Musim Pancaroba, Dinkes Tabanan Imbau Waspadai Penyakit ISPA

- Dinkes Tabanan mencatat ISPA sebagai penyakit terbanyak kedua tahun 2025 dengan 6.071 kasus.
- Cuaca ekstrem dan kelembapan tinggi pada musim pancaroba meningkatkan risiko penularan ISPA.
- Masyarakat diimbau menjaga PHBS, mengenali gejala dini, dan segera berobat jika kondisi memburuk.
Tabanan, IDN Times - Memasuki musim pancaroba atau masa peralihan antara musim kemarau ke musim hujan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai meningkatnya kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).
Berdasarkan data, kasus ISPA menduduki peringkat ke dua penyakit terbanyak di Tabanan sepanjang tahun 2025 ini. Adapun peringkat pertama adalah kasus hipertensi sebanyak 7.520 kasus. Sementara kasus ISPA menduduki peringkat kedua sebanyak 6.071 kasus.
1. Perubahan cuaca ekstrem tingkatkan risiko penularan penyakit ISPA di masyarakat

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, dr. Ida Bagus Surya Wira Andi, mengatakan kondisi cuaca yang tidak menentu, perubahan suhu ekstrem, serta kelembaban tinggi menjadi faktor utama meningkatnya risiko penularan penyakit ISPA di masyarakat.
Ia melanjutkan perubahan suhu dan kelembaban yang tinggi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi. Sementara itu, lingkungan yang lembap pada musim pancaroba menjadi tempat ideal bagi virus penyebab ISPA untuk berkembang biak dan menyebar dengan mudah.
“Musim pancaroba adalah masa yang sangat sensitif terhadap perubahan kesehatan, terutama pada saluran pernapasan. Karena itu, masyarakat Tabanan diharapkan lebih waspada dan menjaga kebersihan diri serta lingkungan,” ujarnya, Senin (20/10/2025)
2. Gejala ISPA yang patut diketahui masyarakat

Masyarakat Tabanan diimbau untuk mengenali gejala ISPA sejak dini, seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam, lemas, serta nyeri otot atau sendi. Gejala yang lebih parah dapat berkembang menjadi sesak napas.
Untuk gejala ringan, perawatan masih bisa dilakukan di rumah. Namun jika kondisi memburuk, seperti demam tinggi hingga 39 derajat Celsius atau lebih, disertai menggigil, sesak napas, batuk tak kunjung reda, batuk berdahak yang tidak membaik dalam lima hingga tujuh hari, lemas berat, hilang nafsu makan, atau dehidrasi, masyarakat diminta segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat.
“Penanganan dini sangat penting agar infeksi tidak berkembang menjadi lebih berat. Jangan menunggu gejala semakin parah, karena deteksi dan pengobatan lebih awal dapat mempercepat proses pemulihan,” kata Bagus Surya.
3. Cegah ISPA dengan PHBS

Bagus Surya mengimbau untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam mencegah penularan penyakit ISPA seperti mencuci tangan secara rutin dengan sabun dan air mengalir, menghindari menyentuh wajah sebelum mencuci tangan, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, serta menggunakan masker saat berada di tempat ramai atau ketika udara tercemar terutama bagi masyarakat yang sakit.
"Untuk menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tidur cukup, berolahraga secara teratur, serta memastikan rumah memiliki ventilasi yang baik dan bebas dari asap rokok," katanya.