Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Perempuan Punya Potensi Bergerak di Sektor Energi Terbarukan Bali

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/@tima miroshnichenko)
ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/@tima miroshnichenko)

Denpasar, IDN Times - Masalah sumber daya manusia (SDM) saling silang dengan pembahasan pengelolaan energi terbarukan di Bali. Jika mengacu pada data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2024 ada 50,68 persen warga Bali sebagai pekerja informal dengan rata-rata pendapatan sebulan Rp2,42 juta. Pekerja informal mereka yang tak punya jaminan kerja dan hak tunjangan kesehatan, termasuk pekerja rumah tangga yang mayoritas adalah perempuan dan para ibu.

Menurut Ketua Center for Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana (Unud), Prof Ida Ayu Dwi Giriantari PhD, tenaga kerja informal berpotensi besar mendapatkan sertifikasi di bidang energi terbarukan di Bali.

“Peran perempuan di bidang energi terbarukan sebenarnya bisa banyak,” kata Giriantari.

1. Perempuan lintas generasi punya potensi di energi terbarukan

ilustrasi perempuan bekerja (unsplash.com/Jason Goodman)
ilustrasi perempuan bekerja (unsplash.com/Jason Goodman)

Giri mengatakan, sebelum melibatkan perempuan dalam sektor energi terbarukan, penting untuk mengubah pola pikir bahwa sektor energi terbarukan tidak hanya diisi laki-laki. Menurut pengamatannya, perempuan saat ini telah cukup banyak terlibat dalam sektor energi terbarukan. Misalnya sebagai teknisi kendaraan listrik, setelah pelatihan perempuan memiliki ketelitian dalam merawat kendaraan listrik.

“Secara naluriah, perempuan itu lebih telaten dalam maintenance (merawat) perangkat dan operasional,” kata dia.

2. Belajar dari India, melatih ibu-ibu pasang instalasi PLTS

Ilustrasi perempuan India (pexels.com/id-id/@jodaarba/)
Ilustrasi perempuan India (pexels.com/id-id/@jodaarba/)

Fabby Tumiwa, Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR), mengatakan pengembangan kapasitas dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) paling mudah dipelajari. Ia mencontohkan para ibu di India telah terlatih dalam pemasangan PLTS.

“Saya ambil contohlah di India itu ada program yang melatih ibu-ibu gitu untuk instalasi PLTS, mereka bisa melakukan. Jadi itu yang mau kita uji cobakan di Bali juga,” kata Fabby.

Pelatihan instalasi PLTS ini akan berlangsung di beberapa banjar (setara rukun tetangga di Bali). Selain menyasar para ibu di Bali, pelatihan tersebut juga akan melatih anak-anak muda di banjar.

“Kalau kita lihat banyak anak-anak muda, di Bali ini sektor informal tinggi memang, justru itu yang harus diberdayakan,” ujarnya.

Skema pelatihan ini serupa dengan pelatihan di Kampung Warna Warni di Cililitan, DKI Jakarta. IESR melatih anak muda yang bergabung dalam karang taruna untuk mempelajari instalasi PLTS.

2. Belum bisa menjamin dapat kerja, tapi setidaknya ada keterampilan

Ilustrasi PLTS yang ramah lingkungan (Unsplash.com/Anders J)
Ilustrasi PLTS yang ramah lingkungan (Unsplash.com/Anders J)

Fabby mengakui, pascapelatihan, ini belum mampu menjamin anak muda langsung dapat kerja di sektor energi terbarukan. Namun, baginya anak muda punya keterampilan pada sisi teknis energi terbarukan. Sehingga ketika kesempatan terbuka, anak muda dapat mendaftar kerja pada sektor tersebut.

Koalisi Bali Emisi Nol Bersih akan memulai peningkatan sejak skala desa melalui kegiatan Desa Mandiri Energi, satu kegiatannya pelatihan instalasi PLTS bagi anak muda dan ibu-ibu. Sementara, kesempatan kerja setelah pelatihan bagi Fabby berkaitan dengan keberhasilan implementasi peta jalan energi terbarukan di Bali.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us