Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Imlek 'Hidden Gem' di Kongco Pura Taman Gandasari Denpasar

Kongco Pura Taman Gandasari (IDN Times/Yuko Utami)

Denpasar, IDN Times - Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 di Bali erat kaitannya dengan akulturasi budaya. Seperti perayaan Imlek di Kongco Pura Taman Gandasari, pada Rabu (29/1/2025). Kongco ini adalah satu di antara kongco lainnya di Bali dengan perpaduan budaya Bali dan Tionghoa.

Lokasinya hidden gem tepatnya di Gang Cendrawasih II Nomor 25, Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar jadi keunikan tersendiri. Perayaan Imlek di kongco ini berlangsung damai dan sederhana. Para jemaat sembahyang dengan khusyuk. IDN Times juga berkesempatan sembahyang di seluruh titik pemujaan para dewa dan dewi. Berikut cerita dari penerus Kongco Pura Taman Gandasari.

1. Kongco Pura Taman Gandasari digagas tahun 2001

Dewa Kwan Kong sebagai dewa yang melambangkan kejujuran dan kesetiaan. (IDN Times/Yuko Utami)

Made Suarni genap berusia 72 tahun pada 2025. Ia adalah pengempon (penjaga) Kongco Pura Taman Gandasari. Suarni bercerita, almarhum suaminya adalah penggagas kongco ini. Kala itu pada tahun 2000, sang suami sakit parah dan dirawat selama tiga bulan lebih di rumah sakit. Secara niskala (tak terlihat), bahwa sang suami kerasukan dan menggunakan Bahasa Mandarin.

Pascakejadian itu, sang suami berobat di kongco di daerah Tuban, Jawa Timur. Setelah sembuh, suami Suarni mewujudkan (sesangi) janjinya untuk membangun sebuah kongco di Denpasar,.

“Berjanji, masesangi membuat pura, di tahun 2000 mulai buat pura, selesai tahun 2001 pembuatan pura ini sampai menjual rumah di Tuban, Badung,” ujar Suarni saat ditemui di Kongco Pura Taman Gandasari, Rabu (29/1/2025) sore.

2. Arsitektur kongco menunjukkan akulturasi budaya Bali dan Tionghoa

Perpaduan budaya Bali dan Tionghoa serta Hindu dan Budha di Kongco Pura Taman Gandasari. (IDN Times/Yuko Utami)

Sementara itu menurut penuturan pemucuk (pemangku) di Kongco Pura Taman Gandasari, Gede Oka Mander (51), kongco warisan ayahnya ini adalah perpaduan dari budaya Bali dan Tionghoa. Arsitektur Bali terletak pada ornamen di depan kongco, seperti pura serta beberapa pelinggih (tempat berstana dewa/dewi yang dipuja umat Hindu Bali) untuk menyembah dewa maupun dewi dalam kepercayaan Hindu di Bali.

Pelinggih itu di antaranya untuk menyembah Dewa di Pura Lempuyang, Ida Ratu Gede Dalem Ped, Leluhur atau Kawitan atau disebut juga Marga. Ada pula pelinggih utama seperti Padma Sari. Sementara budaya Tionghoa dan aliran Buddha ada tempat berstananya Dewi Kwan Im dan beberapa Dewa seperti Dewa Uang, Dewa Tanah, Dewa Laut, serta lainnya. Ada pula Dewa Kwan Kong sebagai dewa yang melambangkan kejujuran dan kesetiaan. Adapun tempat memuja Dewi Kwan Im saat mempersembahkan sesajen tidak diperbolehkan menggunakan daging.

3. Setia mengabdi menjaga nilai historis

Dari kiri ke kanan Kadek Semarajaya, Made Suarni, dan Gede Oka Mander. (IDN Times/Yuko Utami)

Ketua Pengurus Kongco Pura Taman Gandasari, Jro Mangku Kadek Semarajaya, menjelaskan dirinya kini dipercaya menjadi ketua karena amanat dari mendiang sang paman.

“Pesan Pak Mangku, saya harus ikut membantu dan menjaga kongco ini agar dirawat, jangan sampai dijual,” ujar lelaki yang telah dua tahun menjadi ketua pengurus kongco

Semarajaya menjelaskan, kongco ini merupakan tempat persembahyangan umum, terbuka untuk siapa pun. Hampir 25 tahun kongco ini berdiri, para generasi penerus dengan setia mengabdi dan menemukan kedamaian di tanah mereka. 

“Dewa ini milik seluruh umat karena kita semua bersaudara dengan tujuan baik kami akan terima,” kata dia.

Share
Topics
Editorial Team
Ni Komang Yuko Utami
Irma Yudistirani
Ni Komang Yuko Utami
EditorNi Komang Yuko Utami
Follow Us