Bali United Kalah Telak di Kandang, Ada Apa dengan Lini Pertahanan?

Ada apa dengan Bali United saat ini? Pertanyaan ini sangat tepat dilontarkan kepada klub kebanggaan Pulau Dewata, Bali United. Pasalnya, tim asuhan Johnny Jansen ini sulit menang. Mereka dipermalukan oleh PSIM Yogyakarta di hadapan pendukungnya sendiri, Stadion Kapten I Wayan Dipta, Sabtu lalu, 20 September 2025.
Tak tanggung-tanggung, Serdadu Tridatu kalah telak 1-3 dari tim tamu. Hingga pekan keenam, Bali United masih terseok-seok di klasemen sementara Super League 2025/2026, padahal mereka dihuni pemain dan pelatih asing Grade A. Berikut ini ulasan jalannya permainan Bali United menghadapi PSIM Yogyakarta selengkapnya.
1. Lini belakang kembali menuai sorotan

Hingga pekan keenam, lini pertahanan Bali United masih belum ada tanda-tanda perubahan signifikan. Benteng pertahanan Serdadu Tridatu seolah-olah belum tersentuh evaluasi. Bali United memainkan strategi ofensif ala Eropa dengan garis pertahanan yang lebih tinggi atau maju ke depan.
Sayangnya, Bali United tidak punya pemain yang kemampuan larinya dan stopper yang baik. Player marking, Ricky Fajrin dan kawan-kawan, di lini belakang tidak terlihat ketat, bahkan terlihat longgar. Apalagi, dua wing back, Made Andhika Wijaya dan Ricky Fajrin, lebih sering ditarik maju membantu serangan. Beberapa kali gol ke gawang Mike Hauptmeijer melalui skema serangan balik cepat memanfaatkan kelemahan lini belakang Serdadu Tridatu.
Lemahnya lini belakang juga terjadi saat menghadapi PSIM Yogyakarta. Pada menit ke-10, serangan balik PSIM Yogyakarta melalui Haljeta berhasil mengoyak jala Bali United. Walaupun gol ini dianulir wasit setelah melihat rekaman VAR (Video Assistant Referee), namun terlihat barisan pertahanan Bali United tidak siap menghadapi serangan balik.
Tiga gol PSIM juga memperlihatkan bagaimana rapuhnya lini pertahanan Serdadu Tridatu. Gol Raka Cahyana pada menit ke-34 terjadi karena ia tidak mendapatkan pengawalan saat PSIM Yogyakarta melakukan serangan. Raka dengan leluasa melesatkan tendangan ke gawang Bali United.
Giliran Ezequiel Vidal yang membobol gawang Bali United pada injury time babak pertama, memanfaatkan tendangan bebas. Tidak ada sama sekali pemain Bali United yang menjaga dan melihat pergerakan Vidal. Sehingga ia dengan mudah menendang bola ke arah gawang. Gol ketiga PSIM Yogyakarta pada menit ke-79 tidak jauh beda. Anton Fase dengan mudahnya mencetak gol tanpa adanya kawalan berarti dari pemain Bali United.
2. Lini tengah dan depan tidak tampil maksimal

Saat melakukan serangan, Bali United lebih sering bertumpu pada sisi sayap yang dihuni oleh Thijmen Gopple dan Irfan Jaya. Serangan Serdadu Tridatu memanfaatkan kecepatan kedua pemain, ditambah skill Thijmen Goppel. Sayangnya, strategi ini mudah terbaca pemain lawan. Sehingga mereka mendapat pengawalan ketat yang membuat patahnya serangan Bali United.
Bali United tidak produktif mencetak gol. Dalam tiga pertandingan terakhir, Boris Kopitovic dan kawan-kawan hanya mencetak satu gol di setiap pertandingan. Peran Mirza Mustafic di lini tengah saat menghadapi PSIM Yogyakarta tidak terlihat maksimal. Ia belum mampu dengan baik memanfaatkan sisi tengah untuk melakukan serangan saat kedua penyerang sayap Bali United dijaga ketat. Mirza memang mampu mencetak gol pada menit ke-17, namun dari titik penalti, bukan melalui skema serangan.
Pemain lini tengah lainnya juga terlihat kalah dalam penguasaan bola dengan pemain PSIM Yogyakarta. Maouri Simon terlihat belum mampu bermain lepas, sehingga sering salah umpan atau kalah penguasaan bola. Hanya Jordy Bruijn yang terlihat bermain apik di lini tengah. Ia tak hanya mampu mengalirkan bola ke lini depan, tetapi juga mampu membantu lini pertahanan.
3. Aliran bola Bali United yang terhambat

Kurang gregetnya lini tengah Bali United membuat aliran bola terlihat terhambat. Beberapa kali pemain Bali United yang sudah dalam posisi menyerang harus kembali memberikan bola ke lini belakang. Terlihat pemain Bali United seperti kebingungan saat akan memberikan bola ke rekannya di depan. Selain ketatnya player marking dari PSIM Yogyakarta, pemain Bali United seperti takut kehilangan bola sehingga cepat-cepat mengoper bola ke lini belakang.
Hal ini membuat Bali United sedikit memiliki peluang berbahaya. Serangan Bali United sering terhenti di lini tengah karena bola kembali dikirim ke lini belakang. Tentu ini jadi kendala buat Bali United, dan serangannya kurang greget.
4. Juara Liga 2 musim lalu jago pertandingan tandang

Berstatus sebagai tim promosi Super League 2025/2026, tidak menyurutkan mental pemain PSIM Yogyakarta. Juara Liga 2 musim lalu ini mampu berada di papan atas klasemen sementara Super League 2025/2026. Dari enam pertandingan, mereka mampu meraih 6 poin dengan 9 gol dan 6 kebobolan.
Fakta menarik lainnya dari Laskar Mataram adalah mereka menjadi tim tangguh saat pertandingan tandang. Dalam tiga pertandingan tandang, tim asuhan Van Gastel menyapu bersih kemenangan. PSIM Yogyakarta berhasil mengalahkan Persebaya Surabaya (1-0), Malut United (2-0), dan yang terakhir Bali United (3-1). Uniknya lagi, PSIM Yogyakarta belum pernah meraih kemenangan di kandang. Mereka harus mengakui keunggulan Borneo FC (1-3), dua kali bermain seri menghadapi Arema FC dan Persib Bandung dengan skor sama 1-1.
Pertemuan Bali United dan PSIM Yogyakarta bukan pertama kalinya. Kedua tim pernah beradu taktik di lapangan hijau saat pertandingan ujicoba sebelum Super League 2025/2026 dimulai, yaitu Sabtu lalu, 26 Juli 2025 di Stadion Kapten I Wayan Dipta. PSIM Yogyakarta berhasil membalas dendam kekalahan sebelumnya pada laga pekan keenam Super League 2025/2026. Hasil buruk yang didapat Bali United tentu menjadi alarm bagi Johnny Jansen untuk segera mengevaluasi dan memperbaiki performa timnya. Apalagi, saat ini Semeton Dewata telah memberi dukungannya kembali untuk memenuhi stadion. Jangan kecewakan mereka, ya coach!