BNPT Ungkap Aksi Serangan Teror Terbuka di Indonesia Menurun

Denpasar, IDN Times – Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono, menyampaikan data grafik terkait tren aksi serangan teror dan penangkapan tersangka di Indonesia. Pihaknya menyampaikan aksi serangan teror secara terbuka menurun hingga nol kejadian dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini, yakni tahun 2023, 2024, hingga Juli 2025.
"Yang penting upaya mitigasi sinergi antar kementerian lembaga. Sudah bagus sekarang pemerintah kolaborasi dengan masyarakat," ungkapnya, Selasa (29/7/2025).
1. Penangkapan pelaku radikalisme semakin menurun jumlahnya

Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono juga memaparkan data jumlah penangkapan tersangka teror semakin menurun. Pada 2022, tercatat sebanyak 223 penangkapan, tahun sebanyak 140 penangkapan dan pada tahun 2024 sebanyak 96 penangkapan. Dari angka tersebut, penangkapan tahun 2024 turun 35 persen dari tahun sebelumnya.
"Sembilan puluh empat (penangkapan) seluruh Indonesia. Bali tidak ada. Tapi namanya terorisme kan jaringan kita tetap berjaga," ungkapnya.
2. Perempuan dan anak rentan paham radikalisme

Ia menyebutkan di bawah permukaan terjadi perubahan pola serangan, dari hard menjadi soft approach attack, dan peningkatan radikalisme yang dilakukan secara online kepada target perempuan, anak, dan remaja. Ia menyampaikan hasil penelitian, bahwa ruang siber menjadi sarana rekrutmen, propaganda, dan tindakan terorisme.
Alasan mengapa perempuan dan anak rentan dimasuki radikalisme adalah karena mereka mudah dimasuki paham-paham tersebut. Untuk mengantisipasinya, BNPT juga telah membuat modul bersama dengan Kementerian PPA.
"Terus kami pantau. Ada satgasnya kami punya," tegasnya.
3. BNPT bentuk Desa Siap Siaga, masyarakat semakin waspada

Masyarakat Indonesia kini disebutnya sudah siaga terkait dengan paparan radikalisme. Hal tersebut dibuktikan, misalnya dengan keberanian melaporkan orang yang mencurigakan di sekitar mereka. BNPT sendiri juga telah membentuk Desa Siap Siaga ditempat-tempat yang dianggap rawan seluruh Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.
"Bali aman. Bali kan kita pakai kearifan lokalnya," terangnya.
Pihaknya juga menekankan pentingnya pelabuhan sebagai objek vital nasional, memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, pariwisata, dan logistik nasional. Sehingga wajib memenuhi kriteria asesment dari BNPT.
“Pelabuhan memegang peranan strategis bagi perekonomian negara. Diperlukan sistem pengamanan yang berlapis dan terintegrasi untuk menjaga stabilitas,” katanya.