Seru, Ibu-Ibu KWT Sari Amerta Giri di Buleleng Dilatih Jadi Barista

- KWT Sari Amerta Giri mengolah kopi arabika dan robusta menjadi produk inovatif seperti dodol kopi, wine kopi, kopi jelly, dan kopi susu gula aren
- Pelatihan BRI memberikan keterampilan meracik kopi serta teknik menanam kopi berkualitas
- KWT Sari Amerta Giri berhasil memasarkan produk kopi buatan sendiri dengan harga Rp15 ribu per botol
Buleleng, IDN Times – Kelompok Wanita Tani (KWT) Sari Amerta Giri kini tak hanya andal mengolah hasil pertanian. Lewat pelatihan barista dari BRI Region 17/Denpasar, ibu-ibu ini mulai menguasai keterampilan meracik kopi kekinian.
Ibu-ibu ini juga diajari membuat kopi wine, latte art, hingga cara menanam kopi robusta dan arabika berkualitas. Pelatihan ini menjadi bagian dari program BRI Peduli, yang tak hanya menyasar sektor pertanian, tapi juga mendorong pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) lokal dari hulu hingga hilir.
1. Olahan hasil pertanian lokal

KWT Sari Amerta Giri yang berada di Dusun Asah Panji, Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Buleleng, awalnya fokus mengolah pangan lokal. Namun karena potensi kopi arabika dan robusta di wilayahnya cukup tinggi, kelompok ini mulai berinovasi dengan olahan kopi.
“Sekarang kami tidak hanya tanam, tapi juga belajar meracik dan mengolah kopi. Kami bahkan punya produk dodol kopi, wine kopi, kopi jelly, sampai kopi susu gula aren dalam kemasan,” ujar Ketua KWT Sari Amerta Giri, Ni Nyoman Budiani, Senin (28/7/2025).
2. Diajarkan menanam kopi berkualitas

Selama dua hari, pelatihan yang digelar BRI menyasar dua hal penting: keterampilan meracik kopi di hilir, dan teknik menanam kopi di hulu. Hari pertama diisi dengan praktik meracik kopi, membuat foam, hingga teknik latte art. Hari kedua, para anggota KWT belajar cara menanam kopi agar hasil panennya optimal.
Menariknya, pelatihan ini juga melibatkan anak-anak muda setempat. “Kami libatkan anak-anak muda, supaya mereka juga tertarik dengan dunia kopi dan pertanian. Karena sekarang mereka cenderung lebih tertarik ke pariwisata,” kata Budiani.
KWT ini berencana memanfaatkan alat bantuan dari BRI, seperti mesin espresso, grinder, hingga freezer. Mereka dapat membuka usaha kopi di sekitar destinasi wisata air terjun Banyumala yang berada tak jauh dari desa mereka.
“Kami ingin jualan kopi racikan langsung di lokasi wisata. Tapi kami juga siapkan produk kopi botolan agar bisa dibawa pulang oleh wisatawan,” jelas Budiani.
3. Pemberdayaan ekonomi perempuan

Meski tergolong baru dalam dunia kopi, kelompok ini sudah membuktikan kemampuannya. Dalam sebuah event internasional, mereka sanggup menyuplai 200 botol kopi buatan sendiri dengan harga Rp15 ribu per botol. Hasil ini jadi sumber penghasilan tambahan bagi 23 anggotanya yang semuanya perempuan.
Regional CEO BRI Region 17/Denpasar, Hery Noercahya, menyebut bahwa pelatihan ini merupakan bentuk nyata komitmen BRI dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama perempuan.
“Kami meyakini perempuan punya peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dan ketahanan keluarga. BRI terus mendukung program-program yang mendorong kemandirian perempuan, dari pelatihan hingga dukungan usaha,” ujarnya.