Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi anak SMA. (pinterest)

Intinya sih...

  • Siswa di Denpasar mendukung rencana Menteri Pendidikan untuk menghidupkan kembali sistem penjurusan jurusan IPA, IPS dan bahasa di SMA
  • Peminatan jurusan dapat membantu siswa mempersiapkan rencana ke depannya saat kuliah dan membuat pertimbangan dalam memilih jurusan
  • Siswa merasa kebingungan dengan kurikulum baru semenjak bergantinya menteri dan menilai bahwa penjurusan bisa membantu mereka menemukan arah masa depan

Denpasar, IDN Times - Beberapa siswa menyambut baik rencana Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Muti untuk menghidupkan kembali sistem peminatan jurusan IPA, IPS dan bahasa dijenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) . Salah satunya disampaikan oleh Ketua OSIS SMA Negeri 8 Denpasar, Putu Gede Bharta Bagus Astika (16) bahwa ia lebih menyukai sistem belajar dengan jurusan.

Hal ini dapat membantu siswa untuk mempersiapkan rencana ke depannya saat kuliah. Para siswa akan membuat pertimbangan saat memilih jurusan sehingga siswa tersebut dapat memutuskan rencana ke depannya.

"Di angkatan saya sendiri dikatakan bahwa sudah tidak ada sistem jurusan tetapi masih terdapat kelas dengan jurusan IPA dan IPS," terang siswa kelas 11 tersebut.

1. Siswa ingin penjurusan dan kebebasan memilih mata pelajaran

ilustrasi anak SMA (pexels.com/周 康)

Putu Gede Bharta Bagus Astika mengatakan, kalaupun sistem jurusan kembali dihidupkan dan diterapkan, siswa seangkatannya tetap menggunakan pembelajaran dengan kurikulum lama. Sedangkan sistem jurusan yang diterapkan tersebut akan dirasakan oleh adik tingkatnya.

"Sejujurnya jika sistem jurusan akan dihidupkan kembali, yang akan terkena efek adalah adik tingkat yang akan menjadi kelinci percobaan mengenai sistem jurusan tersebut," terangnya.

Sebagai pelajar di negeri ini, ia mengaku kebingungan untuk beradaptasi dengan kurikulum baru semenjak bergantinya menteri. Contoh sederhananya saat duduk di bangku SMP, ia tidak mendapatkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sedangkan saat SMA ia mendapatkan P5.

"Saya merasa belum sepenuhnya memiliki kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang diinginkan oleh siswa. Hal tersebut dikarenakan pihak sekolah sudah menentukan paketan mata pelajaran yang akan dipilih oleh siswa nanti, khususnya di angkatan saya," terangnya.

2. Siswa dituntut siap untuk berdaptasi dengan berbagai bentuk kurikulum

Sejumlah siswa SMA mengerjakan tugas kelompok (Sumber: idntimes.com)

Senada, siswa kelas XII SMAN 7 Denpasar, Made Dwijendra Raja Bumi (17), menilai penjurusan adalah solusi yang membantu siswa menemukan arah masa depan. Ia mengakui Kurikulum Merdeka memberi keleluasaan dalam memilih pelajaran, namun belum tentu cocok diterapkan di semua sekolah, terutama yang berorientasi kejuruan.

Pada sistem kurikulum Merdeka diakuinya memang memberi kebebasan yang cukup untuk memilih mata pelajaran. Namun kurikulum tersebut juga memiliki kekurangan yakni jika diterapkan di sekolah kejuruan tertentu yang langsung mengarah ke profesi.

"Sebagai siswa, tentu perubahan kurikulum akan sangat mempengaruhi. Kebingungan tentu dapat terjadi apalagi setiap perubahan. Kita harus bisa catch-up dengan segala bentuk hukum dan praktiknya," terangnya.

3. Belajar Tanpa Jurusan Dinilai Bikin Bingung, Tapi Ada Juga yang Merasa Lebih Fleksibel

Ilustrasi Biaya Kuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta Terbaru 2025 (dok. UAJY)

Siswa kelas X SMAN 8 Denpasar, Ni Putu Cazta Purnama Mahavira (16), menyebut sistem tanpa jurusan justru membuatnya lebih bingung saat menentukan jurusan kuliah. “Kalau ada jurusan, kita jadi lebih tahu ke mana kita cocok dan akan ambil jurusan apa nanti di perkuliahan,” katanya.

Namun, pendapat berbeda datang dari Ni Gusti Ayu Asita P (16), siswi kelas X di sekolah yang sama. Ia merasa kurikulum tanpa jurusan memberi ruang untuk menyesuaikan dengan kemampuan diri. “Tergantung pada diri sendiri. Belum tentu hanya dengan materi kita bisa. Kalau penjurusan memang lebih bisa mengasah skill, praktik dunia kerja juga harus diimbangi,” ungkapnya.

Editorial Team