Koleksi Benda di Museum Bali Minim Jejak Sejarah

Denpasar, IDN Times - Koleksi benda bersejarah di Museum Bali, Kota Denpasa,r belum jelas diketahui asal-usulnya. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Bali, Ida Ayu Made Sutariani, mengungkapkan hal ini pada akhir sesi Seminar Pratima dan Pralingga Museum Bali di Museum Bali, Rabu (21/5/2025).
Sutariani mengungkapkan, sebagian besar koleksi Museum Bali adalah hibah dari Rumah Lelang Belanda. Momen penyerahan benda sejarah itu terjadi saat pembukaan museum pertama pafa rentang tahun 1910 hingga 1932.
“Nika (itu) yang berkontribusi besar adalah kolektor-kolektor. Sehingga dari sana kita tidak bisa mengetahui secara pasti dari mana sebenarnya asal koleksi-koleksi itu,” kata Sutariani.
1. Informasi detail benda sejarah belum diketahui

Sutariani mencontohkan koleksi pralingga (arca berbentuk hewan mitologi). Ia hanya mengetahui asal pralingga itu hibah dari catatan tahun masuknya ke Museum Bali. Selain pralingga, ratusan keris juga belum terlacak jejak sejarahnya. Sementara asal-muasal seperti lokasi benda sejarah ditemukan, pemilik, dan lainnya, masih abu-abu.
“Kita juga tidak tahu nika (itu) sebenarnya punya siapa, yang jelas itu koleksi Museum Bali dan tahun masuknya saja kita catat,” kata Sutariani.
Sutariani mengakui, ketidaktahuan ini jadi pekerjaan rumah Museum Bali untuk menelusuri jejak sejarah benda bersejarah tersebut. Namun, penelusuran ini juga belum terlaksana sepenuhnya karena keterbatasan anggaran.
"Mungkin nanti ke depannya memang PR kami di Museum Bali untuk menelusuri terkait koleksi-koleksi kita, apakah itu akan kita kaji lebih,” kata dia.
2. Museum Bali berharap menjalin kolaborasi dengan generasi z

Perkembangan teknologi membuat Museum Bali berharap mampu menggandeng generasi z untuk mengembangkan Museum Bali. Sutariani menjabarkan, pihaknya ingin berkolaborasi dengan mahasiswa jurusan fotografi, desain komunikasi visual (DKV), dan desain produk.
Ia menilai, mahasiswa jurusan tersebut mampu menuangkan ide segar demi napas kekinian museum. Hal itu dibutuhkan, karena kunjungan ke Museum Bali minim warga lokal. Sedangkan wisatawan mancanegara adalah pengunjung yang sering ke Museum Bali.
Pihaknya telah berusaha agar beradaptasi dengan perubahan zaman, yaitu memanfaatkan media sosial sebagai sarana berbagi informasi terkait Museum Bali dan koleksinya. Media sosial yang digunakan seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan YouTube.
3. Tengah mengembangkan Museum Keliling dan Mendongeng Museum

Kini, Museum Bali tengah mengembangkan program Museum Keliling dan Mendongeng Museum. Pendanaan program publik tersebut berasal dari dana alokasi khusus (DAK) Kementerian Kebudayaan RI.
Pihak Museum Bali juga menerima mahasiswa Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang saat ini berasal dari Universitas Udayana (Unud). Sutariani mengaku pihaknya belajar dari mahasiswa generasi z yang mengembangkan konten medsos sebagai sarana edukasi.
Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan peneliti Unud untuk membuat kajian pameran tetap Museum Bali. Kajian ini akan meneliti tata letak dan kecocokan koleksi sejarahnya.
“Akan ada penerapan teknologi di sini, semoga bisa menambah partisipasi dan interaksi mudah-mudahan realisasi tahun depan,” kata dia.