Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

9,2 Persen Balita di Tabanan Bali Mengalami Stunting

Ilustrasi Pengecekan kesehatan anak. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Tabanan, IDN Times - Pada hari ini, Selasa (25/12/2022), ditetapkan sebagai Hari Gizi Nasional. Pemerintah Pusat kini sedang gencar untuk menekan angka stunting pada balita. Lalu bagaimana kondisi stunting dan gizi balita di wilayah Kabupaten Tabanan?

1. Angka stunting tahun 2021 di Tabanan sebanyak 9,2 persen

Ilustrasi anak. (Stunting.brecorder.com)

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka stunting di Kabupaten Tabanan sebanyak 1.869 balita dari total 20.311 balita atau sekitar 9,2 persen. Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan seorang anak tidak sesuai umurnya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Tabanan, I Made Supardiyadnya, mengatakan dari angka tersebut, kasus stunting di Kabupaten Tabanan berada di bawah angka Provinsi Bali.

"Angka stunting Tabanan di bawah angka Propinsi Bali yang mencatat angka 10,9 persen. Sesuai standar WHO (World Health Organization), Kabupaten Tabanan berada pada status gizi baik," katanya, Selasa (25/1/2022).

Standar WHO untuk kasus stunting dalam suatu daerah adalah tidak melebihi 20 persen.

"Jadi salah satu indeks status gizi balita adalah dilihat dari tinggi badan menurut umur (TB/U). Status gizi dianggap baik jika persentase stunting di bawah 20 persen," jelas Supardiyadnya.

2. Status gizi balita dilihat dari tiga indeks

Ilustrasi balita. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Supardiyadnya melanjutkan, status gizi balita dinilai berdasarkan 3 indeks yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Dari hasil SSGI, persentase tiga indeks tersebut untuk wilayah Kabupaten Tabanan masing-masing:

  • BB/U: 4, 7 persen (Standar WHO kurang dari lima persen)
  • BB/TB: 4,1 persen (Standar WHO kurang dari lima persen)
  • TB/U: 9,2 persen (Standar WHO kurang dari 20 persen).

3. Kasus gizi buruk di Tabanan terjadi karena penyakit penyerta

ilustrasi penyakit jantung (freepik.com/shayne_ch13)

Meski memenuhi standar WHO untuk status gizi baik, namun tidak dipungkiri masih ada balita di Tabanan mengalami gizi buruk meskipun persentasenya kecil. Kata Supardiyadnya, hal ini terjadi bukan karena balita tidak mendapatkan makanan dengan gizi yang cukup. Melainkan karena penyakit penyerta yang dialami balita.

“Penyakit penyerta itu seperti jantung bocor, bronchitis hingga gangguan tumbuh kembang. Termasuk juga banyak faktor lainnya seperti sanitasi lingkungan dan pola asuh," katanya.

Untuk itu pihak Dinas Kesehatan Tabanan memberikan intervensi dengan pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan, pemantauan, konseling, dan menentukan diagnosa kasus gizi buruk. Pihaknya juga melakukan pencegahan dari hulu, yakni memantau balita sebelum berusia 2 tahun.

“Kita melakukan pemantauan tumbuh kembang lewat posyandu. Untuk masa pandemik kita lakukan secara daring dengan bidan dan ahli gizi. Orangtua balita secara mandiri melakukan laporan ke bidan dan ahli gizinya," ungkapnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
Ni Ketut Wira Sanjiwani
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us