Awali Ethnowellness Nusantara di Bali, Target Latih 10 Ribu Terapis

Rencananya akan dimulai pada tahun 2023

Denpasar, IDN Times – Bali terpilih menjadi pilot project dari Wellness Tourism di Indonesia secara keseluruhan. Sebagai langkah lanjutan dan titik awal kebangkitan kembali di bidang wellness, Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA) akan mengangkat warisan leluhur dari berbagai etnik yang ada di Indonesia.

IWSPA dengan Wellness & Healthcare Entrepreneur Association (WHEA), Indonesia Wellness Master Association (IWMA), dan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), rencana menargetkan 10 ribu terapis yang akan dilatih dan tersertifikasi pada tahun 2023 mendatang. Sedangkan bersama dengan International Assosiation of Medical Regulatory Authorities (IAMRA), juga akan menggelar agenda Indonesia Wellness Tourism International Festival pada tahun 2023.

Baca Juga: Tabanan Gelar Jatiluwih Cultural Week, Ada Robi Navicula

1. Terapis di Bali menjadi pilot project Ethnowellness Nusantara

Awali Ethnowellness Nusantara di Bali, Target Latih 10 Ribu Terapisilustrasi spa untuk me time (Pexels.com/jcomp)

Ketua Umum WHEA, sekaligus founder IWASPA, WHEA, dan IWMA, Agnes Lourda Hutagalung, menyampaikan bahwa untuk memperkenalkan program ini langkah yang diambil adalah melakukan training dan sertifikasi secara masif untuk terapis di Bali. Mereka sebagai pilot project untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, serta kecintaan kepada Ethnowellness Nusantara.

Kegiatan ini nanti rencananya melibatkan 10 ribu orang terapis yang akan diselenggarakan pada tahun 2023 mendatang. Juga bertujuan untuk membekali terapis dengan kemampuan yang mumpuni untuk mengikuti sertifikasi, mengingat telah 2 tahun masa pandemik sehingga sertifikat yang dipegang diperkirakan sudah tidak berlaku.

Program training ini nantinya menggunakan modul dan kurikulum yang dirancang khusus dan lengkap, yang diklaim lebih lengkap dari berbagai sertifikasi yang sudah ada.

Selain itu juga harapannya, dengan dukungan 68 KBRI di seluruh dunia, akan datang ke Bali para pencari wellness untuk menjalankan training di puri yang telah disiapkan.

“Melalui wellness kita mau menancapkan bendera Merah Putih bukan hanya di Bali, tetapi juga di internasional. Salah satu kegiatan yang akan kami lakukan menjual sertifikan Indonesia di Eropa,” ungkapnya dalam acara Reborn Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA), pada Jumat (7/10/2022) di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali.

2. Ethnowellness dibidik jadi sumber ekonomi bangsa Indonesia terbaru

Awali Ethnowellness Nusantara di Bali, Target Latih 10 Ribu TerapisIlustrasi uang rusak. (ANTARA FOTO/Jojon)

Sementara itu, Ketua Panitia Reborn IWSPA, Achyaruddin Yusuf, menyampaikan bahwa pihaknya ingin membangkitkan Ethnowellness Nusantara yang sudah digagas lebih dari 20 tahun di Bali. Apalagi Bali dinilai sebagai lokomotif pariwisata Indonesia.

“Kita yang katanya The Best of Spa in The World. Tapi kita nggak punya spa yang etnik, asli Indonesia. Padahal yang dikembangkan oleh teman-teman di luar negara kita itu bisa dikatakan rohnya dari Indonesia,” jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa diperkirakan jumlah etnik spa milik Indonesia berpuluh-puluh. Namun secara empiris, masih ada 15 budaya kesehatan yang milik nenek moyang Indonesia. Di antaranya, Bali, Batak, Betawi, Minang, Sunda, Semarang, Jawa, Madura, Ambon, Banjar, Dayak, Bugis, Minahasa, Papua, dan Timor.

"Semoga Etnowellness Nusantara ini, benar-benar kita merenung dan berdoa. Benar-benar bisa menjadi kekuatan ekonomi baru bangsa Indonesia di bidang budaya,” jelasnya.

3. Ada 969 spa di Bali, bagian dari leluhur bangsa

Awali Ethnowellness Nusantara di Bali, Target Latih 10 Ribu Terapispexels.com/Pixabay

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, dalam kesempatan yang sama mengatakan spa sudah menjadi bagian dari leluhur bangsa Indonesia, misalnya saja boreh yang berasal dari Bali. 

“Bagaimana menuju terapi spa, karena Bali sebagai destinasi spa the best in the world,” ungkapnnya.

Tercatat di Bali ada sebanyak 969 spa, 471 Daya Tarik Wisata (DTW), 238 Desa Wisata (DEWI), 3.233 restoran, 5.494 hotel, dan 299 wisata tirta.

Ia juga menyampaikan bahwa dalam 2,5 tahun ini, ekonomi Bali mengalami kontraksi yang cukup dalam. Sektor pariwisata yang 56 persen menjadi andalan sumber ekonomi Bali, lumpuh karena pandemik COVID-19.

Namun saat ini, perekonomian Bali sedikit demi sedikit kembali pulih setelah pemerintah berani mengambil keputusan membuka Bali sejak 7 Maret 2022 dan meniadakan syarat perjalanan karantina.

“Sekarang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan mancanegara per hari hampir 9 ribu sampai 10 ribu per hari. Dengan 24 maskapai penerbangan,” jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya