Mal untuk Anak Urban Denpasar, WNA Milih Pasar Tradisional

Denpasar, IDN Times – Hingga Agustus 2024, keberadaan mal di Provinsi Bali terus bertambah. Pertambahan ini tercatat ada di Kota Denpasar. Apakah Bali memang membutuhkan mal? Menurut Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Denpasar sekaligus Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Denpasar, Ida Bagus Sidharta Putra, keberadaan mal di daerah perkotaan merupakan hal yang wajar. Mengingat hal ini tidak terlepas dari opportunity business.
“Saya lihat itu opportunity business ya. Kalau di kota sah-sah saja. Kenapa? Akses jalan besar,” ungkap pria yang juga sebagai Ketua Yayasan Pembangunan Sanur.
1.Keberadaan mal sebagai fasilitas untuk anak-anak urban

Sidharta menilai, keberadaan mal di Kota Denpasar khusus menyediakan ruang bagi anak-anak urban yang sudah kehilangan tempat bermain. Ia menekankan, pergi ke mal tidak berarti harus belanja. Anak-anak urban juga memerlukan tempat nongkrong, minum kopi, hingga cuci mata.
“Sudah gak ada sawah, mainnya ke mal. Ini memberikan attraction kembali kepada masyarakat kita,” katanya.
2. Sementara, WNA cenderung menyukai pasar tradisional

Kondisi ini jauh berbeda dengan minat wisatawan asing (WNA) di Kota Denpasar. Mereka terpantau berminat ke pasar tradisional yang sudah dikemas bersih, indah, dan friendly kepada wisatawan. Hal ini yang diakuinya menjadi daya tarik bagi para WNA.
“Sebenarnya tamu-tamu (wisatawan asing) gak perlu mal. Boleh ditanya. Mereka lebih senang traditional market, flea market," terangnya.
Berikut ini daftar mal di Bali.
Kabupaten Badung:
- Lippo Plaza
- Mall Bali Galeria
- Beachwalk Shopping Center
- Discovery Mall Bali
- Park23 Creative Hub
Kota Denpasar:
- Trans Studio Mall Bali
- Level 21 Mall Bali
- Living World Denpasar
- Plaza Renon
- Icon Bali.
3.Pengunjung Pasar Sindhu didominasi oleh WNA

Sanur sendiri telah menggarap potensi pasar tradisional yang ramah WNA. Sebut saja Pasar Sindhu. Pasar tersebut direvitalisasi pada 2010, yang mengakomodir 90 persen pedagang di sekitar lokasi.
Pada malam hari, pasar ini mampu menyedot perhatian WNA di Sanur hingga 99 persen dari total pengunjung pasar. Keberadaan pasar ini, menurut Sidharta, sebagai pelengkap wajah Sanur dengan kesan klasiknya.
“(Awalnya) pasar itu kumuh, pasar itu bau, becek. Akhirnya kami bangun pasar bersih, segar, dan ramah. Tetap itu pasar tradisional walaupun bersih dan modern sedikit,” terangnya.