Pemeriksaan Forensik Ungkap Byron Meninggal dengan Dugaan Intoksikasi Ethanol

- Kadar alkohol dalam tubuh korban sangat tinggi
- Temuan duloxetine pada tubuh korban
- Korban diduga masih bernapas saat tenggelam, tapi ada gangguan fisiologis
Badung, IDN Times -Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr IGNG Ngoerah mengungkap hasil pemeriksaan jenazah turis asal Australia, Byron James Dumschat (23) alias Byron Haddow, yang ditemukan meninggal di vila tempat korban menginap. dokter forensik RSUP Prof dr IGNG Ngoerah, Nola Margareth Gunawan, mengungkap kematian korban terkait dengan alkohol.
"Penyebab kematian korban dari seluruh temuan (positive findings) yang ditemukan pada pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang orang ini, maka ahli menyimpulkan bahwa temuan yang paling besar kemungkinannya untuk menjadi sebab kematian orang ini adalah intoksikasi ethanol," kata dia, Jumat (25/9/2025).
1. Kadar alkohol ditubuh korban sangat tinggi

Kapolres Badung, AKBP M Arif Batubara membacakan dan menjelaskan hasil pemeriksaan rumah sakit terhadap jasad korban, lebih lanjut. Kadar alkohol dalam darah pada jantung kanan korban, kata dia, berada pada level yang sudah menimbulkan gangguan fisiologis, seperti euforia, penurunan konsentrasi dan perhatian, kurangnya kemampuan dalam pengambilan keputusan (lack of judgment), peningkatan impulsivitas (bertindak tanpa keputusan matang), gangguan keseimbangan dalam tahap ringan serta reaksi pupil (teleng mata) yang lambat.
"Pemeriksaan toksikologi forensik menunjukkan adanya ethanol atau alkohol yang memang boleh dikonsumsi dalam kadar yang cukup tinggi pada darah. Disebutkan bahwa dari atrium kanan diperkirakan (1.181,66 mg/l=0,1181%), urine (3.863,55 mg/l = 0,3863%) dan isi lambung (2.431,03 mg/l)" terangnya.
Intoksikasi ethanol yang diduga menjadi penyebab kematian korban didasari oleh adanya ethanol dalam jumlah besar pada seluruh sampel yang diambil ditambah pula dengan adanya duloxetine. Hal ini membuat kemungkinan penekanan sistem saraf pusat serta gangguan penilaian atau kognitif.
"Sangat besar peluangnya gangguan penilaian atau kognitif berpotensi mengakibatkan korban tidak mampu mengeluarkan diri dari air," terangnya.
Hasil pemeriksaan RSUP juga menyatakan bahwa adanya kekerasan tumpul pada kepala korban memang tidak bersifat mematikan, tetapi kadar alkohol dalam tubuhnya ditambah dengan kemungkinan sinergisme dengan duloxetine, maka adanya kekerasan tumpul di kepala tersebut bisa semakin melemahkan kondisi korban saat itu.
2. Hasil pemeriksaan rumah sakit, ada temuan duloxetine pada tubuh korban

Arif menambahkan, zat duloxetine juga ditemukan pada darah, kandung empedu dan ginjal korban. Zat itu tergolong antidepresan yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Kandungan duloxetine bisa memicu terjadinya depresi (penekanan) sistem saraf pusat.
Secara medis, duloxetine dan ethanol pada dasarnya sama-sama merupakan penekan sistem saraf pusat. Bila keduanya beinteraksi akan menghasilkan efek sinergis yang memperbesar tekanan sistem saraf pusat yang berdampak, antara lain: kelemahan fisik, kebingungan, disorientasi, penurunan konsentrasi dan perhatian, pandangan kabur (blurred vision), gangguan kognitif (impaired thinking, impaired perception), gangguan koordinasi, gangguan/ketidakstabilan saat berjalan, disorientasi ruang dan waktu, penurunan sensitivitas terhadap nyeri, penurunan refleks atau frekuensi nafas.
"Kadar alkohol yang tinggi pada darah, urine serta isi lambung dan konsisten muncul pada seluruh sampel membuat kemungkinan kontaminasi setelah orang ini meninggal (postmortem redistribution) atau pembentukan alkohol postmortem menjadi sangat kecil," jelas Arif.
3. Korban diduga masih bernapas saat tenggelam, tapi ada ganggguan fisiologis

Sementara itu hasil pemeriksaan luar pada pemeriksaan jenazah korban ditemukan memar pada dahi kiri, kelopak mata kanan serta lutut kanan akibat kekerasan tumpul. Selain itu juga ditemukan luka lecet pada kelopak mata kanan serta punggung kaki kanan akibat kekerasan tumpul.
Sedangkan hasil pemeriksaan dalam ditemukan resapan darah pada kulit kepala bagian dalam pada puncak kepala kanan akibat kekerasan tumpul yang terkonfirmasi pula pada pemeriksaan patologi anatomi dengan ditemukannya ekstravasasi eritrosit pada jaringan hypodermis.
"Pada pemeriksaan patologi anatomi selaput keras otak (falx cerebri) ditemukan ekstravasasi eritrosit yang mengindikasikan terjadinya perdarahan. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh kekerasan tumpul di kepala atau pecahnya pembuluh darah akibat bendungan pembuluh darah yang merupakan konsekuensi dari kekurangan oksigen (asphyxia)," ungkapnya.
Keberadaan kristal dan jamur pada pemeriksaan getah paru mengindikasikan bahwa korban masih bernapas pada saat ia berada dalam air, tetapi adanya alkohol dalam darah yang sudah berada dalam tahap menimbulkan gangguan fisiologis.



















