Mengenal Komunitas Bipolar Bali, ODB Kamu Tidak Sendirian   

Diharapkan bisa mengurangi tingkat percobaan bunuh diri

Badung, IDN Times - Komunitas Bipolar Bali menggelar acara The Unseen World Bipolar Day pada Minggu (4/4/2021), di Hardrock Cafe, Jalan Pantai Kuta, Kabupaten Badung. Selain sharing antar anggota komunitas, mereka juga menggelar talk show, demo melukis dari Komunitas Seni Kostra, dan penampilan musik.  

Ketua Komunitas Bipolar Bali, Yarra Rama, menyampaikan bahwa Komunitas Bipolar Bali dibentuk sebagai wadah untuk memberi dukungan kepada Orang dengan Bipolar (ODB) dan terbuka untuk siapapun. Komunitas ini memiliki sejumlah program, termasuk kegiatan sharing yang rutin digelar setiap dua minggu sekali di Rumah Pintar Denpasar. 

Baca Juga: Hari Bipolar Sedunia: Mengenal Gangguan Bipolar dan Melawan Stigma

1. Masyarakat diharapkan mulai terbuka dengan gangguan bipolar

Mengenal Komunitas Bipolar Bali, ODB Kamu Tidak Sendirian   Anggota Komunitas Bipolar Bali saat mengikuti sharing di Hardrock Cafe, Kabupaten Badung, Minggu (4/4/2021). (IDNTimes/Ayu Afria)

Yarra Rama menyampaikan, anggota komunitas ini latar belakangnya beragam. Ada yang terdiagnosis bipolar sejak kecil, namun ada juga yang baru belakangan ini. "Ada yang baru tahu hari ini (adanya komunitas ini). Kalian gak sendirian. Kalian ada komunitasnya," kata Yarra.

Melalui komunitas ini, Yarra berharap ODB akan memahami bahwa mereka sesungguhnya tidak sendirian. Pertemuan antar sesama ODB juga diyakini dapat menekan keinginan bunuh diri.

"Mengurangi tingkat percobaan bunuh diri pada case bipolar," tegasnya. 

Dalam acara ini mereka juga melakukan assessment bagi masyarakat yang membutuhkan. "Kami bagikan sembako, kami tanyakan tentang kesehatan mentalnya. Nah dari situ banyak yang menangis ke kita. Ada 6 sekian persennya berkeinginan bunuh diri juga," jelas Yarra.

Yarra menekankan, masyarakat harus mulai terbuka dengan gangguan bipolar ini sebab sesungguhnya bipolar bisa distabilkan melalui terapi.

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah, Kenali 6 Fakta Gangguan Bipolar

2. Bipolar bukanlah orang dengan dua kepribadian

Mengenal Komunitas Bipolar Bali, ODB Kamu Tidak Sendirian   Anggota Komunitas Bipolar Bali saat mengikuti sharing di Hardrock Cafe, Kabupaten Badung, Sabtu (4/4/2021). (IDNTimes/Ayu Afria)

Yarra menyampaikan ada dua fase yang biasanya dialami oleh ODB, yakni fase manik dan depresi. Apa perbedaannya? Menurut Yarra, pada fase manik, ODB cenderung ceria. ODB dalam kondisi manik inilah yang biasanya mampu datang ke support group. Fase manik ini, disebutnya, untuk bipolar tipe I. Sedangkan yang tipe II disebut hipomanik.

"Manik itu bisa berupa gak bisa tidur-tidur. Tiga hari, seminggu. Itu yang bahaya. Kalau tidak tertangani, bisa error otaknya. Kalau hipomanik, itu tidak terlalu kentara. Jadi bawaannya happy aja. Kebalikannya adalah depresi. Ini yang juga orang sering salah paham. Orang menganggap bipolar itu dua kepribadian. Salah itu," jelasnya.

ODB yang dalam fase depresi ringan, biasanya masih bisa mengikuti aktivitas support group yang diadakan. Hanya saja ada beberapa kondisi yang menyebabkan mereka tidak bisa bangun, tidak bisa bekerja, mengisolasi diri, dan merasa sangat lelah.

3. ODB lebih rentan terhadap perubahan lingkungan atau situasi di sekelilingnya

Mengenal Komunitas Bipolar Bali, ODB Kamu Tidak Sendirian   Dokter kesehatan jiwa dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ saat menjadi pembicara dalam talkshow acara The Unseen World Bipolar Day, Minggu (4/4/2021) di Hardrock Cafe, Kabupaten Badung. (IDNTimes/Ayu Afria)

Psikiater di Klinik Utama Sudirman Medical Center (SMC) Denpasar, sekaligus Founder Rumah Berdaya, dan pegiat kesehatan jiwa di Komunitas Teman Baik, dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ mengungkapkan ODB lebih rentan terhadap perubahan lingkungan atau situasi di sekelilingnya. Termasuk pula soal menjalin hubungan. Karenanya, diperlukan pemahaman yang lebih baik, bagaimana situasi lingkungan bisa memengaruhi mood atau suasana perasaan yang ada dalam dirinya.

"Kalau tidak mampu memahami itu, tentu saja ada fluktuasi mood yang berat. Misalnya ketika awal jatuh cinta. Kemudian sulit untuk take time. Jadi inginnya tergesa-gesa. Baru kenalan, tapi sudah kemudian berpikir bahwa ini jodoh saya dan sebagainya, atau di fase manik. Nah begitu pula ketika ada perselisihan, mudah jadi kemudian mengganggu mood kita. Bisa jadi depresi," ungkapnya.

Menurutnya ODB perlu mempersiapkan untuk memahami lebih baik perubahan-perubahan dalam situasi mood-nya. Selain itu, perlu pula mengetahui bahwa relationship atau pacaran adalah proses pengenalan, bukan sesuatu yang tergesa-gesa. Termasuk juga ketika hubungan itu sudah beranjak ke jenjang yang lebih serius.

"Penting juga bagaimana pasangan mengetahui bagaimana ODB. Supaya tidak sudah serius, baru kemudian merasa terjebak, berada dalam situasi relationship bersama ODB. Banyak juga kok ketika melakukan usaha yang baik, tepat, juga dengan kasih sayang yang baik, hubungan antara ODB dengan pasangannya bisa berjalan dengan baik," ujar dr. Rai.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya