Shelter Berizin di Tabanan Rawat Ratusan Ekor Anjing

- Keluarga di Tabanan mendirikan shelter anjing bernama Aseman Bali Dog Association.
- Shelter ini menampung 400 anjing terlantar dan liar, dirawat oleh keluarga dan 10 relawan.
- Tantangan terberat adalah pandemi COVID-19 yang membuat donasi menurun, namun shelter bertahan dengan bantuan pertanian.
Tabanan, IDN Times- Berawal dari kecintaan terhadap anak berbulu (anabul), khususnya anjing, satu keluarga di Tabanan membuat tempat penampungan atau shelter. Berizin sejak 2023, shelter ini menampung anjing-anjing terlantar dan liar.
Sebelum berizin resmi, shelter bernama Aseman Bali Dog Association atau Yayasan Bali Dharma Satwa Aseman itu sudah beroperasi selama bertahun-tahun sebelumnya. Saat ini, sebanyak 400 ekor anjing dirawat di Aseman Bali Dog Association yang berlokasi di Desa Manikyang, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan tersebut.
Berikut pemaparan Sekertaris Yayasan Bali Dharma Satwa Aseman, Agus Rahandynata mengenai perjuangan merawat ratusan anjing terlantar.
1. Berawal dari keluarga yang menyukai anjing

Agus bercerita, awal mula ia dan keluarganya membuka shelter untuk anjing karena keluarganya menyukai anjing. "Ayah dan ibu saya di rumah memilihara anjing sampai 15 ekor.
Karena dulu mereka tinggal di perumahan di Kota Tabanan, ada tetangga yang mengeluh dan komplain. "Orangtua kemudian memutuskan membuat kandang anjing di kebun milik mereka yang ada di Desa Manikyang, Selemadeg," ujarnya, Jumat (21/2/2025).
Awalnya keluarga ini hanya membuat kandang untuk menampung 15 ekor anjing yang mereka miliki. "Itu sekitar tahun 2016-an. Lama-lama banyak yang datang untuk menanyakan apakah bisa merawat anjing terlantar atau menitip anjing mereka," ujar Agus.
Hingga saat ini dari 1,5 hektare lahan yang dimiliki orangtua Agus, sekitar 65 are sudah digunakan sebagai lahan shelter untuk menampung anjing-anjing terlantar yang kini jumlahnya ratusan ekor.
2. Setiap bulan, shelter butuh 2 ton beras untuk makanan anjing

Agus dan keluarga pun berkomitmen dan berusaha menolong dan merawat anjing yang terlantar dan sakit. "Mulai dari sakit kulit maupun luka-luka," ujarnya.
Ada 10 orang yang ikut merawat anjing-anjing tersebut, baik anggota keluarga maupun volunteer. Dalam sehari, anjing-anjing itu diberi makan dua kali.
Dalam sebulan, 400 ekor anjing ini membutuhkan sebanyak 2 ton beras dan 1,5 ton ubi. "Mereka makan pagi itu nasi, ubi dan ayam giling. Sorenya dapat snack berupa dog food kering. Untuk dog food ini sebulan habis sekitar 70 sak," ujar Agus.
Untuk kesehatan, para anjing ini rutin diperiksa dokter hewan. Para anjing ini juga rutin divaksin rabies dan vaksin lainnya serta sudah disteril.
3. Tantangan datang saat pandemik COVID-19 melanda

Menurut Agus, tantangan terberat saat ia menjalanin shelter ini bersama keluarganya adalah saat pandemi COVID-19. Donasi yang diberikan dari orang-orang otomatis menurun.
Untuk bertahan, ia dan keluarganya kemudian bertani. Menanam padi dan ubi serta pepaya. "Padi ini sebanyak 70 persen panennya kami gunakan untuk memberi makan anjing begitu juga ubinya. Kalau pepaya kami jual ke pasar. Uangnya kami berikan kepala ayam atau daging ayam untuk makanan mereka," ujarnya.
Beruntung, shelter ini bertahan dan anjing-anjing yang dirawat bisa dipertahankan. Kini, setelah shelter berizin, hidup dan kesehatan anjing di sana terjamin, sesuai dengan syarat yang sudah ditetapkan pemerintah.
4. Masyarakat diharapkan tidak buang anjing sembarangan

Shelter ini juga terbuka bagi orang yang mau mengadopsi anjing. Syaratnya cuma satu yaitu benar-benar mencintai dan merawat anjing tersebut hingga akhir hayatnya.
"Anjing-anjing di sini sudah divaksin lengkap dan disteril. Apabila mengadopsi belum cukup umur untuk steril, nanti bisa kembali dibawa ke shelter untuk disteril ketika umurnya sudah cukup," kata Agus.
Menurutnya, masyarakat saat ini masih suka membuang anjing sembarangan. "Sekitar 90 persen anjing yang kami selamatkan itu berjenis kelamin betina. Itu artinya banyak yang membuang anjing betina karena takut beranak pinak, padahal ada langkah steril," kata dia.
Selain itu, imbuhnya, masyarakat juga belum siap dana saat anjingnya sakit. Sehingga kebanyakan anjing sakit ini dibuang.
Menurutnya, anjing liar bisa menjadi "sampah" hidup karena menularkan rabies. Hulu dari penularan rabies adalah anjing liar sehingga diperlukan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang anjing sembarangan, memelihara anjing dengan baik, serta menjaga populasinya dengan steril.
"Apalagi Bali belum bebas rabies. Banyak wisatawan yang mengeluhkan jika masyarakat kita itu masih suka buang anjing sembarangan," kata Agus.