Menghaturkan Rokok di Canang, Sradha atau Supaya "Ada" Saja?

Gianyar, IDN Times - Umat Hindu di Bali menghaturkan canang setiap hari. Letaknya bervariasi, utamanya ada di sanggah atau merajan (tempat sembahyang umat Hindu Bali di masing-masing rumah tangga). Sebagian besar umat Hindu di Bali menghaturkan canang beserta rokok di atasnya. Lalu apa sebenarnya fungsi rokok saat menghaturkan canang?
1. Penghormatan kepada leluhur

Leluhur di Bali punya kebiasaan nginang. Anthony Reid, sejarawan dari Australia menulis sebuah buku berjudul Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin. Buku tersebut berisi penelitian Reid tentang berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan orang-orang di Asia Tenggara.
Lewat buku itu, Reid menuliskan bahwa orang Asia Tenggara mengenal tradisi nginang atau memamah sirih. Sirih berisi buah pinang, dan kapur, masyarakat Bali menyebut sirih dengan istilah base, pinang adalah buah, dan kapur disebut dengan pamor.
Paduan bahan itu diminati karena menghasilkan reaksi kimiawi yang menenangkan otak dan sistem saraf pusat. Kemampuan meracik bahan alami untuk penyembuhan dikaitkan juga sebagai penghormatan kepada leluhur.
Ciri khas rumah tangga Bali tempo dulu, kerap dijumpai sebuah wadah untuk nginang yang disebut pabuan, beserta alat penghancur bahan-bahan yang disebut penyokcokan. Selain sirih, kapur, dan pinang, di dalam pabuan juga berisi tembakau, atau dalam bahasa Bali disebut mako. Tembakau ini dapat dikunyah bersama campuran bahan alami tadi, efeknya sama, menenangkan.
2. Rokok banten, celah praktis atau ekonomis kapitalis?

Perkembangan zaman mengiringi pergeseran cara hidup umat Hindu Bali. Bali masa kini memudarkan pabuan dan penyokcokan, nginang hanya kejayaan para tetua di keluarga. Muda-mudi memilih kretek filter atau vape untuk relaksasi. Pergeseran ini tak hanya menyasar kebiasaan tiap individu, pun juga tumbuh di sela-sela upakara.
Rokok mulai digunakan sebagai pelengkap haturan sesajen. Melihat tetangga menghaturkannya, tiap rumah tangga seolah latah ikut serta. Agama dan celah bisnis pun ikut tumbuh subur. Kini muncul istilah rokok banten atau rokok untuk sesajen. Belakangan juga viral, isiannya bukan tembakau, tapi sampah daun. Keyakinan diuji tapi ujung-ujungnya tetap dibeli, dihaturkan, tapi apa esensinya?
3. Sradha adalah bakti utama

Namun, apa rokok wajib dihaturkan setiap hari? Landasan bakti umat Hindu adalah sradha atau keyakinan. Kita telah mengetahui bahwa isi rokok banten adalah sampah daun. Tarik ulur keyakinan untuk menghaturkannya pasti terjadi. Namun, satu hal yang harus dipahami. Hindu tak mengenal pembakuan ritual, harus ini atau harus itu, tidak ada.
Tidak ada sesuatu yang baku, bahkan kitab Weda pun menjelaskan hanya dengan bunga, tirta, dan dupa sebagai saksi, jika keyakinan bahwa Tuhan ada dalam diri, itu yang utama. Sederhananya, jika sesajen lengkap tapi kita tak tahu esensinya apa, akan sia-sia. Lebih baik mulailah dari haturan sederhana dan kita memahaminya.
Sesajen apa adanya, menyatu dengan keyakinan tanpa batas atas keberadaan Sang Pencipta dan semesta. Rasa syukur dan kedamaian akan mengakar dalam diri. Tanpa terpaksa, hanya ada ketulusan dan keikhlasan, itulah keyakinan.