Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di Ubud

Garapan Sanggar Chandra Nada, Yowana Desa Adat Padangtegal

Denpasar, IDN Times - Sanggar Chandra Nada, Yowana Desa Adat Padangtegal, Ubud, Kabupaten Gianyar, ditunjuk sebagai Duta Kabupaten Gianyar untuk mewakili Lomba Baleganjur Remaja serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022.

Lomba tersebut bertema Danu Kerthi, Huluning Amreta dengan misi memuliakan air sebagai sumber kehidupan. Nah bagaimana penampilan Sanggar Chandra Nada? Apa gagasan di balik karya mereka?

Baca Juga: Makna Tradisi Ngelawang di Bali, Biasa Digelar Setelah Galungan

1. Wos berawal dari cerita alir sungai di Ubud

Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di UbudSanggar Chandra Nada, Yowana Desa Adat Padangtegal, Ubud tampil di acara PKB. (Dok.IDN Times/istimewa)

Konseptor lomba Baleganjur Sanggar Chandra Nada, Wayan Sudirana, pada Rabu (15/6/2022), menyampaikan bahwa sesuai tema tersebut, maka Sanggar Chandra Nada memilih Wos sebagai pijakan dasar dalam menggarap Baleganjur.

Apakah Wos? Menurut Sudirana, Wos adalah sungai penting yang mengaliri Ubud, berhulu di Ranu Batur dan sarat dengan nilai-nilai filosofis dan piritual terkait dengan perjalanan Sang Maha Yogi Rsi Markandya. Dari kata Wos tersebut kemudian ditafsir dengan Wave of Springs.

Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di UbudSanggar Chandra Nada, Yowana Desa Adat Padangtegal, Ubud tampil di acara PKB. (Dok.IDN Times/istimewa)

Dalam hal ini Wave of Springs menjadi fondasi dalam penggarapan Baleganjur Baru dengan menggunakan pendekatan musik tematis. Menempatkan pengolahan bunyi absolut sebagai titik sentral kredo penciptaan.

“Gelombang tematik air Wos digelorakan melalui sublimasi pengorganisasian musik terstruktur. Wos juga diangkat sebagai arah penciptaan berpijak pada transfromasi tematik gelombang Wos ke dalam bahasa dan gramatikal musik,” ungkap Sudirana.

2. Membedah formulasi Wos yang berbeda dari musik Baleganjur pada umumnya

Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di UbudSanggar Chandra Nada, Yowana Desa Adat Padangtegal, Ubud tampil di acara PKB. (Dok.IDN Times/istimewa)

Formulasi penggarapan baleganjur Wos menurut Sudirana merupakan interelasi antar instrumen dengan kinerja yang inkonvensional. Aplikasi sistem vertikal dan horizontal sebagai material komposisi serta kebebasan dalam bingkai. Kemudian diartikulasikan sifat gelombang maupun air ke dalam sistem musikal.

“Dimensi metafora gelombang, siklus, campuhan dan deburan Wos menjadi Cawan terangkainya pola-pola, meter, koordinat, layer, dan level musikal secara terukur, terarah, dan sistematis. Baleganjur Wos mempresentasikan secara total artifisial bunyi absolut melalui interpretasi tematik pemuliaan Air,” ungkapnya.

Sedangkan inkonvensional dalam konteks teknik, artikulasi, pengolahan bunyi atau timbre, struktur, dan gramatikal musikal sebagai visi dalam menyusun karya Baleganjur Wos.

Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di UbudSanggar Chandra Nada, Yowana Desa Adat Padangtegal, Ubud tampil di acara PKB. (Dok.IDN Times/istimewa)

Secara literal, garapan ini mengacu pada pengolahan sumber gelombang air. Arah penciptaannya berpijak pada transformasi tematik tetesan, aliran, percikan, gelembung, dan gelombang air menjadi bunyi-bunyi teratur dalam bingkai komposisi dengan media gamelan baleganjur.

“Pemanfaatan media ungkap sebagai output utama pertunjukan dimaksimalkan dengan melepas beban-beban budaya yang melekat pada gamelan Baleganjur untuk mencari jati diri baru dalam konteks kekinian. Kebiasaan fungsional instrumen yang secara konvensional pada jalurnya digarap berbeda dengan cara pandang dan teknik garap yang baru,” jelas Sudirana.

3. Wos memperkaya esensi komposisi Baleganjur masa depan

Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di UbudSanggar Chandra Nada, Yowana Desa Adat Padangtegal, Ubud tampil di acara PKB. (Dok.IDN Times/istimewa)

Sudirana mengatakan bahwa misi untuk menghadirkan sesuatu yang baru adalah sebuah prinsip dalam memperkaya esensi komposisi Baleganjur itu sendiri di masa depan. Prinsip ini dilandasi atas penggalian dan pengembangan kembali terhadap bentuk-bentuk Gending Baleganjur Klasik seperti bebonangan, peponggangan, dan bebatelan.

Cara kerja Gending Klasik tersebut dipahami secara tuntas dari segi teknik dan khususnya sistem kerja komposisi. Dalam konteks kreativitas hal itu digunakan sebagai bahan olahan menuju bentuk reintepretasi baru.

“Menghindar dari pola-pola Baleganjur yang telah terpolarisasi dalam balutan popularistik menuju bentuk-bentuk yang belum terjamah sehingga esensi komposisi Baleganjur dapat bergerak seiring dengan perjalanan waktu,” ungkapnya.

4. Wos untuk memberikan pandangan baru terhadap sistem orkestrasi Baleganjur

Mengenal Baleganjur Wave of Springs di PKB, Filosofi Sungai di UbudSanggar Chandra Nada, Yowana Desa Adat Padangtegal, Ubud tampil di acara PKB. (Dok.IDN Times/istimewa)

Aktualisasi segala proses penciptaan Wave of Spring disusun dengan memikirkan arah bunyi, makna, dan sasaran yang dituju. Karya ini merupakan ungkapan kreativitas dan gerakan pembaharuan dalam ranah Baleganjur guna memproyeksikan musik masa depan Baleganjur.

Tetesan, gelombang, perputaran/siklus, campuhan, dan deburan menjadi bahan sintesa bunyi yang disusun secara terstruktur dengan memikirkan interelasi antar instrumen. Komposisi yang digarap mengaplikasikan sistem vertikal dan horizontal—hubungan elemen musik dari atas ke bawah, dan dari depan ke belakang—serta memberi cara pandang baru terhadap sistem orkestrasi Baleganjur itu sendiri.

“Karya kami ini mencoba menghadirkan warna suara yang berbeda dengan melakukan serangkaian proses eksplorasi terhadap teknik permainan, instrumentasi, dan teknik garap. Dalam usaha memproyeksikan masa depan musik Baleganjur, eksplorasi semacam ini kiranya sangat perlu untuk di perjuangkan.

Maka dari itu adanya teknik permainan yang unconventional (tidak biasa) seperti ini perlu mendapatkan perhatian lebih, dipahami, dan didalami secara intramusikal sebagai jalan menemukan esensi bunyi yang telah dirangkai secara serius,” jelasnya.

Musik Baleganjur Wos ini melibatkan tiga komposer sekaligus, di antaranya I Kadek Janurangga, I Putu Septa Suweca Putra, dan I Wayan Diana Putra.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya