Kisah Nenek Ahli Menangani Kelilipan Mata di Tabanan

Tabanan, IDN Times - I Ketut Murdana tampak mendatangi rumah seorang nenek di Banjar Sekartaji, Desa Sesandan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Warga Desa Sesandan ini meminta bantuan nenek tersebut untuk mengobati sepenan (kelilipan) di matanya.
Murdana kelilipan saat mencari pepaya, dan kesulitan mencari sendiri benda yang mengganjal di matanya. Sejak saat itu, matanya agak sedikit sakit. Tak butuh waktu lama nenek bernama Ni Wayan Gadung (75) tersebut bisa mengambil benda di matanya.
"Susah saya cari sendiri benda yang mengganjal mata. Jadi saya ke sini supaya lebih cepat," ujarnya.
Nenek yang biasa disapa Dadong (nenek) Gadung ini memang terkenal ahli menangani kelilipan mata di desanya. Gimana ceritanya ya? Berikut selengkapnya.
1. Hanya perlu 10 detik untuk menemukan benda di mata

Dadong Gadung mendapatkan keahlian menyembuhkan sepenan ini dari ibu mertuanya sejak 20 tahun lalu. Ia belajar secara otodidak. Sekarang, ia menjadi spesialis sepenan di desanya.
Saat menangani sepenan, Dadong Gadung menyiapkan kapas dan salep yang dibeli di apotek. Menurutnya, tidak butuh waktu lama untuk menemukan benda yang terasa mengganjal di mata 'pasiennya'.
"Kurang lebih 10 detik bisa dapat benda yang mengganjal mata," katanya, Selasa (9/7/2024).
2. Sehari bisa menangani lima kasus sepenan

'Pasiennya' (orang yang kelilipan) Dadong Gadung ini tidak hanya dari warga desa saja. Ada juga yang datang dari luar Kabupaten Tabanan seperti Negara, Kabupaten Jembrana; Kabupaten Buleleng; Kintamani, Kabupaten Bangli; hingga Jimbaran, Kabupaten Badung.
Keluhan yang paling banyak ia tangani adalah sepenan akibat undur-undur, duri lemo, pasir, hingga rumput. Bahkan pernah datang orang dalam kondisi mata yang sudah bernanah.
"Orang yang datang ke sini tidak menentu. Terkadang sehari itu bisa sampai lima orang, atau kadang juga tidak ada sama sekali," ujar Dadong Gadung.
Meskipun keahliannya ini terlihat sepele dan unik, Dadong Gadung tidak mematok harga khusus untuk biaya penanganan sepenan. Warga bisa membayar seikhlasnya.
"Saya tidak tentukan biayanya karena itu tidak baik. Intinya saya senang membantu orang," katanya.
3. Masih sehat dan kuat

Suaminya meninggal lebih dulu pada 2008. Kini, Dadong Gadung tinggal bersama putranya, I Ketut Mahendra. Sementara dua orang putrinya, Ni Wayan Adiratni dan Ni Nyoman Padmini, telah menikah.
Kaki Dadong Gadung mengalami pengapuran tulang. Sehingga membuat struktur kakinya berbentuk seperti huruf O. Meski begitu, fisik dan ingatannya masih kuat. Ia lincah beraktivitas.
"Mulai memasak hingga membeli keperluan rumah tangga di banjar masih saya lakoni sendiri," ujarnya.