Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengintip Keindahan Bahari di Bondalem Buleleng, Ada Konservasi Terumbu Karang

ilustrasi terumbu karang yang menjadi rumah bagi biota laut (unsplash/Francesco Ungaro)
ilustrasi terumbu karang yang menjadi rumah bagi biota laut (unsplash/Francesco Ungaro)
Intinya sih...
  • Terumbu karang di Bondalem pernah rusak karena dimanfaatkan sebagai bahan kapur
  • Dominasi masif coral di perairan Bondalem
  • Generasi muda Bondalem diberdayakan untuk pelestari ekosistem laut
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Denpasar, IDN Times - Masyarakat dan wisatawan akan disuguhkan dengan kemeriahan Jaladhi Vistara Festival Bahari di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, yang akan digelar pada 25–27 Oktober 2025 mendatang.

Penggagas Festival Bahari, Ngurah Paramartha, menjelaskan bahwa kegiatan ini akan diisi dengan penanaman terumbu karang di laut sebagai bentuk konservasi yang rutin dilakukan. Diperkirakan ada sekitar 82 substrat terumbu karang yang akan ditanam di perairan Bondalem. Selain itu, festival ini juga akan menghadirkan lomba foto bawah laut yang diikuti sejumlah fotografer.

"Banyak spot yang sudah dibangun dan syukur upaya itu tidak sia-sia," tuturnya, Selasa (21/10/2025).

1. Terumbu karang di Bondalem sempat rusak karena dimanfaatkan sebagai bahan kapur

ilustrasi terumbu karang di laut (pexels.com/Francesco Ungaro)
ilustrasi terumbu karang di laut (pexels.com/Francesco Ungaro)

Aktivitas pelestarian ekosistem laut dan terumbu karang oleh masyarakat pesisir Bondalem telah dimulai sejak 2008. Kegiatan tersebut diresmikan langsung oleh Bupati Buleleng yang menjabat saat itu. Langkah ini diambil sebagai respons atas kerusakan terumbu karang di Desa Bondalem akibat aktivitas manusia yang memanfaatkannya sebagai bahan kapur untuk pembangunan.

Pada masa itu, praktik tersebut masih lazim dilakukan dan menimbulkan kerusakan cukup parah pada ekosistem laut. Namun, upaya konservasi yang berlanjut hingga 2014 berhasil mengantarkan Bondalem meraih penghargaan internasional atas konsistensinya menjaga kelestarian laut dan terumbu karang. Hingga kini, masyarakat terus menumbuhkan kesadaran bahwa terumbu karang bukan sekadar bagian dari alam, tetapi juga penyangga penting ekosistem laut yang menopang kehidupan biota serta memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir.

2. Dominasi masif coral di perairan Bondalem

Ilustrasi terumbu karang, ekosistem bawah laut. (Unsplash.com/Francesco Ungaro)
Ilustrasi terumbu karang, ekosistem bawah laut. (Unsplash.com/Francesco Ungaro)

Ahli konservasi yang juga Wakil Presiden Conservation International Indonesia, Ketut Sarjana Putra, mengungkapkan bahwa pada tahun 1960–1970-an, banyak masyarakat Bondalem yang mengambil karang laut untuk dijadikan kapur tohor. Aktivitas tersebut menyebabkan hilangnya banyak spesies terumbu karang di kawasan itu.

"Karena ini sumber kapur tohor terhebat waktu itu," paparnya.

Kini, kondisi laut Bondalem telah jauh berbeda. Masyarakat yang menyelam dapat melihat banyak terumbu karang tumbuh kembali dengan baik. Terumbu karang di Desa Bondalem disebut hampir satu kluster dengan yang ada di Tejakula, didominasi oleh jenis massive coral.

"Uniknya di Bondalem ada massive coral yang mulai tumbuh kecil usai collapse 40 tahun lalu," tambah dia.

3. Generasi muda Bondalem diberdayakan untuk pelestari ekosistem laut

ilustrasi terumbu karang sebagai pemecah ombak (pexels.com/Kammeran Gonzalez-Keola)
ilustrasi terumbu karang sebagai pemecah ombak (pexels.com/Kammeran Gonzalez-Keola)

Lebih lanjut, anak-anak muda Bondalem juga dilibatkan dalam upaya memperbaiki aset laut sekaligus membangun ekonomi dari sektor tersebut. Pelatihan bagi generasi muda di Desa Bondalem pun didanai langsung oleh desa.

"Ini yang hebat. Anak-anak muda muncul menjadi penyelam yang profesional. Darisanalah kemudian mem-packaging Blue Economic Strategy ke depan. Itu yang kami lihat," tegasnya.

Waktu terbaik untuk menikmati wisata bahari di Desa Bondalem adalah setelah musim hujan. Lokasi ini menjadi incaran wisatawan asal Eropa, seperti dari Rusia dan Jerman. Di kawasan tersebut juga ditemukan spesies Mola-Mola yang hidup sekitar 8 kilometer dari bibir pantai.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us

Latest News Bali

See More

Temukan Kejanggalan, Dewan Klungkung Kecewa pada Proyek SD di Bakas

22 Okt 2025, 10:52 WIBNews