Animator Bali, Kreativitas Tinggi Terbentur Dana Investor

Denpasar, IDN Times - Kembang kempis dunia animasi di Indonesia khususnya Bali, membuat para animator harus mengambil seribu langkah kreatif selama berkarya. Seperti animator muda di Bali, Ida Bagus Ista Krishna, yang berkarya dengan mendirikan studio animasi sendiri bernama LYS Animation Studio.
Krishna bersama timnya masih dalam tahap memproduksi film animasi bertajuk Made and The Lost Spirit. Kamis lalu, 24 April 2025, teaser terbaru Made and The Lost Spirit diunggah ke akun YouTube LYS Animation Studio, dan telah disaksikan oleh 11 ribu pengguna.
“Kemarin kita sempat ngeluarin teaser. Dari teaser kemarin kita mendapat masukan dan komentar netizen. Setelah diperbaiki dan revisi, kita buat karakter lebih smooth, kita re-model, dan grafiknya jauh lebih bagus,” kata Krishna saat diwawancarai IDN Times, pada Jumat (25/4/2025).
1. Bujet menentukan kualitas film

Krishna menjelaskan, demi mewujudkan Made and The Lost Spirit jadi film animasi berdurasi 1,5 jam dibutuhkan dana sekitar Rp5-6 miliar. Ia merinci, dana itu digunakan untuk meningkatkan kualitas produksi dengan perangkat kualitas tinggi. Harga satu perangkat komputer yang ditaksir lebih dari Rp50 juta.
Baginya, bujet itu jauh lebih hemat dibandingkan produksi film animasi umumnya. Ia mencontohkan, produksi film Jumbo yang menggunakan biaya lebih dari Rp20 miliar.
“Sounds kanan kiri masuk (dolby) di Bali masih belum ada editornya. Skoring film audio bakal mahal. SDM kita press bujet banget. Anak magang dan senior animator membantu,” kata dia.
2. Film Jumbo jadi penyemangat Krishna melanjutkan Made

Setelah Jumbo ditayangkan, Krishna merasakan harapan terhadap dunia animasi lokal.
“Setelah Jumbo rilis, kita semakin semangat mempromosikan layar lebar. Kita akan nyari investor dulu, kita cicil aset dulu,” kata Krishna.
Saat ini, menggarap Made and The Lost Spirit bersama 6 orang animator. Tantangan lainnya yang dihadapi Krishna adalah mencari investor. Krishna menjelaskan, beberapa investor masih ragu memberikan dana.
3. Kritisi pemerintah yang menggunakan AI untuk video program

Membuat animasi dan karakter sendiri bukan hal mudah. Krishna mengkritisi pemerintah yang menggunakan AI sebagai video mengedukasi program.
“Paling penting jangan pakai AI. Sebenarnya itu tidak respek banget buat animator di Indonesia,” kata Krishna kecewa.
Selain itu, bagi Krishna dunia animasi Indonesia jangan jauh-jauh mencari saingan dengan Disney. Menurut mahasiswa semester 8 ini, Pemerintah Indonesia juga harus belajar dari negara tetangga yang produktif memberikan ruang dan fasilitas.