Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Tidak Disarankan Melumasi Rantai Motor Pakai Oli Bekas

ilustrasi rantai motor (unsplash.com/Jan Kopriva)
ilustrasi rantai motor (unsplash.com/Jan Kopriva)

Melumasi rantai motor adalah langkah sederhana namun cukup penting demi menjaga performa dan memperpanjang umur pakainya. Namun, sering kali muncul godaan untuk menggunakan oli bekas, entah karena alasan hemat, praktis, atau ketersediaan. Meskipun tampak seperti solusi yang mudah, menggunakan oli bekas untuk melumasi rantai motor sebenarnya bisa menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungannya. Dari kotoran hingga tidak efisien, berikut adalah beberapa alasan kenapa melumasi rantai dengan oli bekas tidak disarankan.

1. Oli bekas cenderung kotor

ilustrasi rantai motor (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
ilustrasi rantai motor (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Pada dasarnya, oli bekas merupakan pelumas telah digunakan di dalam mesin dan tidak lagi dalam kondisi optimal untuk kembali digunakan. Selama proses di dalam mesin, oli ini telah terpapar suhu tinggi dan tekanan ekstrem, menyebabkan degradasi dan akumulasi berbagai kontaminan. Partikel-partikel seperti serpihan logam, karbon sisa pembakaran, dan endapan lumpur hasil oksidasi oli, semuanya mengendap di dalam oli bekas.

Ketika kamu melumasi rantai dengan oli bekas yang penuh kontaminan ini, partikel-partikel abrasif tersebut akan masuk ke celah-celah kecil pada roller dan pin rantai. Bayangkan ribuan amplas mikro yang terus-menerus menggerus komponen-komponen vital rantai saat rantai berputar. Keausan rantai akan terjadi lebih cepat, masa pakai berkurang drastis, dan bahkan bisa memicu kerusakan pada sprocket depan dan belakang motor kamu.

2. Kurangnya daya rekat dan pelumasan

ilustrasi rantai motor (pexels.com/Kevin Bidwell)
ilustrasi rantai motor (pexels.com/Kevin Bidwell)

Pelumas rantai motor didesain khusus dengan viskositas dan aditif yang tepat agar dapat menempel kuat pada rantai, bahkan saat motor melaju dengan kecepatan tinggi. Viskositas ini memastikan pelumas mampu membentuk lapisan film yang stabil, melindungi rantai dari gesekan berlebih dan panas. Di sisi lain, oli bekas telah kehilangan sebagian besar sifat pelumas aslinya. Molekul-molekulnya sudah terfragmentasi, dan aditif penting yang berfungsi sebagai penstabil viskositas serta anti-aus telah habis terurai.

Hal ini berarti oli bekas akan sangat mudah terlempar dari rantai saat motor bergerak, terutama pada kecepatan tinggi. Akibatnya, rantai menjadi lebih cepat kering dan kehilangan perlindungan yang seharusnya diberikan oleh pelumas. Kamu akan mendapati rantai menjadi berisik, kaku, dan performa perpindahan gigi menjadi tidak mulus, yang semuanya indikasi dari pelumasan yang tidak optimal.

3. Risiko karat

ilustrasi rantai motor (pexels.com/Harvey Tan Villarino)
ilustrasi rantai motor (pexels.com/Harvey Tan Villarino)

Rantai motor mudah berkarat, terutama ketika sering terkena air hujan atau berada di lingkungan yang lembap. Pelumas rantai modern yang mengandung aditif anti-karat dan anti-korosi dirancang untuk melindungi komponen logam dari oksidasi. Aditif ini membentuk lapisan pelindung pada permukaan rantai, mencegah kontak langsung antara logam dengan kelembapan dan oksigen.

Sayangnya, oli bekas biasanya sudah kehilangan aditif pelindung tersebut. Bahkan, beberapa jenis kontaminan di dalamnya justru bisa bersifat korosif. Menggunakan oli bekas untuk melumasi rantai justru bisa mempercepat proses karat, terutama pada pin dan bushing yang tersembunyi. Rantai yang berkarat akan menjadi kaku, sulit digerakkan, dan sangat rentan putus.

4. Menarik debu dan kotoran lebih banyak

ilustrasi rantai motor (pexels.com/Prakash Chavda)
ilustrasi rantai motor (pexels.com/Prakash Chavda)

Pelumas rantai yang baik selalu dirancang untuk memiliki daya tarik debu dan kotoran yang minimal. Umumnya, pelumas tersebut akan mengering setelah digunakan atau memiliki kandungan yang tidak terlalu lengket. Ini penting karena rantai motor beroperasi di lingkungan yang sering terpapar debu, pasir, dan lumpur dari jalan.

Oli bekas dengan viskositas yang tidak stabil dan cenderung encer, justru akan berperilaku seperti magnet bagi partikel-partikel jalanan. Rantai yang dilumasi menggunakan oli bekas cenderung memiliki permukaan yang sangat lengket, sehingga debu dan kotoran mudah menempel. Tumpukan debu dan pasir yang bercampur dengan oli bekas akan membentuk pasta abrasif yang mirip dengan amplas. Semakin kotor rantai, semakin tinggi pula risiko kerusakan dan semakin sering kamu harus membersihkannya.

5. Tidak efisien

Ilustrasi rantai motor (unsplash.com/Mario Amé)
Ilustrasi rantai motor (unsplash.com/Mario Amé)

Meskipun terlihat seperti solusi hemat di awal, melumasi rantai motor dengan oli bekas justru akan lebih boros dalam jangka panjang. Karena daya rekat dan pelumasan yang buruk, kamu akan cenderung lebih sering mengaplikasikan oli bekas ke rantai. Ini berarti kamu akan menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga untuk perawatan yang pada akhirnya tidak efektif.

Kemudian, akibat percepatan keausan karena oli bekas, kamu akan perlu mengganti rantai dan sprocket motor lebih sering dari seharusnya. Harga satu set rantai dan sprocket yang baru jauh lebih mahal dibandingkan dengan beberapa kaleng pelumas rantai khusus. Jadi, meskipun oli bekas terasa gratis, biaya penggantian komponen yang rusak akibat penggunaannya justru akan membebani finansial lebih berat.

Meskipun menggunakan oli bekas sebagai pelumas rantai terasa efisiensi, kelima poin di atas seharusnya cukup menjadi alasan kuat untuk tidak melakukannya. Investasi kecil pada pelumas rantai khusus yang berkualitas akan jauh lebih hemat dalam jangka panjang, mencegah keausan dini, memperpanjang umur rantai dan sprocket. Jadi, prioritaskan pelumas yang memang dirancang untuk melindungi rantai motor kamu, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us