Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tata Cara Melaksanakan Piodalan saat Nyepi

Pelaksanaan piodalan di sanggah atau pura keluarga. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian Pada Hari Raya Nyepi, 11 Maret 2024. Catur Brata Penyepian ini bermakna empat pantangan yang wajib dilaksanakan selama Nyepi. Yaitu meliputi Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak berfoya-foya atau bersenang-senang).

Sehingga seluruh umat Hindu, terutama di Bali, akan menaati Catur Brata Penyepian. Lalu, bagaimana jika pelaksanaan piodalan (perayaan hari jadi tempat suci) di pura atau merajan/sanggah (pura tingkat keluarga/rumah) bertepatan dengan Hari Raya Nyepi? Berikut penjelasannya, mengutip dari Surat Edaran (SE) Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Nomor 318/PHDIBali/XII/2023 yang dikeluarkan pada 18 Desember 2023, beserta penjelasan rangkaian upacara Nyepi Tahun Baru Saka 1946.

1. Piodalan pada Hari Raya Nyepi bisa dilaksanakan, namun ada beberapa ketentuan

Ilustrasi Nyepi. (unsplash.com/Roberto Rendon)

Umat Hindu tetap bisa melaksanakan piodalan selama Hari Raya Nyepi. Namun, ada beberapa ketentuan yang harus ditaati. Yaitu piodalan atau pujawali sebaiknya menggunakan upacara untuk tingkat terkecil.

Piodalan harus sudah selesai sebelum pukul 06.00 Wita (Galang Kangin) pada tanggal 11 Maret 2024. Piodalan dipimpin oleh pemangku pura bersangkutan dengan meminimalkan penggunaan sarana api/dupa. Karena bertepatan dengan Hari Raya Nyepi, maka tidak diperbolehkan menggunakan tetabuhan gong (suara gambelan gong). Hanya pengempon (pengurus) pura yang datang mengikuti rangkaian pujawali. Sedangkan umat lainnya bersembahyang di rumah masing-masing.

2. Rangkaian upacara melasti atau mekiis

Prosesi Melasti. (pixabay.com/alitdesign)

Melasti atau mekiis merupakan upacara yang dilaksanakan dalam rangkaian Hari Raya Nyepi. Saat Melasti, umat HIndu menuju ke sumber air seperti sungai, campuhan (pertemuan dua atau lebih aliran sungai), laut, ataupun pantai. Upacara melasti bertujuan untuk membersihkan atau menyucikan alam (Bhuana Agung) dan diri manusia (Bhuana Alit).

Melasti--ada juga yang menyebutnya dengan nama mekekobok--dapat dilaksanakan mulai, Kamis (7/3/2024) sampai Sabtu (9/3/2024). Pelaksanaannya menyesuaikan kondisi desa adat setempat. Prajuru adat (pengurus adat) harus berkoordinasi dengan prajuru desa adat lainnya untuk mengatur pelaksanaan melasti.

Setelah melasti, Ida Sesuhunan/Ida Bhatara (kekuatan suci yang dipuja umat Hindu setempat) nyejer (ditempatkan) di pura desa/bale agung/pura puseh setempat, sampai Minggu (10/3/2024). Setelah prosesi Tawur Kasanga, Ida Sesuhunan kembali ke pura masing-masing.

3. Prosesi Tawur Kesanga

Umat Hindu melakukan Tawur Kasanga di area rumah. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Tawur Kesanga dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi, tepatnya pada Minggu (10/3/2024). Tawur Kesanga dilakukan secara bertingkat, dari tingkat kabupaten/kota, kecamatan, desa adat, banjar adat, dan rumah. Masing-masing perwakilan kabupaten/kota mengikuti kegiatan Tawur Agung di Pura Besakih pada pukul 09.00 Wita untuk memohon Tirta Tawur, dan Nasi Tawur untuk digunakan pada upacara Tawur Kesanga di masing-masing wilayah.

Sedangkan di tingkat kabupaten/kota, Tawur Kesanga dilaksanakan pada pukul 12.00 Wita dengan upacara Tawur Labuh Gentuh. Untuk tingkat kecamatan, Upacara Caru Panca Sanak-nya menggunakan lima ekor ayam (Panca Sata) dan itik belang kalung yang dilaksanakan pada pukul 12.00 Wita. Untuk tingkat desa adat, menggunakan Upacara Caru Panca Sata di catus pata (perempatan utama) desa setempat pada pukul 16.00 Wita.

Untuk tingkat banjar menggunakan Caru Eka Sata, yaitu ayam brumbun (bulu berwarna campuran) dengan sarana olahan Urip 33 (Urip Bhuwana). Umat Hindu melaksanakan upacara ini di catus pata banjar setempat pada sore hari atau sandi kala (peralihan sore ke malam). Pelaksanaan ini menyesuaikan tradisi yang ada di desa maupun banjar tersebut terkait prosesi, sarana, dan waktu pelaksanaannya.

Masyarakat Hindu di Bali melaksanakan Tawur Kesanga di rumah masing-masing. Beberapa sarana yang digunakan meliputi:

  • Umat menghaturkan sarana banten pejati di padmasana sanggah atau merajan. Menghaturkan sarana upacara Segehan Agung atau Segehan Cacahan 11/33 tanding di depan padmasana (di halaman sanggah/merajan). Sarana Segehan Agung ini dihaturkan kepada Sang Bhuta Bhucari
  • Umat menghaturkan sarana Segehan Manca Warna (lima warna) sejumlah sembilan tanding dengan olahan daging ayam brumbun, disertai tetabuhan tuak, arak, brem, dan air (toya anyar) di halaman rumah. Segehan Manca Warna ini dihaturkan kepada Sang Kala Bhucari
  • Umat menghaturkan sarana Segehan Cacahan 108 tanding dengan ulam (daging) jeroan mentah dilengkapi dengan Segehan Agung serta tetabuhan tuak, arak, brem, air (toya anyar) di jaba/lebuh (depan pintu masuk halaman rumah, di bawah sanggah cucuk pada sore hari/sandi kala. Segehan Cacahan 108 ini dihaturkan kepada Sang Durga Bhucari dan Sang Kala Roga
  • Umat memasang sanggah cucuk di pintu masuk halaman rumah. Sarana upacara di sanggah cucuk ini berupa Peras Daksina Tipat Kelanan
  • Sarana ulam atau daging serta tirta caru, bisa didapatkan di banjar masing-masing
  • Semua anggota keluarga melakukan upacara Meprayascita dan Mabyakala (untuk yang sudah meketus/tanggal gigi) sebagai sarana pembersihan diri.

Setelah melaksanakan upacara Tawur Kesanga, umat Hindu melanjutkan upacara Pangerupukan di rumahnya masing-masing dengan menggunakan sarana api, obor/dupa, bunyi-bunyian, mesui, dan janggu (Trikettu). Sarana ini dibawa berkeliling ke area rumah.

Pelaksanaan Pengerupukan tingkat banjar dan desa adat ini dilaksanakan di wilayah masing-masing. Prajuru desa maupun banjar bertugas untuk mengkoordinir pelaksanaannya terutama untuk pawai ogoh-ogoh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ari Budiadnyana
EditorAri Budiadnyana
Follow Us