Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dua Karya Nyoman Martono Sentil Gaya Kehidupan Bermasyarakat Masa Kini

Ogoh ogoh
Tabuan Sirah karya Nyoman Martono (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Dua karya tiga dimensi menarik perhatian pengunjung pameran seni yang diselengarakan oleh kelompok Amarawati Art Community Tampaksiring di Griya Santrian Gallery, Sanur, Kota Denpasar. Satu di antaranya Ogoh-Ogoh Bregan Pering, dan Tabuan Sirah. Siapa menyangka pengerjaan karya tersebut selesai dalam waktu dua minggu pada 2025, tetapi maknanya sangat dalam.

Seniman karya Ogoh-Ogoh Bregan Pering, Nyoman Martono (39), terlihat memakai pakaian serba gelap. Ia menutupi kepalanya menggunakan kerpus atau kupluk berwana hitam, berpakaian kaus berwana hitam, dan menggendong tas punggungnya.

Ogoh ogoh
Bregan Peting karya Nyoman Martono (IDN Times/Ayu Afria)

Ia mengatakan, Bregan Pering tengah bertengger di rumpun Bambu Kuning. Karya ini terinspirasi dari pengalaman pribadi sang seniman. Ia ingin mengangkat Urban Legend berharap masyarakat tidak lupa dengan makhluk-makhluk tak kasat mata, jangan sembarangan membangun suatu daerah. Diceritakan bahwa saat itu ia pernah bekerja sebagai buruh proyek patung. Ada serumpun bambu yang kemudian digali tanpa ada upacara. Esok harinya, semua pekerja yang terlibat mengalami sakit berbagai macam mulai sakit biasa, hingga kesurupan.

"Ada orang pintar yang memvisualiasikan bahwa bentuknya memang kayak orang-orang zaman dulu. Karena apa? Orang-orang yang jadi Bregan Pering ini adalah korban dari pembunuhan, bunuh diri, dan sebagainya. Arwah gentayangan karena lama tidak diupacarai," terangnya.

Ogoh ogoh
Nyoman Martono (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu, Tabuan Sirah yang terbuat dari egg tray telur, dan bahan lainnya juga tak kalah menarik. Untuk mencapai kemiripan yang sempurna, Nyoman Martono meminta tolong Damkar kabupaten Gianyar. Ia meminta sisa serpihan sarang Tabuan beserta Tabuannya (Tabuan adalah tawon). Karya tersebut menggunakan Tabuan asli yang diletakkan secara cermat hingga menimbulkan kesan alami dan indah.

Sang seniman mengungkapkan niatnya untuk mengingatkan kembali masyarakat bahwa musyawarah dan gotong-royong itu penting. Keberadaan replika tengkorak manusia itu untuk mengingatkan agar manusia selalu menjaga kebaikan di kepalanya. Juga lekat dengan prosesi budaya di keyakinan Hindu bahwa ketika seseorang telah menjadi tulang belulang tetap masih menjadi saudara.

"Tabuan itu dari kecil membuat sarang itu, hingga besar itu gimana. Dia itu musyawarah. Gak ada ratunya, lho. Tabuan itu gak ada ratunya, gak ada rajanya. Kita harusnya mencontoh Tabuan. Gak seperti sekarang ini, tetangga aja gak tahu. Maaf ini," katanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Bali

See More

Dua Karya Nyoman Martono Sentil Gaya Kehidupan Bermasyarakat Masa Kini

16 Nov 2025, 19:35 WIBNews