Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Waspada Kanker Lambung, Gejala Mirip Maag Tak Sembuh-Sembuh

foto ilustrasi (pexels.com/polina-zimmerman)

Tabanan, IDN Times - Sebagian besar kasus kanker lambung datang ke layanan kesehatan ketika sudah stadium lanjut. Hal ini karena gejalanya mirip dengan sakit maag. Sehingga banyak penderitanya mengabaikan dan tidak melakukan pengecekan dini. Jadi buat kamu yang sering sakit maag dan tak kunjung sumbuh meskipun sudah diobati, wajib waspada.

Berikut ini gejala kanker lambung yang perlu diwaspadai menurut Dokter Spesialis Hemato Onkologi Medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan, dr I Made Duwi Sumohadi SpPD-KHOM Finasim.

1. RSUD Tabanan menangani 5 kasus kanker lambung setiap tahunnya

ilustrasi lambung (std-gov.org)

Duwi menjelaskan, RSUD Tabanan menangani lima kasus kanker lambung per tahun, yang rata-rata pasiennya datang setelah stadium lanjut.

"Ini karena gejala kanker lambung mirip dengan maag. Sehingga pasien jadi abai dan kebanyakan menganggap itu adalah penyakit maag," ujarnya.

Gejala kanker lambung yang paling umum dirasakan adalah mual, muntah, kembung, dan nafsu makan menjadi menurun. Gejala ini, jika diperiksakan ke layanan kesehatan primer maupun sekunder, tentu akan didiagnosis sebagai penyakit maag.

Namun lanjut Duwi, ada gejala konstitusional atau nonspesifik yang mengikuti gejala mirip maag, di antaranya:

  • Mengalami penurunan berat badan secara drastis. Yaitu 10 persen dari berat badan dalam rentang tiga sampai enam bulan
  • Keringat dingin pada malam hari
  • Demam berkepanjangan.

Apabila gejala mirip maag dan gejala konstitusional tersebut muncul, kemudian diobati tetapi tidak sembuh-sembuh, maka waspadalah akan kanker lambung dan segera periksakan diri.

2. Berhati-hati jika ada keluarga memiliki riwayat kanker lambung

ilustrasi maag (pixabay.com/unknownuserpanama)

Duwi menyarankan bagi keluarga yang memiliki riwayat kanker lambung, sebaiknya segera memeriksakan diri lebih awal. Orang yang memiliki riwayat dari keluarga penderita kanker lambung, jika terekspos faktor pemicu seperti gaya hidup tidak sehat, berpotensi besar mengalami hal yang sama.

Gaya hidup dan pola makan yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker lambung adalah sering makan daging, terutama daging olahan (yang dibakar), dan sering menyantap makanan yang tinggi garam. Rata-rata usia penderita kanker lambung adalah usia lanjut atau di atas 60 tahun.

3. Pengobatan kanker lambung bisa melalui operasi hingga kemoterapi

ilustrasi orang menjalani kemoterapi (myelomacrowd.org)

Metode pengobatan kanker lambung tergantung dari stadium kanker serta kondisi kesehatan pasien secara umum. Sedangkan peluang untuk sembuh dari kanker lambung tergantung pada stadium kanker di awal terdiagnosa, serta kondisi kesehatan dan usia pasien. Biasanya pengobatan kanker lambung melalui jalur operasi hingga kemoterapi.

"Jika masih stadium awal biasanya dilakukan operasi pengangkatan tumor di lambung, disertai dengan pemeriksaan lanjutan setelah operasi, apakah ada penyebaran atau tidak. Jika ada penyebaran, maka bisa dilakukan pengobatan lanjutan seperti kemoterapi," kata Duwi.

Tentu saha untuk menghindari kanker lambung adalah menerapkan pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan berserat, mengurangi makanan yang dibakar dan garam tinggi.

4. Direktur RSUD Klungkung wafat karena menderita kanker lambung

Dirut RSUD Klungkung, I Nyoman Kesuma. (Facebook/inyomankesuma)

Direktur RSUD Klungkung, dr I Nyoman Kesuma (58), meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah (Sanglah) pada pukul 10.00 Wita, Rabu (10/8/2022). Selama beberapa tahun terakhir, Nyoman Kesuma berjuang menghadapi kanker lambung dan tahun lalu telah menjalani operasi. Ia dirawat di RSUP Prof Ngoerah mulai 15 Juli 2022 lalu dan kondisi kesehatannya menurun sejak sebulan lalu.

“Beliau meninggal dunia sekitar pukul 10 pagi, sudah dirawat di RSUP Sanglah (Prof Ngoerah) sekitar tanggal 15 Juli lalu,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Klungkung, drg Ratna Dwijayanti.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
Ni Ketut Wira Sanjiwani
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us