Menikmati Karya Amarawati Art Community Tampaksiring di Sanur

Denpasar, IDN Times - Pemandangan tak biasanya terlihat dari sudut Griya Santrian Gallery, Sanur, Kota Denpasar. Sejumlah karya seni tertata apik menarik perhatian mata. Tidak hanya lukisan, tetapi juga seni rupa lainnya seperti patung hingga ukiran. Ada ogoh-ogoh, ukiran tulang, karya instalasi, dan sebagainya.
Pameran tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan Amarawati Art Community Tampaksiring, Kabupaten Gianyar bertema Nadi Cita Tampaksiring. Dengan dikuratori dua orang, Made Susanta Dwitanaya dan Savitri Sastrawan, pameran ini berlangsung sejak 14 November hingga 31 Desember 2025.
Made Susanta Dwitanaya mengatakan, pameran ini merepresentasikan bagaimana aliran kreativitas budaya rupa yang tumbuh di Tampaksiring, terbentang dari masa lalu sampai sekarang.
"Pameran ini menampilkan 47 perupa dari Tampaksiring. Lintas generasi, lintas media baik seni lukis, seni patung, ukir tulang yang menjadi icon dari Tampaksiring, dan juga ada ogoh-ogoh yang mencirikan karakter Tampaksiring," ungkapnya.
1. Sebagai bukti budaya seni rupa tumbuh pesat di Desa Tampaksiring

Made Susanta Dwitanaya mengatakan, karya-karya yang dihadirkan dalam pameran tersebut untuk menunjukkan bagaimana budaya seni rupa tumbuh di Desa Tampaksiring sebagai satu bentangan arkeologis, bentangan situs, sekaligus bentangan locus yang melahirkan kultur di dalamnya. Bahkan dari masa prasejarah dengan bukti ditemukannya Nekara di Pejeng, hingga berlanjut di era kolonial atau penjajahan dan era setelahnya.
Di Tampaksiring mulai tumbuh seniman-seniman yang memiliki ciri khas pada karyanya, hingga seniman kontemporer. Sehingga dalam pameran ini seluruh karya diungkap menunjukkan bagaimana keseharian masyarakat Tampaksiring.
"Dari konsep nature yang melahirkn culture. Alam yang kemudian melahirkan budayanya sendiri," terangnya.
2. Karya perupa Tampaksiring turut memengaruhi tren kesenian

Karya seni perupa Tampaksiring tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena pada faktanya, menurut Made Susanta, karya seni mereka turut dalam menciptakan tren karya seni menarik. Misalnya saja pada karya ogoh-ogoh yang selalu menarik perhatian publik dengan ciri khas unsur anatomi, realistik, bentuk-bentuk yang lebih natural, dan ekspresif. Hal ini juga berlaku pada seni lain seperti seni ukir tulang dan gagang keris. Tidak dipungkiri dalam perayaan festival skala besar pun, karya seni dari Tampaksiring selalu dinanti-nanti publik.
"Ogoh-ogoh Tampaksiring itu punya karakternya tersendiri gitu, dan itu sebenarnya jauh sebelum era social media. Dari tahun 1990-an pun sebenarnya ogoh-ogoh Tampaksiring itu sudah begitu," terangnya.
3. Regenerasi perupa juga berjalan dinamis

Menariknya, para perupa tidak memandang gender. Selain itu juga terdapat karya dari perupa yang berusia anak. Hal ini sebagai bukti bahwa regenerasi perupa di Tampaksiring juga sedang berjalan dinamis. Para seniman muda menuruni bakat dari orangtuanya, karena tumbuh dalam lingkungan seni di keluarganya. Sebanyak 80 karya lukis terdiri dari 43 lukisan dan sisanya karya tiga dimensi.
"Proses regenerasi tumbuh," ungkapnya.


















