perhotelan Indonesia tengah menghadapi peluang besar dari berbagai event berskala nasional dan internasional.

Data SiteMinder menunjukkan bahwa hotel-hotel di Lombok dan Bali Selatan mengalami kenaikan tarif kamar rata-rata hingga 19 persen year on year selama Pertamina Grand Prix of Indonesia pada Oktober 2025, dengan tarif harian rata-rata mencapai Rp3.013.711 dan total pemesanan meningkat hampir 10 persen. Angka ini menegaskan potensi pendapatan yang bisa dicapai oleh hotel yang mampu merespons cepat terhadap lonjakan permintaan berbasis event.

3. Hotelier harus mulai mempertimbangkan rekomendasi teknologi berbasis AI

Ilustrasi lobi hotel (Pexels/Quark Studio)
Ilustrasi lobi hotel (Pexels/Quark Studio)

Untuk menjawab tantangan ini, SiteMinder meluncurkan Dynamic Revenue Plus, solusi manajemen pendapatan berbasis mobile yang dikembangkan bersama IDeaS. Solusi ini dirancang untuk membuat teknologi revenue management tingkat lanjut dapat diakses oleh semua jenis hotel di dunia.

Platform ini menawarkan intelijen pasar secara real time, serta memungkinkan hotelier melakukan aksi langsung terhadap strategi harga, inventori, dan distribusi, melalui rekomendasi harian yang didasarkan pada event lokal, pergerakan kompetitor, serta pola permintaan pasar.

Peluncuran ini sejalan dengan tingginya minat hotelier Indonesia terhadap inovasi berbasis teknologi. Di mana 68 persen secara aktif mencari solusi berbasis AI, jauh di atas rata-rata global sebesar 49 persen dan 25 persen lainnya terbuka terhadap rekomendasi berbasis AI. Dynamic Revenue Plus mendorong adopsi manajemen pendapatan yang lebih luas dengan menggabungkan intelijen pasar real time dan kemampuan eksekusi instan dalam satu sistem mobile first.

"Kini, hotel mana pun di Indonesia, baik dari butik di Ubud maupun resor di Lombok, dapat beralih dari praktik manual statis menuju operasional yang benar-benar dinamis, memperoleh alat yang memungkinkan mereka bergerak secepat pasar dan memaksimalkan potensi pendapatannya," jelasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

Banyak Hotelier Melewatkan Peluang Pasar Akibat Kurang Responsif

30 Okt 2025, 10:44 WIBNews