Lima Produk SMK Negeri 1 Mas Ubud Masuk Kurasi di Pendopo

Denpasar, IDN Times - Sejumlah perempuan berkebaya berjalan anggun menuju kursi putih di tengah-tengah Pendopo di mal Living World Denpasar, pada Senin (22/12/2025) sore. Ada yang rambutnya disanggul, digerai, dan ada yang memakai kerudung. Beberapa laki-laki menggunakan kemeja pendek bermotif batik, dan juga ada yang memakai baju khas Bali. Sejumlah model anak-anak hingga dewasa juga turut menampilkan kemampuannya membawakan busana.
Di depan Pendopo berbagai produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dijajar rapi. Produk lokal tersebut dari para perempuan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Bali yang baru terkurasi lolos untuk dijual di mal. Hal yang menarik lima produk yang terkurasi merupakan produk dari anak-anak SMK Negeri 1 Mas Ubud, Kabupaten Gianyar. Diantaranya Teh Daun Kelor, Gujubi Cookies, Brownsiam, Hijaucrunch Cookies, dan Lilin Aroma Terapi Tripaka Candle.
1. Siswa SMK Negeri 1 Mas Ubud mampu menjawab kebutuhan pasar

Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Mas Ubud, I Komang Purwata, mengatakan berawal dari komunitas siswa-siswi Young Entrepreneur Community (YEC) yang diberikan bantuan modal kewirausahaan. Hasilnya mereka mampu membuat produk yang layak dipasarkan, produk tersebut tidak hanya untuk menjawab kebutuhan namun juga disertai inovasi. Dalam sehari setidaknya mereka mampu membuat 100 produk, sesuai permintaan pasar. Kemudian juga produk kreasi yang mampu menjawab pasar. Seluruh produk yang diciptakan oleh siswa-siswinya tersebut sudah berizin, dan akan dimiliki oleh anak-anak tersebut setelah lulus sekolah.
"Kami sangat bersyukur ada di sini, setidaknya menunjukkan kualitas-kualitas produk yang dimiliki anak-anak kami," ungkapnya.
2. Produk 19 UMKM di Bali terfasilitasi Pendopo

Head of Pendopo, Putu Laura, menyampaikan melalui Karya Untuk Ibu membantu menghadirkan 19 UMKM unggulan yang memiliki produk berkualitas dan cerita dibalik setiap karyanya. Inisiatif ini merupakan bagian dari dalam memperkuat ekosistem UMKM, khususnya daerah, dengan meningkatkan visibilitas merek lokal ke pasar yang lebih luas, serta menciptakan ruang kolaborasi yang berkelanjutan antara pelaku usaha, komunitas, dan publik.
"Kami berharap ruang penuh karya ini dapat menjadi tempat yang menghubungkan pengunjung dengan cerita dibalik setiap produk, sekaligus membuka jalan bagi pelaku UMKM perempuan untuk berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas,” ungkapnya.
Sebanyak 19 UMKM yang seluruhnya dikelola oleh pelaku usaha perempuan di Bali menampilkan ragam produk kriya dan fesyen dengan karakter dan cerita yang beragam. UMKM yang berpartisipasi antara lain Kuwera Ja By Noa, Lapak Teten, RNR Garment, Seraya Mekar, Sri Widi, Tiny Tropic, Uwaisgen, Dewata, Fairme, Kaori, RY Kitchen, SMKN 1 Mas Ubud, Adole, Andi Sokasi, Etukart, Ikabana, Mawar Bangli, The Bless Shop, dan Wraspaty.
Kehadiran para pelaku usaha perempuan ini merepresentasikan peran ibu dan perempuan sebagai kreator sekaligus penggerak ekonomi yang berangkat dari nilai budaya, ketekunan, dan keberlanjutan usaha.
3. Kolaborasi menumbuhkan ekonomi lokal

Ketua Umum HIPPI Bali, AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda, mengatakan kolaborasi ini bagian dari komitmen dalam mendorong pengusaha UMKM, khususnya pengusaha perempuan, agar semakin berdaya saing dan bertumbuh secara berkelanjutan. Kolaborasi seperti ini menjadi dorongan penting untuk menumbuhkan ekonomi lokal dan berakar pada kekuatan komunitas.
"Karya Untuk Ibu, sebagai ruang strategis untuk memperluas jejaring, meningkatkan produktivitas usaha, serta membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku usaha perempuan," terangnya.
Gelaran Karya Untuk Ibu dibuka dengan fashion show oleh Jegeg Bagus Bangli, yang menampilkan karya fashion lokal dengan interpretasi modern.
4. Kepercayaan diri UMKM lokal perlu dipupuk

Sementara itu, Asisten Deputi bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Wilayah III, Dewa Ayu Laksmi, menyampaikan pembangunan yang berkelanjutan berawal dari manusia, keluarga, dan komunitas yang tumbuh bersama nilai budayanya. Melalui ruang kolaboratif seperti para pelaku usaha tidak hanya mendapatkan akses pasar, tetapi juga peningkatan produktivitas, networking, dan kepercayaan diri untuk terus berkembang secara berkelanjutan.
"Sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, komunitas, menjadi kunci dalam menciptakan dampak positif dalam pelestarian budaya dan pertumbuhan ekonomi kreatif yang berakar pada kearifan lokal," ungkapnya.
Tak berhenti di situ, pameran ini berlanjut pada tanggal 28 Desember 2025 dengan menghadirkan fashion show ibu dan anak berkebaya, serta fashion show yang menampilkan kain endek sebagai simbol kedekatan, keberlanjutan, dan peran keluarga, khususnya ibu, dalam menjaga nilai budaya.
















