Kerajinan Tenun Cagcag di Marga Tabanan Krisis Generasi Penerus

- Generasi muda lebih suka terjun ke pariwisata
- Pengrajin kain tenun cagcag saat ini hanya memenun selendang
- Pihak desa sedang merancang program pelatihan bagi generasi muda
Tabanan, IDN Times - Kabupaten Tabanan memiliki kain tenun khas yang dinamai kain tenun cagcag. Pengrajin kain tenun cagcag ini masih bisa ditemui, salah satunya di Puri Gede Blayu, Desa Peken Blayu, Kecamatan Marga.
Ketua Kelompok Tenun Cagcag Sekar Jepun Belayu, I Gusti Ayu Kartiniati menjelaskan, tradisi menenun kain di Puri Gede Blayu sudah menjadi tradisi turun-temurun yang diwariskan dari pengelingsir (tetua) perempuan kepada anak perempuannya.
Sayangnya, kini tidak banyak generasi muda yang mau mempelajari teknik memenun kain cagcag tersebut. Hal itu bisa menjadi ancaman kelestarian kain cagcag di masa mendatang.
1. Generasi muda lebih suka terjun ke pariwisata

Kartiniati mengungkap, tradisi menenun kain tersebut sudah ada sejak jaman kerajaan. "Saya sendiri sudah belajar menenun sejak duduk di bangku sekolah dasar, saat itu saya diajari oleh pengelingsir saya, mengisi waktu setelah pulang sekolah,” ujarnya, Kamis (2/10/2025).
Selain untuk mengisi waktu, ketrampilan menenun ini diajarkan untuk meningkatkan perekonomian karena kain tenun yang dihasilkan juga dijual ke pasar.
Namun seiring waktu dan kemajuan zaman, tidak banyak lagi penerus yang mempelajari kerajinan tenun cagcag. I Gusti Ayu Suarti, salah seorang penglingsir Puri Gede Blayu mengaku khawatir jika nanti tradisi menenun di Puri Gede Blayu ini terputus karena tidak adanya generasi penerus.
"Generasi muda yang ada di Puri Blayu lebih suka bekerja di perusahaan atau di sektor pariwisata dibandingkan untuk belajar menenun," katanya.
Salah satu penyebab turunnya minat anak muda untuk belajar memenun adalah penghasilan yang tidak menentu. “Karena penghasilannya tidak menentu, jadi generasi muda kami lebih memilih bekerja di sektor lain,” ungkap Suarti.
2. Pengrajin kain tenun cagcag saat ini hanya memenun selendang

Kerajinan tenun cagcag biasanya terdiri dari berbagai jenis kain, mulai dari kamen (kain yang lebar), selendang dan kampuh. Motifnya pun beragam, mulai dari motif pakan lidi, cerik bolong jendela, sumping waluh, blengbong, hingga cerik poleng.
Suarti mengaku, saat ini para pengrajin di Puri Gede Blayu hanya memproduksi selendang saja, karena tidak ada lagi pengrajin yang bisa membuat motif kain (kamen) sehingga produksinya terbatas.
“Untuk kain kamen saat ini kami tidak produksi lagi, karena yang membuat motif sudah meninggal. Saat ini kami hanya memiliki tujuh orang pengrajin dan seluruhnya berusia di atas 60 tahun,” paparnya.
Untuk menghasilkan satu lembar selendang sepanjang 2,5 meter, penenun memerlukan tiga gulung benang katun. Sedangkan untuk harga benangnya sendiri, dibanderol dengan Rp125 ribu per bal, satu bal ini bisa menghasilkan hingga 15 gulung benang.
“Untuk harga, kami menjual selendang per lembarnya Rp250 ribu sampai dengan Rp300 ribu per lembar, tergantung motif dan tingkat kesulitannya,” ungkapnya.
3. Pihak desa sedang merancang program pelatihan bagi generasi muda.

Untuk mengantisipasi punahnya tradisi menenun di Puri Gede Blayu ini, pemerintah desa sedang merancang program pelatihan bagi generasi muda.
“Kami ada rencana mengarahkan lewat dana desa untuk membuat pelatihan menenun agar anak-anak, khususnya generasi muda di wilayah Desa peken Belayu ini bisa belajar menenun, sehingga tradisi ini tidak punah,” kata Kasi Kesra di Desa Peken Belayu I Gusti Ayu Rai Parnitiningsih.