Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ragam Ketimpangan Upah Buruh dan Pekerja di Bali

ilustrasi para petani sedang memanen di kebun (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Denpasar, IDN Times - Provinsi Bali menjadi wilayah yang banyak diburu pendatang untuk mengadu nasib. Pulau Dewata punya beragam pekerjaan dengan berbagai besaran upah. Siapa sangka ketimpangan upah yang diterima pekerja perempuan dan laki-laki juga banyak ditemukan. Seorang buruh pertanian mengaku perbedaan upah ini sudah berangsung lama. Namun di sisi lain, para pekerja perhotelan mendapatkan gaji yang tidak berbasis gender, melainkan lebih ke pengalaman kerja.

1. Buruh pertanian perempuan mendapatkan upah lebih kecil, beda tenaga

ilustrasi pekerja perkebunan (unsplash.com/Tim Mossholder)

Seorang buruh pertanian asal Kintamani, Kabupaten Bangli, Ni Wayan Rasmini (36), mengaku harus menempuh waktu 15 menit perjalanan dari rumahnya setiap hari untuk bekerja sebagai buruh pertanian. Ia bekerja sejak pukul 7.30 Wita hingga 16.30 Wita hampir setiap hari. Upah yang diterimanya tidak sebesar pekerja laki-laki. Selama waktu tersebut, ia diupah Rp110 ribu. Sedangkan buruh pertanian laki-laki diupah Rp130 ribu. Perbedaan upah ini sudah berlangsung lama dalam sistem pengupahan buruh pertanian.

"Beda, kalau laki-laki lebih besar bayarannya. Mungkin karena tenaganya yang beda ya. Pekerjaannya sama, yang kami kerjakan sama seperti mencangkul, menanam, memupuk, metik sayur," terangnya.

Ketimpangan upah buruh pertanian ini baginya sudah biasa, namun ia berharap agar ke depan upah yang diterima bisa setara karena pekerjaan yang dilakukan juga sama.

"Harapannya perubahan bayaran kalau bosnya mau," harapnya.

2. Housekeeper perempuan di penginapan lebih lama bekerja

ilustrasi ART (pexels.com/Liliana Drew)

Sementara itu, seorang perempuan pekerja serabutan di Kuta, Laila (28), mengakui praktik ketimpangan upah antara laki-laki dan perempuan terjadi di Bali. Saat itu ia bekerja di penginapan daerah Kuta dengan bayaran Rp1,5 juta per bulannya, sementara gaji untuk housekeeper laki-laki sekitar Rp2 juta. Meski begitu, Laila bertanggung jawab mengatur guesthouse hingga bersih-bersih, namun pekerjaan itu tidak berlangsung lama karena memilih resign. Ia tidak bisa menuntut banyak terkait bayaran sehingga pilihan satu-satunya adalah mencari pekerjaan lain yang berbeda atasan.

"Saya hanya bersih-bersih kamar jika diperukan, tapi jam kerja lebih panjang. Berbeda sedikit, laki-laki bersih-bersih termasuk kebun dan kolam," ungkapnya.

3. Pekerja di perhotelan lebih terlindungi dari ketimpangan gaji

Kamar Executive Coin’s Hotel (instagram.com/coinhoteljkt)

Sementara itu, Cluster Director of Marketing Communications Sheraton Bali Kuta Resort & Aloft Bali Kuta at Beachwalk, Mona Cella, mengatakan ketimpangan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan tidak terjadi sektor perhotelan. Dari pengalaman dia, di tempatnya bekerja tidak membedakan gaji berdasarkan gender. Sistem penggajian dilakukan berbasis pada posisi, tanggung jawab pekerjaan, pengalaman kerja, serta kinerja individu. Penilaian dilakukan secara objektif dan transparan untuk memastikan keadilan bagi seluruh karyawan, baik perempuan maupun laki-laki.

Perusahaan memiliki kebijakan internal dan sistem evaluasi yang terstruktur untuk memastikan kesetaraan. Setiap promosi dan penyesuaian gaji didasarkan pada kinerja, masa kerja, dan hasil penilaian kompetensi. Selain itu juga mengikuti pedoman dan audit internal secara berkala untuk memastikan penerapan prinsip-prinsip tersebut.

"Sebagai bagian dari jaringan hotel internasional yang menjunjung tinggi prinsip kesetaraan dan keberagaman, kami menolak segala bentuk ketimpangan, termasuk ketimpangan gaji berbasis gender. Kami percaya bahwa setiap individu terlepas dari gender, berhak mendapatkan apresiasi yang setara atas kontribusi dan kompetensinya di tempat kerja," ungkapnya.

Menanggapi adanya ketimpangan gaji tersebut, ia berharap sistem penggajian di Indonesia terus berkembang. Dengan dukungan dari regulasi pemerintah, asosiasi industri, dan perusahaan-perusahaan swasta, ia optimis Indonesia bisa menjadi contoh dalam hal perlindungan hak tenaga kerja, kesetaraan gender, serta pemberdayaan SDM di sektor perhotelan dan pariwisata.

"Rentang gaji di industri perhotelan sangat bervariasi, tergantung pada posisi, pengalaman, dan wilayah," jelasnya.

Share
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
Irma Yudistirani
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us