Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petugas KPPS di Badung, Bali mengenakan kostum kesenian Arja Cupak. (Dok.Pribadi/Irine Rine)

Setelah melewati masa kampanye selama 75 hari dan masa tenang selama tiga hari, akhirnya tiba juga hari pemungutan suara dalam pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Rabu (14/2/2024). Masyarakat Bali berbondong-bondong menyalurkan suaranya di Tempat Pemungutan Suara (TPS), tempat di mana mereka terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT), Daftar Pemilih Tambahan (DPTb), ataupun Daftar Pemilih Khusus (DPK).

Tak hanya semangat dari pemilih yang terlihat. Nuansa TPS di sejumlah tempat juga dibuat kreatif, lain daripada yang lain untuk menarik perhatian masyarakat. Seperti di Kabupaten Badung, dari 1.485 TPS yang ada, sebanyak tiga TPS di Banjar Blungbang, Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi yakni TPS 19, 20, dan 21, tampil cukup unik.

Semua petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di tiga TPS tersebut memakai kostum seni drama tradisional Bali bernama seni Arja Cupak. Alhasil, penampilan mereka menjadi ‘pusat perhatian’ para pemilih yang datang ke TPS.

1. Ingin menunjukkan penyelenggaraan pemilu bernuansa budaya asli yang dimiliki masyarakat Banjar Blungbang

Petugas KPPS di Badung, Bali mengenakan kostum kesenian Lenda-lendi Calonarang. (Dok.Pribadi/Irine Rine)

Ketua KPPS TPS 21 Banjar Blungbang, Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, I Nyoman Tengger, menuturkan kostum Arja Cupak yang dipakai saat pemungutan suara ini merupakan kesenian asli dari masyarakat setempat, dan sudah diwariskan sejak dulu. Sehingga penggunaan kostum ini, anggota KPPS TPS 19, 20, dan 21 ingin menunjukkan penyelenggaraan pemilu yang bernuansa budaya.

Hingga saat ini, kesenian tersebut tetap eksis bertahan dari gempuran kemajuan zaman. Bahkan kata Tengger, kostum Arja Cupak ini beberapa kali sempat menjadi ikon perhelatan pemilu di banjar tersebut.

“Kami di Banjar Blungbang, Desa Penarungan ini memang punya seni budaya Arja Cupak yang sudah diwariskan sejak dulu. Nah di TPS ini, dari dulu kami menjadikan kostum kesenian Arja Cupak sebagai ikon setiap ada perhelatan pemilu. Jadi semua anggota KPPS memakai kostum sesuai dengan peran-peran yang ada dalam seni Arja Cupak,” tuturnya.

2. Mengambil lakon Calonarang, ada tambahan peran Lenda-Lendi

Petugas KPPS di Badung, Bali mengenakan kostum kesenian Arja Cupak. (Dok.Pribadi/Irine Rine)

Dalam setiap pementasan Arja Cupak, biasanya mengambil tema atau lakon tertentu. Kali ini, tema atau lakon yang diangkat adalah Calonarang. Jadi, mereka tak hanya menggunakan kostum peran-peran dalam Arja Cupak. Bamun juga ada tambahan peran-peran dalam Calonarang seperti Lenda-lendi (murid Calonarang).

Ditanya soal dipilihnya lakon Calonarang, Tengger menyebut tidak ada tujuan khusus. Hanya saja jika dilihat dari filosofi, Calonarang sebagai simbol dualitas Rwa-Bhineda atau dua hal yang berlawanan. Tengger mengungkap harapan agar meskipun berbeda pilihan, namun pada akhirnya rakyat tetap bersatu, entah siapa pun yang terpilih nanti.

Sementara itu, dengan ditampilkannya kostum Arja Cupak, juga terselip harapan agar pemimpin terpilih nantinya tidak rakus setelah berkuasa. Sebab Cupak dalam cerita rakyat Bali digambarkan sebagai karakter manusia yang rakus.

“Cerita Calonarang biasanya tentang kebaikan dan keburukan. Jadi apa pun yang terjadi di dunia ini tidak lepas dari dua hal yang berbeda dan saling berlawanan. Di pemilu ini juga jalannya seperti itu. Entah siapa pun yang menang, itulah hasil yang terbaik dan kita tetap bersatu pada akhirnya,” kata Tengger.

3. Persiapan dari pukul 04.00 Wita, anggota KPPS memakai kostum seni selama satu hari penuh

Petugas KPPS di Badung, Bali mengenakan kostum kesenian Arja Cupak. (Dok.Pribadi/Irine Rine)

Tengger bercerita, anggota KPPS memakai kostum seni sejak pukul 04.00 Wita. Dari subuh, petugas KPPS mulai berhias dengan target selesai pukul 06.00 Wita. Kemudian pukul 07.00 Wita,mereka bersiap untuk memandu penyelenggaraan pemungutan suara hingga pukul 13.00 Wita. Kemudian dilanjutkan dengan penghitungan suara hingga selesai. Sehingga selama satu hari penuh, petugas KPPS memakai kostum seni.

“Karena penyelenggaraan pemungutan suara sampai penghitungan suara akan memakan waktu satu hari, sehingga petugas KPPS akan memakai kostum seni satu hari penuh juga. Tidak ada ganti-ganti. Karena dipakai seharian, saat dipasang itu akan dikondisikan dan dilonggarkan sedikit agar nyaman dipakai seharian,” tutupnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team