8 Hewan Laut Ditemukan Terdampar di Pesisir Kabupaten Jembrana

Jembrana, IDN Times - Serangkaian kematian hewan laut yang dilindungi kembali menjadi sorotan. Sejak awal tahun hingga pertengahan September 2025, tercatat delapan kasus hewan laut terdampar dalam kondisi mati di pesisir Kabupaten Jembrana.
Data yang dihimpun menunjukkan kematian ini melibatkan beberapa jenis satwa seperti Penyu Hijau, Penyu Lekang, Lumba-Lumba Risso, dan Duyung. Kasus terakhir menimpa seekor Penyu Lekang pada 14 September 2025, yang ditemukan di Perancak.
1. Infeksi organ mengancam satwa dilindungi

Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan oleh petugas Jaringan Satwa Indonesia (JSI), sebagian besar kematian satwa ini disebabkan oleh infeksi organ dalam dan gagal napas. Enam dari delapan kasus yang tercatat memiliki penyebab kematian yang serupa.
Yaitu Penyu Hijau yang ditemukan di Kombading (13 Februari 2025) dan Perancak (8 Maret 2025), Penyu Lekang di Delod Berawah (15 April 2025), Lumba-Lumba di Perancak (29 Juni 2025), dan Duyung di Perancak (19 Juli 2025). Infeksi ini diduga menjadi faktor utama yang melemahkan kondisi satwa hingga mati.
2. Beberapa bangkai satwa yang tidak diidentifikasi

Selain penyakit infeksi, juga tercatat kasus kematian yang disebabkan oleh faktor lain , an ada juga yang tidak diketahui penyebabnya. Pada 26 Juli 2025, seekor Penyu Hijau ditemukan di Pekutatan dalam kondisi tempurung pecah akibat terkena baling-baling kapal.
Kejadian ini menyoroti bahaya aktivitas manusia di laut yang dapat membahayakan satwa. Sayangnya, dua kasus lainnya, yaitu Penyu Lekang yang ditemukan di Air Kuning pada 5 Agustus dan 14 September 2025, tidak bisa dilakukan nekropsi karena kondisinya sudah membusuk. Hal ini membuat penyebab kematian mereka tidak dapat dipastikan.
3. Penanganan satwa menggandeng JSI

Ahmad Januar, seorang petugas dari BKSDA Bali Resor Jembrana, mengonfirmasi data kematian satwa laut yang terdampar di wilayahnya. Pihak BKSDA bersama JSI terus memantau dan berupaya mengidentifikasi penyebab pasti dari kematian-kematian satwa ini.
Penemuan bangkai satwa yang membusuk menunjukkan tantangan besar dalam penanganan cepat di lapangan. Pasalnya, bangkai yang sudah membusuk sulit untuk diidentifikasi penyebab kematiannya.
"Berbagai faktor menjadi penyebab satwa tersebut ditemukan mati. Seperti penyu di Pekutatan, penyebabnya karena kena baling-baling kapal. Kemudian ada beberapa ekor penyu karena kondisi sudah membusuk jadi langsung dikubur. Seperti yang terakhir di Perancak," ujarnya.
Dirinya mempertegas upaya edukasi kepada warga dan nelayan, juga terus digalakkan untuk mengurangi risiko kematian satwa dilindungi akibat interaksi dengan aktivitas manusia.