Industri Asuransi di Indonesia Hadapi Masalah Kurangnya Literasi

Badung, IDN Times - Literasi dan edukasi terkait asuransi masih menjadi tantangan di Indonesia. Hal ini diakui oleh Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI), Yulius Bhayangkara bahwa memperkenalkan dan memasyarakatkan pentingnya berasuransi masih menjadi tantangan, terutama karena tingkat pemahaman masyarakat mengenai asuransi yang masih perlu peningkatan.
Edukasi ini dilakukan melalui berbagai kegiatan literasi di beberapa kota dan platform untuk mengajak masyarakat. Harapannya masyarakat tidak hanya mengetahui, tetapi juga memiliki produk asuransi dan merasakan langsung manfaatnya. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat terhadap asuransi sebagai instrumen proteksi dapat terus tumbuh.
“Kami meyakini bahwa literasi asuransi bukan hanya tentang mengenalkan produk, tetapi juga memberikan pemahaman yang benar mengenai pentingnya perlindungan keuangan melalui asuransi. Sehingga semakin banyak keluarga dan pelaku usaha yang terlindungi dari risiko di masa depan," terangnya.
1. Masyarakat harus membangun kesadaran berasuransi

Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan menyatakan, pentingnya peningkatan literasi dan inklusi asuransi sebagai langkah strategis dalam membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan dari berbagai risiko kehidupan.
"Asuransi bukan lagi sekadar kewajiban, melainkan sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat untuk menghadapi risiko yang dapat terjadi kapan saja, seperti bencana alam maupun kecelakaan," terangnya.
Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen dan pemangku kepentingan serta insan perasuransian untuk terus aktif memberikan edukasi yang menyentuh langsung masyarakat agar mereka tidak hanya memahami, tetapi juga memiliki produk asuransi dan merasakan manfaatnya.
Budi menekankan bahwa kontribusi cabang perusahaan asuransi sangat besar dalam menyebarluaskan literasi, serta mengingatkan perlunya inovasi dan terobosan baru agar industri asuransi semakin dikenal, dipercaya, dan mampu menjadi pilar penting dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional.
2. SNLIK mencatat pencapaian peningkatan indeks literasi

Laporan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2025 telah mencatatkan capaian peningkatan indeks literasi dan inklusi di sektor perasuransian. Indeks literasi perasuransian meningkat signifikan menjadi 45,45 persen dari sebelumnya 36,9 persen. Sementara indeks inklusi juga melonjak menjadi 28,50 persen dari 12,12 persen.
Pencapaian ini menunjukkan semakin luasnya pemahaman dan keterlibatan masyarakat terhadap asuransi, yang salah satunya didorong oleh hadirnya fitur proteksi dalam layanan belanja online. Fakta ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi layanan yang relevan dengan keseharian masyarakat mampu mempercepat peningkatan literasi dan inklusi asuransi di Indonesia.
3. OJK mencatat kinerja positif dari industri asuransi

Menurut data OJK per September 2025, industri asuransi mencatat kinerja positif dengan total aset mencapai Rp1.169,64 triliun, tumbuh 3,30% (yoy). Dari sisi asuransi komersial, aset tercatat sebesar Rp948,4 triliun atau meningkat 3,99% (yoy), dengan pendapatan premi Januari–Juli 2025 sebesar Rp194,55 triliun atau naik 0,77%(yoy).
Premi asuransi jiwa tercatat Rp103,42 triliun (terkontraksi 0,84 persen yoy), sementara premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh 2,67% yoy dengan nilai Rp91,13 triliun. Secara umum, permodalan industri masih solid dengan tingkat Risk Based Capital (RBC) mencapai 471,23% untuk asuransi jiwa dan 312,08% untuk asuransi umum serta reasuransi, jauh di atas ambang batas ketentuan minimum sebesar 120%.
Sedangkan Industri Asuransi Syariah pada kinerja Juli 2025 menunjukkan kinerja positif, hingga Juli 2025 dengan total aset mencapai Rp47,94 triliun, tumbuh 5,58% YoY dari Rp45,40 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total kontribusi juga meningkat menjadi Rp15,56 triliun atau naik 5,41% yoy.
Dari sisi investasi, industri asuransi syariah berhasil mencatat pertumbuhan 5,22% YoY, meningkat dari Rp35,73 triliun pada Juli 2024 menjadi Rp37,59 triliun pada Juli 2025. Pada Juli 2025, total klaim asuransi komersial tercatat sebesar Rp110,12 triliun, turun 6,92% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp118,30 triliun.
Klaim asuransi jiwa tercatat sebesar Rp74,59 triliun, mengalami penurunan 9,93% dari Rp82,82 triliun tahun sebelumnya. Sementara itu, klaim asuransi umum justru meningkat tipis sebesar 2,07%, dari Rp28,11 triliun pada Juli 2024 menjadi Rp28,69 triliun pada Juli 2025. Adapun klaim reasuransi turun 7,19%, dari Rp7,37 triliun menjadi Rp6,84 triliun. Sementara total klaim asuransi syariah tercatat sebesar Rp3,79 triliun, naik tipis 2,16% yoy.


















