Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemana Harus Membuang Hanphone Rusak dengan Benar?

E-waste
Ilustrasi e-waste (IDN Times/Ayu Afria)
Intinya sih...
  • Nilai dari e-waste
  • Konsumen bisa membawa perangkat elektronik ke dropbox Erafone Jaga Bumi
  • E-Waste menjadi tantangan Indonesia ke depannya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Denpasar, IDN Times - Apakah kamu memiliki perangkat elektronik, seperti handphone, yang telah rusak dan tidak terpakai? Apakah kamu juga masih tetap menyimpannya karena alasan untuk koleksi atau kenang-kenangan?

Kebiasaan menyimpan perangkat elektronik rusak ternyata berisiko lho. Head of Corporate and Marketing Communication Erajaya Group, Stephen Warouw menjelaskan, perangkat elektronik memiliki kandungan merkuri yang berbahaya. Selain itu, unsur-unsurr di dalam baterainya juga berbahaya.

"Baterai gadget yang Lithium itu sebenarnya mudah terbakar, dan selama ini dibuang begitu aja masuk ke TPA dan dibakar itu bisa meledak. Jadi memang perlu pengolahan khusus," kata dia, Jumat (19/9/2025).

Oleh karena itu, menurut dia, sampah elektronik (e-waste) perlu penanganan dan pengelolaan yang baik.

1. Apa yang berharga dari e-waste?

E-waste
Ilustrasi e-waste (IDN Times/Ayu Afria)

Saat ini, kata Stephen Warouw, penjualan device terus meningkat sehingga e-waste pun demikian. Pengelolaan e-waste itu, menurutnya, juga menjadi tanggung jawab perusahaan bidang retail teknologi itu sendiri.

E-waste ini dapat dimanfaatkan tergantung dari pihak pengolahnya sendiri karena di dalam perangkat elektronik terdapat kandungan emas, merkuri dan lain sebagainya yang bisa diolah. "Diolah menjadi ada yang balik lagi ke emasnya. Ada yang menjadi plastik. Bisa jadi macam-macam," terangnya.

2. Konsumen bisa membawa perangkat elektronik yang sudah tidak terpakai ke dropbox Erafone Jaga Bumi

Sementara itu, Group Chief of HC, GA, Litigation & CSR Erajaya Group, Jimmy Perangin Angin menjelaskan, prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi fondasi operasional perusahaan dan juga bentuk tanggung jawab jangka panjang terhadap e-waste. Salah satu langkah adalah dengan mengimplementasikan Extended Producer Responsibility (EPR) untuk memastikan produk dikelola hingga akhir siklus hidupnya.

“Langkah sederhananya adalah menyiapkan dropbox di toko-toko kami Erafone. Di Bali sudah ada 10 titik," terangnya.

Konsumen bisa membawa perangkat elektronik yang sudah tidak terpakai ke dropbox Erafone Jaga Bumi. Dengan cara ini, menurutnya tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga bersama-sama membangun ekosistem pengelolaan e-waste yang inklusif, terstruktur, dan berkelanjutan.

3. E-Waste menjadi tantangan Indonesia ke depannya

Lebih lanjut Jimmy menyampaikan, Indonesia terus menghadapi tantangan serius terkait timbulan sampah elektronik. Berdasarkan Global E-Waste Monitor 2024, produksi e-waste tumbuh lima kali lebih cepat dibandingkan kapasitas daur ulang dunia. Tren serupa juga terjadi di Indonesia, dengan timbunan e-waste diperkirakan naik dari 2,1 juta ton pada 2023 menjadi 4,4 juta ton di 2030. Kondisi ini menjadi ancaman nyata bagi lingkungan, kesehatan, dan masyarakat.

Program yang ia jalankan tersebut diklaim telah berhasil mengumpulkan 2.255 unit e-waste. Secara lingkungan, capaian ini setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 161.700 kg CO₂, penghematan energi sebesar ±301.261 kWh, serta pengurangan kebutuhan lahan TPA/landfill seluas 10 m².

“Angka-angka ini membuktikan bahwa langkah kecil dari konsumen, jika difasilitasi dengan benar, dapat memberikan dampak lingkungan yang signifikan dan terukur. Dengan cara ini, kita tidak hanya mengurangi pencemaran, tetapi juga bersama-sama membangun ekosistem pengelolaan e-waste yang inklusif, terstruktur, dan berkelanjutan,” tegasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us

Latest News Bali

See More

Harga Beras di Bali 20 September 2025 dan Pangan Lainnya

20 Sep 2025, 12:50 WIBNews