Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Hal Ini Tingkatkan Kecemasanmu jika Terlalu Dipikirkan

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Manusia dan pikirannya jelas tidak bisa dipisahkan. Dengan kemampuan berpikir, manusia mampu memecahkan berbagai persoalan jauh lebih baik daripada makhluk lain. Pikiran juga memungkinkan manusia menciptakan banyak hal yang bermanfaat bagi kehidupan.

Namun, dari pikiran pula dapat timbul kecemasan. Ini kerap terjadi ketika kamu terlalu memikirkan sesuatu dari sisi-sisi negatifnya saja atau membayangkan berbagai kemungkinan buruknya di masa depan. Seperti enam hal di bawah ini yang kerap menimbulkan kecemasan bila terlampau dipikirkan.

1. Pertambahan usia

ilustrasi perempuan di balkon (pexels.com/Enes Çelik)

Pertambahan usia seharusnya disyukuri. Namun untuk sebagian orang, hal ini justru dikeluhkan karena mereka menjadi makin tua. Bahkan jika yang dia maksud tambah tua ketika masih di usia dua puluhan tahun atau awal tiga puluhan.

Apakah kamu juga mengalami kecemasan saban usiamu bertambah? Kamu seperti menghitung mundur waktu kematianmu. Kamu juga melihat pada usia berapa orang-orang terdekatmu meninggal dunia.

Jika mayoritas dari mereka meninggal di usia yang cukup muda, kamu jadi semakin waswas, jangan-jangan sisa umurmu tinggal sedikit lagi. Bahkan sekalipun itu bisa saja benar, lebih baik kamu mengoptimalkan hidupmu hari ini ketimbang sekadar mencemaskan hari akhir itu.

2. Segala hal yang berkaitan dengan materi

ilustrasi berpikir (pexels.com/Karolina Grabowska)

Uang bisa dicari. Akan tetapi seiring dengan proses pencarian yang berkaitan dengan materi, manusia sering kali bukannya tambah tenang justru makin khawatir. Bukan lantaran tak kunjung memperoleh materi yang diinginkan, melainkan selalu timbul perasaan kurang.

Apakah materi yang sudah berhasil dikumpulkan cukup untuk menjaga keamanan hidup mereka bersama keluarga sampai di masa depan? Berapa sebenarnya rata-rata kekayaan orang? Apakah mereka sudah terbilang kaya jika dibandingkan dengan orang lain atau masih biasa saja?

Untuk kamu yang kerap mencemaskan hal-hal di atas, sadarilah bahwa kepemilikan sejumlah materi seharusnya membuat hidupmu lebih tenang dan bahagia. Bila kecemasanmu tetap tinggi padahal penghasilan tak lagi terlalu kecil, berarti pikiranmu tentang materi perlu dibenahi dan dikendalikan.

3. Masalah dengan orang lain

ilustrasi duduk sendiri (pexels.com/Daniel Frese)

Permasalahan dengan orang lain memang gak boleh dianggap tidak ada. Kamu perlu memikirkannya, tapi sebatas untuk mencari jalan keluar terbaik buat kalian. Apabila masalahmu dengan orang lain terlalu dipikirkan, ini justru menghambat kamu buat segera menghubunginya dan membicarakan masalah tersebut.

Kamu barangkali kian hari kian ragu apakah perlu menghubunginya terlebih dahulu. Dirimu mencemaskan kalau-kalau responsnya negatif dan sebagainya. Padahal penundaan ini hanya memberinya sinyal jika kamu bersikap gak peduli pada permasalahan yang terjadi.

4. Penilaian orang lain tentang dirimu

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Nguyet Ha)

Di mana pun kamu berada, dirimu akan selalu dinilai oleh orang lain. Baik dari segi penampilan, cara berbicara, sampai semua hal yang kamu lakukan. Kamu tidak perlu memikirkan seluruhnya atau berpikir penilaian tersebut pasti tepat.

Apabila kamu mendapatkan penilaian yang positif, jadikan itu motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hal baik dalam dirimu. Akan tetapi kalau kamu dinilai secara negatif, jangan lantas merasa buruk.

Jadikan penilaian negatif itu sebagai bahan perbaikan diri. Namun bila penilaian negatif sepertinya asal dilontarkan oleh seseorang yang memang membencimu atau malah gak kenal kamu, abaikan saja. Tipe orang yang seperti ini memang ada dalam kehidupan nyata.

5. Jodoh yang tak kunjung tiba

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Min An)

Mengenai jodoh, kembalikan pada dirimu saja. Apakah kamu memang ingin segera memiliki pasangan? Kalau iya, mengapa tidak mencoba mencarinya dengan lebih serius? Kamu bisa menghubungi biro jodoh atau setidaknya minta dicarikan calon pasangan oleh orang-orang terdekatmu.

Jika sudah ada calon yang merapat, jalani setiap tahapan perkenalan dengan sungguh-sungguh sampai kalian mantap untuk menikah. Akan tetapi bila kamu sendiri sebetulnya masih menikmati masa lajangmu, kenapa harus terusik soal jodoh?

Sekalipun orang-orang di sekitar kerap mendesakmu tentang pernikahan, ini benar-benar kehidupanmu. Kamu boleh mengisinya dengan pasangan, anak, saudara, serta teman. Namun tidak masalah juga jika kamu memilih untuk merasa cukup dengan saudara dan teman saja.

6. Hal-hal yang terjadi di luar sana

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Rachel Claire)

Apakah kamu mudah merasa cemas setiap mendengar berbagai peristiwa yang terjadi di luar sana? Berita pembunuhan, perampokan, peretasan, bencana alam, dan lainnya membuat kamu khawatir sekali hal yang sama akan menimpamu.

Yuk, tarik napas dalam-dalam dan keluarkan perlahan-lahan. Sepertinya, untuk sementara waktu kamu perlu menjaga jarak dari sumber berita. Kamu harus terlebih dahulu membangun kesadaran, bahwa apa yang terjadi di luar sana tidak akan serta-merta terjadi juga padamu.

Potensinya tentu tetap ada. Akan tetapi dengan sedikit meningkatkan kewaspadaan, banyak kejadian buruk yang dapat dicegah. Di samping itu, kamu juga perlu menyadari adanya garis takdir yang tak mampu dielakkan. Ini bakal memberimu ketenangan karena ada hal-hal yang bisa kamu cegah, dan ada pula yang cukup diterima sebagai bagian dari takdir.

Hidup dalam kecemasan amat melelahkan bagi psikismu. Pun dapat memengaruhi kesehatan fisikmu. Bahkan kecemasan yang tak terbendung akan menghambat aktivitasmu. Pikirkan segala sesuatu secukupnya saja. Jangan hidup di alam pikiran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us